"Hentikan, Suga!" kepala ini sudah tidak bisa ingat bahwa penting membubuhi kata 'Prince' sebelum namanya.
"Kau sudah berani memanggil namaku, Nara?" tanyanya dengan napas pelan menyapu wajahku.
Aku mendorong tubuhnya tapi dia justru menarikku, me...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Selamat 6k Yorobun. Makasih ya udah pada suka sama story ini. Yang nggak niggalin jejak bintang juga gapapa, kalian tetap terbaiiiqq yang kumilikiiii. Semoga aku bisa terus nulis dan kita bisa sama-sama ngilangin stres disini ya sayang-sayangkuuuhh
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Chapter satu ini mungkin membutuhkan tissue gengs
.
.
"Kau masih tidak akan mengatakan apa masalahnya? Kenapa aku berpotensi menghancurkan tahtamu?"
Prince menunduk "aku brengsek Nara."
"Bukan itu yang ingin kudengar!" hardikku seraya beranjak.
.
.
Apakah lelaki brengsek akan mengakui dirinya brengsek?
Kurasa tidak.
Justru faktanya adalah kebalikan dari itu. Bahkan tanpa perlu susah payah kupikirkan, aku tau dia tidak seperti yang mulutnya katakan. Bukan tanpa alasan aku memilihnya menjadi bagian dari hidupku. Jika dia lelaki brengsek maka jangankan kepercayaan, satu detik waktu ku pun tidak akan kuberikan.
Aku mengenalnya. Lelaki yang kutemui secara tidak sengaja itu. Takdir membawa kami bertemu tapi kenapa jalannya tidak bisa berakhir seperti yang seharusnya?
Kupikir masalah apapun akan mampu kami hadapi. Bersamanya aku yakin tidak ada kesulitan yang tidak bisa kami atasi. Pola pikirnya, cara sikapnya, dan setiap yang dia utarakan tidak pernah mengecewakanku. Sedalam itu aku memercayainya. Seluas itu mimpiku untuk bisa selalu menggenggam tangan lelaki ini. Tetapi, ada hal yang tidak bisa kubayangkan.
Hal-hal yang kupikir tidak akan berat dilalui dengannya, ternyata sangat membuatku sesak. Jika aku tau masalahnya aku tidak akan sesesak ini. Tapi dia tidak memberitahuku, namun matanya jelas menunjukkan rasa putus asa yang berlebih.
