17# Vulnusratuz

630 109 3
                                    

Note : Tolong baca author note dibawah nanti ya huhu tolong jangan diskip karena bakal ada penjelasan kecil disana.

Happy reading!

🐍🐍🐍

"Selamat tidur, Draco."

"Ya. Kau juga, Belle."

Jean menatap kepergian Draco dari pintu kamarnya. Ia menarik selimutnya lalu menatap jendela. Jendela besar itu ditutup garden, menghalangi sinar bulan yang hari ini sangatlah benderang.

Jean tidak pernah peduli akan sinar bulan. Namun, kali ini kaki tangannya seolah bergerak sendiri, menuntunnya untuk membuka sedikit tirai yang menghalangi akses masuk itu. Setelahnya, ia kembali ke kasur dan menyiapkan dirinya untuk tidur.

Selama ini ia tidak pernah tertidur dengan nyenyak selama malam; ketakutannya akan kembalinya pada realita membuat jantungnya berdegup kencang. Tidak akan, ia tidak akan menginginkannya.

Pandangannya mengabur perlahan, jari tangannya mengendur dan kelopak matanya perlahan terpejam. Tidak, ada sesuatu yang aneh dari tubuhnya. Ia menyadari sesuatu namun kesadarannya tidak lagi mendukungnya untuk menyadari apa yang telah terjadi kepada tubuhnya.

Gadis itu terpejam. Tanpa menyadari siapa yang menyusup masuk ke dalam ruangan ini dan bahaya apa yang akan mengancamnya.

Bellatrix dan Rodolphus berdiri disamping ranjang, keduanya memandang gadis yang tengah terlelap itu dengan pandangan remeh, "Dia teman dekat Harry Potter." ucap Bellatrix.

"Entah apa yang dipikirkan bocah itu hingga membawanya kemari," Rodolphus Lestrange menggeram. Bellatrix tertawa; menyeringai dengan gayanya, "Bukankah menyenangkan?"

"Kutukan apa yang harus kita berikan kepadanya?" Rodolphus bertanya. "Kupikir Lucius juga tidak begitu menyukainya."

"Hanya Cissy dan Draco yang terlalu naif disini." Bellatrix berkata. Tongkat sihir yang ia pegang itu ia daratkan di pergelangan tangan Jean. Gadis yang masih tertidur lelap.

"Kutukan Vulnusratuz tidak akan membunuhnya, bukan." Bellatrix tersenyum, lalu beberapa saat bibirnya kembali terbuka, "Vulnusratuz."

Jean merasa seluruh tubuhnya seolah disengat aliran listrik yang sangat kuat, matanya yang tadinya terpejam kini membelalak sempurna. Jantungnya serasa diremat dan aliran darahnya serasa diputar balikkan. Lidahnya seolah menarik keatas; ia benar-benar kesakitan.

Bellatrix tertawa senang melihat betapa menyedihkannya muka kesakitan darah lumpur ini. "Tidak seharusnya seorang darah lumpur datang ke Manor dengan perjamuan hangat."

"Kau bisa membunuhnya saja sekalian. Lucius sepertinya tidak akan marah." Rodolphus menyarankan.

"Tidak, masih akan ada banyak waktu untuk membunuhnya. Kau bisa mengambil alih untuk membunuhnya suatu hari nanti." Bellatrix menjawab, "tidak ada juga keuntungan bagi kita. Dark Lord tidak menyukai darah lumpur. Namun memang seharusnya dimusnahkan."

Jean tidak mengeluarkan sama sekali, namun nafasnya terengah-engah hebat, tubuhnya bergetar hebat. Matanya terpejam, namun siapapun bisa melihat bahwa pejaman itu mengandung bisa; rasa sakit luar biasa.

"Lihatlah rautnya. Rasa sakit seperti ini tidak akan membunuhmu, darah lumpur. Tenangkanlah ekspresimu sedikit."

Bellatrix mencabut kutukan itu, lalu tersenyum, menyeringai, dan tertawa. Sudut bibirnya tertarik sebelah lebih tinggi, setelah berhasil memberikan kutukan Vulnusratuz pada tamu yang dibawa keponakannya, dengan senang hati ia akan membuat gadis ini melupakan kejadian yang baru saja terjadi kepadanya.

OBSHIFTINGNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ