Mampir, yuk! ceritanya menarik, loh. Cerita ini mengandung bawang (kalo aku berhasil membuat kalian masuk kedalam cerita ini) "Bapak tanya sekali lagi, siapa pemilik benda ini?" Hasim menunjukkan benda pipih bergaris dua di tangannya. Gadis itu menangis, lalu berlutut di depan Sang Bapak. "Maaf'kan Sabina, Pak." Wanita itu terus menangis memohon ampun dari Hasim. "Apa kamu tahu? Kamu sudah melempar kotoran pada wajah Bapak!" wanita separuh baya yang menyaksikan itu tak bisa berkata ataupun membela putri semata wayangnya. Ia hanya bisa menangis dan tak percaya dengan apa yang telah dilakukan oleh putrinya. "Siapa Ayah dari anak ini, Sabina?" gadis itu menggeleng pelan. Wajahnya tertunduk tak berani menatap hasim yang wajahnya bergitu menyeramkan saat amarah menguasainya. Langkah seorang pria berjalan memasuki ruangan keluarga di rumah tersebut. "Ada apa ini?" "Salman, adikmu sudah mencoreng nama baik keluarga kita!" jawab pria yang masih terkuasi oleh amarahnya. "Mencoreng bagaimana maksud, Bapak?" alis Salman mengernyit. Lalu, tangannya meraih benda pipih yang diberikan oleh Hasim. "Apa ini, Sabina? Kenapa kamu bisa berbuat seperti ini?" "Maaf'kan Sabina, Bang," lirih gadis itu. Hatinya begitu hancur saat semua orang yang Ia sayangi begitu kecewa terhadap dirinya. "Tidak bisa dimaaf'kan." Hasim menarik tangan Sabina dengan kasar. "Cepat berdiri! Kamu tak pantas berada di rumah ini!" pria tua itu mencoba membawa Sabina keluar dari rumahnya. "Bapak!" pria itu memberhentikan langkahnya saat istrinya berseru padanya. "Sabina sedang hamil. Apakah Bapak tega mengusir Sabina dari rumah ini?"