14. Keyna

7 1 0
                                    

Menjadi seorang peri tidur itu gampang-gampang susah. Sesuai dengan namanya, tugas dari peri tidur adalah menuntun manusia tidur dengan damai dan tenang. Sampai saat ini, aku selalu berhasil membuat mereka tertidur lelap pada waktu yang tepat tanpa ada halangan yang berarti.

Diantara semua peri tidur, aku termasuk salah satu yang terbaik. Tidak ada satu manusia pun yang tidak berhasil tidur di bawah pengawasanku. Rekan-rekan kerjaku yang lain memliki satu atau dua kesulitan. Katanya, ada satu atau dua manusia yang sulit tertidur. Aku tidak percaya dan berkata bahwa itu hanya mitos karena sekali pun aku tidak pernah bertemu dengan manusia yang seperti itu.

Selain menganggap sebagai mitos, aku dengan sombongnya berkata bahwa kinerja mereka tidak begitu bagus atau mereka yang tidak mampu menyelesaikan tugas itu sehingga menjadikan alasan bahwa ada manusia yang tidak terpengaruh dengan serbuk tidur dari peri tidur.

Hanya sampai kemarin aku berpikir seperti itu. Sekarang, aku tahu bagaimana perasaan dan susahnya mereka mengatasi manusia yang sulit tertidur meski sudah ditaburi serbuk tidur di atas kepala mereka.

Kuketahui namanya Keyna, seorang gadis remaja yang baru saja bertambah usianya. Dia berusia enam belas tahun kemarin, bertepatan dengan aku yang datang dan menjadi peri tidur untuknya mulai sekarang sampai satu tahun ke depan.

Malam itu, tepat pada pukul dua belas, Keyna dibangunkan orang tuanya. Sebuah kue tart berukir sedang berada di tangan mamanya. Lilin berangka enam belas serta lilin kecil lainnya yang mengitari kue tertancap di sana. Keyna bangun disambut senyum kedua orang tuanya. Sejatinya, Keyna tidak tidur, dia hanya berbaring dengan mata terpejam tanpa benar-benar terlelap.

"Selamat ulang tahun, Sayang," ucap kedua orang tuanya kompak.

"Terima kasih, Ma, Pa," balas Keyna.

"Ayo tiup lilinnya, sebelum itu, jangan lupa berdoa dan membuat permintaan."

Keyna memejamkan mata, berdoa dalam hati lalu meniup lilinnya.

"Apa yang kamu doakan, Key?" tanya mamanya.

"Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Ma. Key hanya berharap agar Key dapat dimaafkan dan suatu hari nanti, Key dapat bertemu dengan Reya lagi," jawab Keyna.

Kedua orang tua Keyna saling tatap sebelum mamanya memeluknya erat.

Saat itu, aku tidak tahu apa yang dimaksud Keyna dengan memaafkan. Pemandangan itu adalah yang biasa untukku. Aku sering melihat manusia merayakan hari ulang tahun dengan meniup lilin di atas kue. Ada juga yang merayakan dengan acara makan-makan baik bersama keluarga atau pun teman.

"Sekarang saatnya kamu tertidur, Keyna."

Aku menaburkan serbuk peri di atas kepala Keyna. Dia menyentuh rambutnya sekilas sebelum kembali melanjutkan aktivitas menulisnya. 

Aku mengernyit heran. Biasanya, serbuk itu selalu berhasil. Setiap kali ditabur di atas kepala manusia, dia akan menguap lalu berbaring di atas kasur dan terlelap. Anehnya, hal itu tidak berlaku bagi Keyna.

Kukira, serbuk itu mengalami masalah, tapi ternyata tidak, serbuknya baik-baik saja. Justru Keyna yang tidak baik-baik saja. Dia sanggup tidak tidur selama tiga hari. Kadang pula tertidur, tetapi saat rasa kantuk itu tidak bisa dibendung lagi. Namun anehnya, tidurnya pun tidak lelap, dia tidur dengan waktu yang lebih pendek dari manusia lainnya.

Menelisik lebih jauh, ternyata yang membuatnya tidak bisa tidur karena mimpi buruk yang selalu dialaminya. Mimpi itu adalah perwujudan rasa bersalah pada sahabat kecilnya yang bernama Reya. Mimpi itu selalu muncul dan mengganggu saat ia memejamkan mata. Oleh sebab itu Keyna selalu terjaga, tapi ada kalanya dia tertidur. Namun, mimpi itu membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang. Mimpi itu bukan hanya sekadar mimpi, melainkan ingatan yang sama sekali tidak ingin diingat olehnya.

Saat itu, Keyna dan Reya yang berusia sembilan tahun bermain bersama. Mereka melihat seekor kupu-kupu cantik dengan aneka warna pada sayapnya. Terpukau, Keyna mengajak Reya untuk berburu dan menangkap kupu-kupu itu. Mereka berlari, mengikuti ke mana kupu-kupu itu terbang. Tanpa sadar, mereka memasuki hutan, masuk lebih dalam mengikuti kupu-kupu yang terbang semakin dalam memasuki hutan.

Reya yang terlalu bersemangat tidak menyadari jika jalan di depannya telah habis. Dia tergelincir lalu Keyna berusaha membantunya agar tidak terperosok ke jurang. Naas, Keyna tidak berhasil menyelamatkan Reya.

Sejak saat itu, tidak pernah sekali pun dia melupakan kejadian itu. Keyna tidak bisa tidur karena rasa bersalahnya pada Reya sehingga memunculkan mimpi buruk tentang kejadian dan Reya yang membenci dan tidak bisa memaafkannya.

***

"Keyna, nama yang cantik. Sekarang bagaimana, apakah dia sudah bisa tertidur lelap dan tenang?" tanya Senja di akhir ceritaku.

"Ya, dia berhasil terlelap. Untuk pertama dan terakhir kalinya dia terlelap dengan damai setelah kepergian sahabatnya. Doa di hari ulang tahunnya terkabul, dia mungkin bertemu dengan Reya di alam yang berbeda. Aku yakin, Reya pasti memaafkannya. Semoga Keyna pun bisa memaafkan dirinya sendiri."

🍃Selesai🍃

Kedai Teh Senja [KumCer] ✓Where stories live. Discover now