2. PERKAWINAN DUA KUCING BEDA KASTA

6.4K 1.3K 102
                                    

"Pengen jadi daki Sehun aja, ketimbang jadi manusia. Hiks," monolognya begitu dramatis.

Beruntung jalan kompleks tidak begitu ramai, siang hari seperti ini penghuni kompleks jarang terlihat. Jadi tidak ada yang mengira Nindi gila karena bermonolog.

"Gerah." Nindi mengipas lehernya yang berkeringat dengan buku tulis miliknya, serta mengibas-ngibaskan rambutnya yang tergerai. Semua ini karena Mahes yang membuang ikat rambutnya, ditambah lagi ia pulang dengan bis sekolah yang sempit dan sesak. walhasil kepala Nindi jadi berkeringat dan rambutnya lepek. Alih-alih kian cantik, justru semakin kumal.

"Rambut udah nggak sehat, eh, sekarang mau asem," sambungnya.

Sekitar lima puluh meter lagi, ia akan sampai di rumahnya. Di mana sebelumnya ia akan melewati rumah Mahes. Saat dirinya melewati gerbang bercat putih milik Mahes, matanya menilik sesuatu yang familiar di dalam halaman rumah Mahes. Mata Nindi memicing, lalu semakin mendekat pada gerbang untuk lebih detail perihal apa yang ia saksikan.

"S-s-santoso?"

Ketika sadar apa yang ia lihat berkaitan dengan dirinya, mata Nindi membulat tak percaya melihatnya. Di sana, tepatnya dibawah pohon mangga kucingnya bernama Santoso itu tengah berduaan dengan kucing Mahes. Jika hanya sekedar silaturahmi saja bukan masalah besar, t-tapi mereka sedang ... melakukan reproduksi. Astaga! Mahes akan marah jika kucing elitnya bersetubuh dengan kucing kampung. You know? Beda kasta! Beda derajat!

"Santoso," panggil Nindi dengan bisikan. "To! Woy! Meong, meong," panggilnya lagi, berharap Santoso berpaling dari kegiatan yang dilakoninya. Namun, panggilan Nindi sama sekali tak berefek, lantas ia mengambil inisiatif masuk ke halaman rumah Mahes, kebetulan gerbangnya tidak dikunci. Nindi bisa leluasa masuk.

"Santoso!" Nindi hendak menyentuh kucing jantan yang berada diatas tubuh kucing betina berbulu lebat itu, tetapi belum sempat ia menyentuh bulunya, kucing itu terlebih dulu menggigitkan seraya mengeong cukup keras. Membuat Nindi kaget bukan main.

"Tega lo ya, San! Malam ini nggak ada wiskash!" ancam Nindi yang tidak mendapatkan respon sedikit pun dari Santoso.

Bisa-bisanya si kucing betina mau diapa-apain oleh Santoso. Kalau dipikir-pikir kucing Mahes lebih baik dari Mahes. Meski goodlooking, kucing Mahes tidak bad attitude dan tidak memandang pasangannya lewat fisik. Jika dibandingkan, jelas Santoso dan kucing cantik itu bagai langit dan bumi. Andai Mahes seperti kucingnya, tidak terlalu memandang fisik, mungkin Nindi akan ... suka padanya. Mungkin! Tetapi setelah tahu sifatnya yang telah mendarah daging, Nindi bersumpah tidak akan pernah menyukai cowok itu!

Jeritan dari kucing betina itu membuat Nindi teralihkan dari lamunannya, sontak Nindi kembali ingin menyentuh Santoso, namun lagi-lagi Santoso mencakar tangannya, tidak mau disentuh. Akhirnya Nindi membiarkan saja Santoso dan kucing cantik itu bereproduksi. Bukannya itu hal yang wajar dilakukan oleh makhluk hidup? Persetan dengan Mahes yang akan menentang perkawinan terlarang ini.

Hingga suatu ketika suara motor khas motor matic terdengar memasuki halaman. Lantas Nindi menoleh pada sumber suara, rupanya sang pengendara juga tengah menatapnya dengan tatapan menyelidik.

"Ngapain lo? Mau nyuri mangga ya?" kata Mahes yang masih mengendarai motornya. Cowok itu lalu memarkirkan motornya asal.

Padahal pohon mangga ini masih berbunga, hal apa yang membuat Mahes berasumsi Nindi akan mencuri buahnya?

Langkah kaki santai Mahes yang menuju padanya, justru terasa waktu menuju bencana. Oke, marilah menggunakan mode slow motion.

Langkah lebar itu berdebum --bum, bum, bum. Begitulah suaranya. Tatapan mata Mahes seperti biasa, tajam. Tetapi kali ini terasa mengintimidasi. Rambutnya yang tidak serapih pagi tadi, kini lepek membentuk poni seperti oppa-oppa Korea. Namun hal itu tidak membuat Mahes kehilangan ketampanannya. Sesekali poninya bergoyang karena langkah kakinya, tubuhnya yang tegap dan tegas entah mengapa membuat imajinasi Nindi semakin manjadi. Tubuh itu seakan akan ingin menghabisinya. Lalu tangannya yang kekar dan kokoh, membuat Nindi berpikir Mahes akan menggantungnya di atas pohon mangga dengan tangannya sendiri.

GUE JELEK, LO MAU APA?! (END)Where stories live. Discover now