Hidup di Indonesia sebagai wanita dewasa berusia 29 tahun menjadi beban berat untuk Gayatri. Pacaran saja tidak pernah tapi selalu dirong-rong untuk segera menikah, itu bagaimana ceritanya? Tinder, TanTan, Telegram, hingga Linkedin disambanginya sebagai bentuk ikhtiarnya walau hasilnya nol besar. Hal ini membuatnya sering bertanya-tanya, apa yang selama ini dikatakan ibu-ibu komplek dan kliennya adalah sebuah kebohongan? Padahal Gayatri sudah baper akut tiap kali ibu-ibu tetangga dan kliennya memuji dirinya memiliki kualifikasi sebagai mantu idaman, tapi kenapa tak ada satupun pria yang berniat menjadikannya pasangan? Apakah pelet Gayatri hanya bisa menggaet bapak-bapak berkantong tebal dan ibu-iu sosialita sebagai kliennya, karena kebanyakan tetangganya suka julid dibelakangnya sehingga pujiannya terasa bias. Jika Gayatri nasrani mungkin dia bisa membuat alasan ingin menjadi biarawati. Sayangnya, dia salah satu lulusan santriwati kebanggaan TPQ Al-Amin yang terletak dekat rumahnya dulu. Bisa menangis ustadzahnya jika tahu santri kebanggannya meleng begitu. Haruskah Gayatri menyerah dan mengikuti keinginan orangtuanya untuk dijodohkan dengan kenalan bapaknya yang sudah berada dipenghujung usia 40 tahun itu? Atau tetap kekeh mencari sosok jodoh yang entah tersembunyi dimana keberadaannya walaupun dirinya sudah lelah keliling dunia maya? Penasaran dengan kisah Gayatri yang hektik mencari jodoh siang-malam keliling dunia maya? Silahkan tekan tombol tambah perpustakaan agar tidak ketinggalan dan jangan lupa berikan like & komen, terimakasih Indonesia, 9 Januari 2023 ~Anetarilas~