Setelah ulang tahun ke 23, tangan Diajeng Nirwasita lihai melukis sketsa seorang lelaki asing yang belum pernah ia jumpa. Terdapat rasa ketergantungan kuat menghubungkan dengan lelaki sketsanya. Setelah berkunjung ke Museum Radya Pustaka, Aksara Kaliandra tergugah oleh manuskrip milik KRA Mangkupraja pada masa Pakubuwana IV. Sentuhan ujung jarinya pada manuskrip itu mengantarnya pada mimpi tentang seorang gadis. Suatu hari, menemukan sosok Diajeng Nirwasita di antara sesaknya penumpang saat kereta melewati stasiun Brambanan, menghentikan detak jantung Aksara Kaliandra sesaat. Pun dengan Diajeng Nirwasita terkesiap darahnya ketika mendapati sosok lelaki yang menjadi objek sketsanya adalah nyata. Saat kedua pasang mata itu tertumbuk, terjadi sebuah koneksi yang sukar mereka deteksi.
12 parts