Bertemu sekali setahun, namun tidak pernah terlintas akan terdetik satu rasa indah melebihi rasa sayang sebuah ikatan kekeluargaan dalam hati Aisyah dan Fiqry. Mereka merupakan saudara jauh. Membesar bersama, walau jarang bertemu namun sejak Fiqry pulang ke tanah air setelah menamatkan pelajaran di Madinah, mereka pasti akan berjumpa dirumah nenek Fiqry setiap kali menjelang hari raya. Namun, belum pernah selama ini terdetik dihati seorang Aisyah untuk mendampingi jejaka sebaik Fiqry. Aisyah, seorang gadis berusia dua puluhan, pernah merasa sakitnya sebuah penantian. Menanti seorang yang sangat dicintai dalam diam, Ahmad Nasrul, selama hampir tujuh tahun. Sakit. Hanya Aisyah yang tahu. Bukan dia tidak pernah menyuarakan namun dalam satu keberanian, sebuah hati dilukai. Aisyah, seorang pelajar jurusan kejuruteraan, sangat pemalu dan selalu merasa diri tidak pernah layak untuk dicintai mana-mana lelaki. Muhammad Fiqry, seorang bekas pelajar tahfiz di sebuah universiti di Madinah, kini seorang business partner ayahnya. Berusia tengah dua puluhan, merasa diri sudah diusia sesuai untuk berusaha mencari peneman, pelengkap, dan penyeri hidup. Usai menamatkan pelajaran di bumi Madinah tanpa sempat menghabiskan pengajaran, atas sebab tertentu, Fiqry pulang ke tanah air setelah bertahun menetap di negara orang. Seorang gadis menutup hati setelah dilukai, dan seorang jejaka menanti suri hati.