3

1.4K 78 2
                                    

Ningsih baru pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Dia lega karena barang-barang belanjaan yang Faiz minta sudah dibelikan semuanya. Tadi ketika sampai di ruko, Ningsih menitipkan semua belanjaannya pada Bu Narti. Faiz belum juga pulang dari klinik dokter.

"Semuanya sudah ya Bu, saya permisi pulang," tukas Ningsih pada Bu Narti.

"Iya, terima kasih Ning," kata Bu Narti seraya menatap ke arah Ningsih. Ningsih juga bersiap pulang. Motor yang tadi dipakainya untuk pergi ke mall telah ia masukkan ke samping ruko.

"Pulangnya naik apa, Ning?" tanya Bu Narti lagi.

"Ojek online saja, Bu."

"Sudah pesan? tarifnya berapa?"

"Belum Bu," ujar Ningsih seraya mengeluarkan HP-nya. Ningsih mulai mengetik titik penjemputan di aplikasi ojek online, juga mengetik tujuan pulang.

"Berapa Ning u4ngnya, biar ibu kasikan,"

"Nggak usah Bu, cuma tujuh ribu. Ningsih ada u4ngnya segitu."

"Bukan masalah u4ngnya Ning. Anggap saja itu upah kamu belanja tadi."

"Ah Ibu, dari dahulu kan ibu tahu Ningsih..."

"Sudah, ini u4ngnya." Bu Narti sudah mengangsurkan selembar u4ng 10 r!bu pada Ningsih.

"Bu,"

"Sudah, pulanglah..."

Tak lama tukang ojek pun datang di depan ruko. Ningsih lalu pamit pada ibu tua itu. Dia naik di boncengan motor dan pulang ke rumah kontrakan.

***

Ningsih menatap semua barang-barang yang ada di ruang tamu. Dari TV berukuran kecil, kursi, sampai akhirnya dia menatap poto perkawinannya yang kandas. Sekilas, Ningsih mengambil pigura itu. Menatapnya dengan dalam. Sampai akhirnya beberapa bulir air mata akhirnya tumpah.

Ningsih teringat masa-masa pacaran dulu. Terutama apabila dia telah bepergian jalan-jalan dengan Haris, lalu diajak laki-laki itu untuk duduk di ruang tamu rumah.

Ningsih kadang ditinggal di sofa ruang tamu rumah Haris. Dan Haris kadang masuk ke dalam rumah, untuk mengambilkan makanan ataupun minuman untuknya. Namun malam itu Ningsih mendengar percakapan Haris dan ibunya. Sebenarnya bukan malam itu saja. Malam-malam sebelumnya apabila Ningsih diajak bertandang ke rumah Haris, pasti percakapan seperti itu yang didengarnya.

"Kamu masih tetap memilih perempuan itu untuk kamu nikahi nanti?" kata seorang perempuan, yang diketahui Ningsih sebagai Ibu Yati, ibu kandung Haris.

"Bu, Haris kan sudah beberapa kali bilang sama ibu-"

"Haris, seberapa pun cantiknya perempuan pilihanmu, ibu tidak peduli. Ibu tetap tidak setuju!"

"Ibu, apa kesalahan Ningsih. Apa dia perempuan nggak bener. Apa dia?"

"Kamu nggak perlu tahu alasannya, ibu tetap tidak setuju jika kamu memilih dia!" potong ibunya cepat.

"Ibu, jangan keras-keras, Ningsih...ada di luar!"

"Ibu tidak peduli. Lebih bagus kalau dia dengar. Biar dia tahu kalau ibu-"

"Aku akan tetap menikahi Ningsih! karena aku mencintai dia! Terlebih kami berpacaran sudah lama sekali!"

"Haris!" kata ibunya. "Ibu lebih setuju kamu sama Kamila. Anak perempuan pak RT itu lebih cocok sama kamu ketimbang Ningsih!"

"Dan aku tidak menyukainya!" tukas Haris. "Sudah, Haris bosan membahas ini terus. Haris mau ke depan, menemui Ningsih."

Dikejar Mantan Suami(Ada Di KBM App) Where stories live. Discover now