🕚Chapter 76 : Dari Mata Leo🕚

601 51 5
                                    

Menyangkal bukan berarti tak menerima. Itu bisa jadi sebuah wujud penghiburan diri sendiri.

👻👻👻

"Gue baru pulang ke rumah. Tapi gue bener bener nggak nyangka, baru aja gue sampe teras rumah, gue udah denger teriakan ayah dan suara Nara yang lagi minta maaf terus terusan sama ayah. Dan pas gue mau masuk, tiba tiba...."

FLASHBACK ON

"Punten, masnya siapa?" tanya Bi Ijah yang membuat Leo menoleh.

"Oh! Mas Leo?? Mas Leo, kan?" tanya Bi Ijah memastikan. "Saya Bi Ijah, mas. ART di sini."

"Oh, Bi Ijah? ART di sini? Salam kenal, bi. Benar saya Leo." kata Leo sembari menjabat tangan Bi Ijah.

"Alhamdulillah Mas Leo pulang. Bibi bersyukur banget." kata Bi Ijah. Leo hanya menanggapinya dengan senyuman kikuk.

Tiba tiba Leo teringat sesuatu akan suara Nara dan ayahnya tadi dari dalam. Ia pun bertanya pada Bi Ijah, "bi, maaf. Tadi Leo denger, ayah marah marah... Dan Aya..."

Belum juga Leo menyelesaikan pertanyaannya, Bi Ijah menunduk dalam dan memotong kalimat Leo.

"Maaf, mas! Bibi nggak bisa ngejaga Non Aya." katanya mulai terisak. Melihat Bi Ijah terisak tiba tiba membuat Leo terkejut.

"Eh, bibi kenapa nangis?"

"Bibi nggak bisa jaga Non Aya, mas." kata Bi Ijah lagi. Leo semakin bingung dibuatnya.

"Bi, maksud bibi apa? Apa... Ada masalah selama Leo di Jepang? Bunda mana? Biasanya kalau ayah lagi marah marah begitu kan bunda yang nenangin." kata Leo membuat Bi Ijah semakin terisak.

Leo pun menuntun Bi Ijah untuk duduk di kursi yang berada di teras. Setelah Bi Ijah duduk, Leo pun ikut duduk di sebelahnya.

"Bi... Apa yang terjadi sebenernya?? Kasih tau Leo." desak Leo.

"Nyonya... Nyonya..."

"Bunda kenapa??"

"Nyonya sudah meninggal dua tahun yang lalu, mas." Bagai disambar petir dipagi hari, tubuh Leo melemas setelah mendengar penuturan Bi Ijah.

"Bibi... Nggak serius, kan? Bibi bohong, kan?? Ini... Ini pasti cuma akal akalan kalian, b... Buat kasih... Ke... Kejutan kan sama Leo. Iya kan, bi?" desak Leo dengan air mata yang mulai menetes. "BI, JAWAB!!"

"Bunda... Nggak pergi kan, bi... Bibi pasti bohong, kan?" tanya Leo lagi dengan tangis yang mulai membuncah. Apalagi ketika melihat Bi Ijah juga ikut menangis membuat Leo terasa hancur.

"Mas yang tabah, ya."

"Bunda..." isaknya. "Bi, gimana ceritanya?? Apa yang terjadi sama bunda??"

Bi Ijah menghapus air matanya dan memegang bahu Leo untuk menenangkan anak itu. Tak lama, ia pun mulai bercerita tentang kecelakaan yang menimpa majikannya itu.

Tak dapat dipungkiri, hati Leo semakin teriris mendengarnya. Ia benar-benar tak menyangka kalau bundanya pergi secepat ini. Bahkan sudah lewat dua tahun, dan dia baru tahu kalau bundanya sudah tiada.

LATENT ✔Where stories live. Discover now