Hipotesis 2

20 14 0
                                    

Koridor sekolah cukup sepi karena ini termasuk area belakang sekolah yang jarang dikunjungi oleh banyak orang. Selain sepi, beberapa tembok yang ada terlihat sudah cukup tua.

Mungkin dengan melihat tempat ini semua siswa sudah tidak memiliki minat.

Tempat ini hanya terdapat beberapa ruangan untuk kegiatan klub, tapi disini juga terdapat sebuah taman dengan aneka tumbuhan serta kursi duduk dibawah pohon mangga.

Harith mengerjap-ngerjapkan mata ketika di ujung koridor terdapat seseorang tengah memanggilnya. Dia tidak tahu itu siapa. Bisa dibilang dengan jarak yang cukup jauh, wajah orang itu tidak begitu terlihat. Tapi Harith bisa memastikan satu hal; bahwa dia adalah seorang gadis dengan rambut pendek.

Meski awalnya terlihat bingung dan mencoba mencari seseorang yang benar-benar orang itu panggil, hasil akhir tetap ada pada dirinya. Orang itu hanya memanggil satu-satunya orang yang kini tengah duduk di bangku taman. Tidak mungkin juga gadis itu tengah memanggil hantu atau semacam makhluk halus. Bahkan Harith akan tersinggung bila dia melakukan hal tersebut.

Harith berdiri dari kursi taman berwarna putih dengan hiasan bunga warna-warni yang bagus. Dia melompati kolam ikan kecil dan menginjak batu karang yang disimpan di tanah.

Sepertinya gadis itu tengah menunggunya di tikungan, badannya kini tidak terlihat. Tapi Harith berpikir jika itu seorang gadis, kemungkinan besar gadis itu akan melakukan sesuatu yang lumrah gadis lain lakukan. Jadi tidak perlu heran dan gugup. Harith bisa menarik nafas dengan santai.

“Orang ituꟷ” bahkan setelah melewati setiap jarak yang ada, tiba-tiba tubuh Harith ditarik dari kerah baju miliknya. Gadis itu memutar tubuhnya juga Harith. Dia memojokkan cowok itu pada tembok, tiba-tiba melakukan hal aneh yang membingungkan.

Gadis yang memakai ban lengan itu meletakkan sebuah stiker aneh pada organ vital Harith, lantas menyentuh dada cowok itu hingga akhirnya dia memerikksa layar ponselnya untuk memastikan sesuatu.

Harith jelas terkejut akan hal ini, dia tidak berpikir untuk memberontak dengan mendadak karena keterkejutannya. Harith memperhatikan gerakan yang dibuat oleh gadis ituꟷ sungguh aneh!

“Apa yang lo lakuin?” tanya Harith, syok-nya sama halnya dengan tiba-tiba diserang oleh orang lain.

Gadis itu tidak menjawab. Layar pada ponsel begitu menarik perhatiannya hingga dia terkesan melupakan seseorang yang dia sudutkan sekarang.

“Yeyy!” gadis itu mendadak bersorak sembari melepaskan tubuh Harith. “sudah aku duga sebelumnya! Yeyy!”
Di dalam benaknya, Harith bingung untuk merespon. Dia hanya berkata, “Apa-apaan dengan cewek sinting ini?” di dalam hatinya. Itu jelas membingungkan dan sepertinya Harith sedikit familier dengan wajah gadis ini.

“Hei, lo, ‘kan .... “ Harith mencoba memperhatikan lebih jeli gadis itu dari dekat. “’si maniak sains’, ya?” tebakkannya benar. Agnarisa Arisa, atau yang kerap dipanggil Risa tersenyum bahagia di depan matanya.

“Itu benar! Secara teknis aku adalah ‘si maniak sains’! Dan kali ini aku berhasil membuktikan bahwa anggapanmu kemarin itu salah, Harith. Lihatlah,” Risa memperlihatkan sesuatu yang kini berada di layar ponselnya. Sebuah angka besar adalah hal pertama yang Harith tangkap. Itu angka 105 yang cukup besar.

“Apa-apaan ini?” tanya Harith bingung.

“Ini angka detak jantung kamu, Harith! Ketika kamu melihat aku, kamu langsung berdebar-debar sangat kuat! Apa kamu tahu apa maknanya? Dan lihatlah, milikkupun sama besarnya dengan kamu, 112! Sip, kita jodoh!”

“ꟷJodoh emak-bapak lo!” Harith dengan cepat merebut ponsel di tangan Risa. “kalau lo ngelakuin hal barusan, jelas-jelas detak jantung gue meningkat! Gue pikir lo monster yang mau nikam gue pake stiker!”

Arisa : Love from Serotonin Where stories live. Discover now