🕣Chapter 62 : Memori Gelap🕣

827 64 11
                                    


Bayangan mengerikan kembali menelanku.
Tanda tanya biru itu masih disana, apakah itu kecemasan ataukah depresi?
Mungkinkah manusia memang makhluk yang mudah menyesal?
Ataukah mungkin akulah yang terlahir kesepian?
.
.

- BTS - Blue & Grey -

👻 👻 👻

"Ayah?" gumam Leo tak percaya. Sedangkan Nara menenggelamkan wajahnya didada bidang milik Leo dan mencengkram erat jas Leo.

Pria di sana, Samuel Athava yang tak lain adalah ayah Leo dan Nara. Samuel menghentikan berontaknya dan menatap lekat wajah Leo. Jari telunjukknya pun menunjuk wajah Leo.

"Anakku? Kau anakku, kan? Leo!" panggil Samuel membuat Leo menatapnya horor. Ia memundurkan tubuhnya sembari menggenggam tangan Nara yang mencengkram jasnya. Tangan Nara yang gemetar hebat membuat Leo terkesiap.

"Leo! Ini ayah!" panggil Samuel lagi.

"*Bawa dia pergi! Cepat!" perintah Leo tegas kepada satpam di sana.

"*Baik, pak!" dengan sigap, keempat satpam itu pun menyeret Samuel kuat.

"*Let me go, saya adalah ayah dari bos kalian!!" Teriak Samuel.

"*Cepat bawa keluar!" perintah Leo lebih tegas.

Setelah para satpam berhasil membawa Samuel keluar, Leo beralih dan menatap Nara yang masih mencengkram kuat jasnya dengan tubuh yang bergetar hebat.

Leo pun segera merengkuh tubuh Nara erat. Nara tidak menangis, tapi ia sangat ketakutan, napasnya pun juga terengah engah. Leo mengelus kepala Nara lembut.

"Udah, gue di sini. Dia nggak bakal bisa sentuh lo. Lo yang tenang ya..." hibur Leo. "Kita ke ruangan gue, ya?" tawar Leo dan Nara menjawabnya dengan anggukan.

Mereka pun menuju ruangan Leo yang notabene kedap suara itu. Sesampainya di sana, Leo memberikan segelas air putih kepada Nara. Tanpa babibu lagi, Nara langsung menegak habis air di dalam gelas itu.

"Udah lebih tenang sekarang?" tanya Leo sembari mengambil alih gelas dari tangan Nara. Nara mengangguk singkat sebagai jawabannya.

"Kenapa dia balik coba?" gumam Leo kesal. Ia menatap Nara yang masih setia dengan pandangan kosongnya itu. Leo menghela napas dan meletakkan tangan kanannya ke puncak kepala Nara.

"Jangan dipikir terus. Kasian lo-nya, oke?" Nara tersenyum singkat mendengar penuturan Leo.

"Bentar lagi kan jam kantor selese, lo istirahat di sini aja dulu. Nanti pulang bareng gue, oke?" bujuk Leo yang diangguki oleh Nara.

6.15pm(JST)

Nara memasuki mobil Leo dan ikut pulang ke rumah. Jam kerja sudah selesai, saatnya pulang dan beristirahat. Keheningan menyelimuti keduanya saat berada di mobil. Namun itu tak membuat keduanya merasa canggung, Leo paham kalau Nara masih belum bisa melupakan hal yang terjadi tadi sore.

Sesampainya di rumah, Leo dan Nara segera keluar dari mobil. Namun mereka cukup terheran saat ada mobil lain yang tidak mereka ketahui siapa pemiliknya terparkir di sana juga.

Leo dan Nara pun segera masuk ke dalam rumah.

"Tadaima..." ucap Leo. Terdengar ada suara bincang bincang di ruang tamu. Leo dan Nara tidak merasa ingin tahu untuk hal itu, mereka mengira mungkin itu adalah tamunya Tama. Leo dan Nara memilih untuk langsung ke kamar mereka. Namun saat melewati pintu ruang tamu yang terbuka itu, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil.

LATENT ✔Where stories live. Discover now