Hipotesis 3

19 12 5
                                    

Meskipun terbilang memalukanꟷ atau mungkin, itu terkesan sedikit aneh, tetapi Yuri masih tetap menemani Risa yang tengah sibuk memikirkan sesuatu di podium kelas.

Ruangan 11-E memiliki atmosfer sepi; semua kursi dan meja tertata secara rapihꟷ dua diantaranya digunakan oleh mereka berdua saat ini.
Risa menggeser meja dan berjalan menuju papan tulis, menulis sesuatu, yang hanya bisa merespon kini tengah menguap.

Setelah terdengar decitan papan tulis, Risa berbalik menuju Yuri dengan suara terbuka, “tidak perduli seberapa kerasnya aku berpikir, secara teknis kami memang tidak memiliki persamaan sama sekali.” suaranya tampak lesu, sama lesunya dengan Yuri saat ini.

“Harith selalu bereskpresi datar ketika kami bertatap bicara, dia tidak pernah menimbulkan ekspresi yang bagus,” Risa mengacak-acak rambutnya. “jadi, bagaimana ini?” wajahnya menatap Yuri dengan harapan yang besar. Sebaliknya, Yuri berdecak,

“’Bagaimana’ apanya? Kenapa malah tanya aku?” Yuri balik bertanya, Risa merespon pendek, “soalnya kamu itu bucin.”

Itu benar-benar jawaban yang tidak tepat. Yuri berekspresi kaget saat itu juga. Mungkin, sebenarnya dia berpikir, “Kenapa anak ini tahu?” Karena sebenarnya posisinya saat ini tengah berhubungan dengan seseorang.

“ ..., A-aku bukan bucin,” Yuri tidak membenarkan.

“Kamu bucin, kok. Aku tahu,” meskipun katanya-katanya sedikit memaksa, tetapi ekspresinya tetap datar. Yuri berdecak untuk beberapa kali, situasinya berada di ujung didih.

“Gue bukan bucin!” kata-katanya membendak, tapi soal respon Risa tidak jauh menyebalkan.

“Kalau marah pertanda orang bucin, lho. Heheꟷ”

“Kenapa kamu malah nyebelin banget. Hah!?” dorongan kuat dari emosi, dia berdiri dan menarik kerah baju milik Risa. “nyebelin! Nyebelin! Nyebelin, dasar jomblo!”

Yuri berkali-kali membentak Risa, tangannya terus menarik baju orang itu. Mungkin, kata jomblo menjadi hal yang sensitif bagi Risa. Dia berbalik menyerang. Mereka berdua saling tarik menarik seragam sekolah.

“Kamu yang nyebelin!”

“Elu yang nyebelin! Dasar jomblo!”

“BUCIN!”

“JOMBLO!”

*Duggg

Tiba-tiba dipinggir kelas pintu terbuka, seseorang berdiri tepat di depan sana. Tatapannya mengarah kepada Yuri dan Risa yang terlihat seperti ingin membuka baju satu sama lainꟷ dia benar-benar terkejut.

“ ..., Komite ketertiban sekolah ...?” nada mereka terdengar pelan, tidak begitu yakin dengan kedatangan komite ketertiban dengan membawa ekspresi yang aneh.

“Kalian berdua ... “ ekspresinya benar-benar syok, dia menutup bibirnya dengan buku pegangannya, pupil matanya bergetar. “lesbian ...?”

“!!?”

Sepenggal kalimat awal yang tidak terduga. Yuri dan Risa menjadi kaget, malah lebih kaget ketimbang komite ketertiban. Buru-buru mereka menghampiri orang itu dan segera menjelaskan.

“Tidak! Akuꟷ kamiꟷ bukan!”

“Dia yangꟷ kami tadi cuma berkelahi!”

Suara keduanya bercampur, komite ketertiban dibuat menjadi panik.

Kedatangan Yuri dan Risa membuatnya sangat takut, kakinya bergetar. Ketika berpikir akan melarikan diri, Risa mencengkram tangannya dengan kuat.

“TOLONG PERCAYA KEPADA KAMI!” seru keduanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Arisa : Love from Serotonin Where stories live. Discover now