First Day

17 5 0
                                    

    “Oke, selamat pagi. Bagimana hari Minggu-nya teman-teman? Apa menyenangkan? Kemarin sih gue pergi ke Bali buat refreshing. Eh ketiduran di jalan pulang, pas melek udah malam senin aja. Hahaha. Semoga liburan kalian menyenangkan, ya. Biar hati gak badmood untuk ujian nanti. Pokoknya stay cool!” Suara dari ruang radio sekolah.

    “Hari ini spesial, hanya 10 menit. Gue Bilqis. Cewek kelas 11 IPS 3 yang suaranya sering banget didenger ke kuping kalian. Kali ini gue bawa temen dari kelas 10 IPA UNGGULAN yang mau gue wawancara singkat. Yang sebenarnya mau dari kemarin-kemarin tapi dia lagi sibuk terus ya. Silakan Bianca, perkenalkan diri.” Bilqis mempersilakan Bianca untuk bicara.

    Bianca tersenyum. “Halo. Gue Bianca dari 10 IPA 1.”

    “Dengarlah ia menyebut kata unggulan dengan 'satu'. Hahaha. Oke Bianca, kan seluruh sekolah ini, yang gede banget ini. Udah denger kalo lo menang di kompetisi biola di Singapore. Nah bagaimana sih persiapannya? Kok lo bisa hebat gitu, pasti temen-temen ada yang mau tau tips-trik nya nih.”

    Bianca tertawa. “Gue Cuma juara dua kak, aduh agak berlebihan sepertinya.”

    “Lihat, dia mulai merendah lagi,” gurau Bilqis. “Juara dua internasional itu hebat loh, saya yang juara dua kelas saja belum pernah. Apalagi baru-baru ini kamu baru menang 3000 dollar karena ulangan harian kimia. Nah, kok bisa sih. Apa yang kamu lakukan setiap hari, dan apa persiapan evaluasi hari ini?”

    “Setiap hari, ya? Ehm gue melakukan hal yang sama seperti kalian semua. Hanya saja, gue membiasakan diri untuk berlatih minimal 10 soal sebelum tidur. Dan juga harus makan dan istiarahat yang cukup. Kalau badan kelelahan, kita malah gak bisa konsen belajar.”

    “Kalian semua bisa catet nih.”

    “Persiapan untuk hari ini, yang gue lakukan sama aja dari hari sebelumnya. Cuma, gue berlatih 50 soal malam harinya.”

    Bilqis speechless. “Lima puluh soal? Oh my god. Ini pasti jadi alasan ia menetap di IPA UNGGULAN. Oke waktu kita hanya satu menit lagi, ada yang ingin lo sampaikan lagi?”

    “Buat temen-temen, semangat belajarnya. Semoga bisa melakukan hal yang terbaik buat evaluasi ini. Belajar dan pahami, jangan hanya dihapal. Semoga kita bisa sekelas di kelas UNGGULAN. Keep fighting!”

    Suara radio itu pun menghilang. Daisy meremas roknya hingga meninggalkan jejak kusut di sana. Bianca sangat menyebalkan. Namun, pikirannya kembali berpusat pada buku pelajaran.

    Lorong-lorong kelas sepi. Semua orang sudah berada di kelas sejak pukul enam pagi. Mading- mading bertemakan evaluasi terpajang. Sepanjang tembok koridor terpasang lukisan-lukisan cat air karya club seni lukis dengan kata-kata penyemangat. Sunyi. Mereka fokus dengan duniannya sendiri-sendiri. Bahkan orang cerewet seolah menelan habis suaranya. Kesan seperti ini malah membuat Fuschia tidak fokus.

    Kebetulan dia ruang 7. Satu ruangan dengan Feliz. Tidak dengan teman-temannya. Ngomongin soal Feliz, kemarin lusa ia berhasil masuk ke sepuluh besar. Minggu depan, merupakan finalnya. Caranya menarik panah. Membuat hati Fuschia berdebar-debar.

    Bukannya membuka buku matematika, Fuchia malah membuka formulir pendaftaran ekstrkulikuler biola dari tas dan mengisinya. Satu hal lain lagi, surat pergunduran diri dari club penelitian dan club sastra Indonesia.

Sunflowers In The Grass (tamat) Where stories live. Discover now