Dia bersembunyi, dalam bayangan. Menjadi pedang dari Dewi Themis yang matanya telah ditutupi oleh kain kuning. Membungkam pengkhianat-pengkhianat yang menjual negerinya untuk kepentingan pribadi, dan yang tak segan menggorok leher rakyat demi memandikan diri dengan darah dan ketamakan. Dia bersembunyi, dalam bayangan, menegakkan keadilan yang mati, membangun idealismenya sendiri. Dialah orang-orang yang rela membasahi tangan dengan darah. Karena hanya sekadar menyamakan timbangan saja sudah tidak mampu membersihkan negeri yang sudah kotor oleh pengkhianat-pengkhianat itu. Dia, ada di mana-mana. Karena dia juga mereka, adalah orang-orang yang dihancurkan oleh pengkhianat bangsa, dan melewati neraka mereka dengan putus asa. Beruntungnya, pisau dendam itu masih membawa patriotisme, sehingga arah ujung pisaunya masih dalam rasionalitas. Ya, mereka, orang-orang yang berada dalam jurang, dan menarik pengkhianat untuk ikut ke dalam jurang itu. Mereka yang berada dalam bayangan, dan membersihkan noda dari bayangan.