Dorr...! dorr...! dorr...! Satu-persatu tawanan itu tersungkur setelah peluru yang di tembakkan Barga bersarang di kepala bagian belakang mereka, peluru itu menembus hingga kening dan memuntahkan darah segar, tubuh itu lalu terhempas kelantai bagai seonggok daging tak berharga, ekspresi Barga terlihat sangat tenang, ia tampak tersenyum menikmati. "Nah...! Kebetulan sekali. Perkenalkan, ini keponakan saya." Barga malah mengajak bicara orang terakhir yang hampir saja ia eksekusi itu, dilihat dari wajah sepertinya ia seumuran dengan Edgar. "Kesini Edgar, Om mau latih kamu biar jadi jagoan. Om pengen liat kemapuan bertarung kamu. Kamu tolong bantu Om eksekusi dia ya, tangan kosong aja, tapi hati-hati... orang ini udah sering ngebunuh." Bagi Edgar menjadi preman bukanlah sebuah pilihan hidup, melainkan ia memang telah terlahir seperti itu, semua ia warisi dari sosok yang tak pernah sekalipun ingin ia anggap sebagai ayah. Kekejaman dan kesedihan terus membaur dalam kesehariannya, bahkan dalam tawanya sekalipun. Hingga suatu hari... Cahaya terang itu...
10 parts