33. Sidang Skripsi

449 70 33
                                        

"Anjir, kenapa sih gue?" Jeffrey kesal. Kesal dengan dirinya sendiri karena selalu merasa kesulitan untuk mengambil keputusan.

Ia menjauhi pintu kamarnya dan kembali duduk di atas tempat tidurnya. Lalu kembali berdiri lagi didepan pintu dan memegang kenop pintu itu. Tapi semenit kemudian ia kembali duduk diatas tempat tidurnya. Sudah hampir satu jam cowok itu nggak jelas begini, bolak-balik dari tempat tidurnya menuju pintu dan sebaliknya.

Tyong tiba-tiba masuk ke kamar Jeffrey, "Lah anjir, Belum berangkat juga lo Jef?"

"Udah tau nggak usah pake nanya lah!" Jeffrey emosi, padahal tadi Tyong cuma nanya. Jeffrey memperhatikan Tyong yang sedang berdiri didekat pintu, "mau ngapain lo?"

"Nyolong duit."

"Dih."

"Hehe." Tyong nyengir, "Canda. Mau ngambil buku gue yang ijo itu."

"Tuh disitu." Telunjuk Jeffrey menunjuk ke arah buku itu berada, di atas meja belajarnya, "Ambil aja deh, nggak ada manfaatnya di gue."

"Nggak tau terima kasih emang lo ya." Cibir Tyong yang kemudian menghampiri meja belajar Jeffrey, mengambil bukunya disana, "Yaudah, gue nggak mau lama-lama di sini. Auranya negatif!"

Tyong yang berjalan keluar dari kamar Jeffrey, tiba-tiba berhenti. Ngerem mendadak soalnya pergelangan tangannya ditarik Jeffrey dengan cara yang nggak ada unsur lemah lembutnya sama sekali, "Tunggu duluuu, maen keluar aje lu."

Tyong memutar kedua bola matanya, "Yaelah, kenapa sih? Nggak usah drama korea lu, pegang-pegang gue segala. Kayak homo."

Iya juga ya. Jeffrey langsung melepaskan pergelangan tangan Tyong. Lalu berdehem, "Mau nanya."

"Apaan?"

"Enaknya gue gimana sih yoooooong? Gila! Stress gue lama-lama. Berangkat nggak nih gue? Ntar kalau Yeri malah pusing gara-gara liat muka gue gimana?" dalam beberapa detik, Wajah tampan Jeffrey ini langsung berubah nggak karuan. Segala macam emosi terpancar dari sana. Mulai dari bingung, khawatir, sedih dan lainnya yang negatif.

"Berangkat sono dah. Belum dicoba nggak usah stress duluan. Gunanya apa coba?"

"Ada Mark pasti." Jeffrey putus asa, "bisa ditonjok ditempat gue ntar."

"Ya asal lo nggak tiba-tiba nembak Yeri di depan Mark sih." Sahut Tyong, "tapi jangan ditembak deh kalau saran gue, kayaknya udah nggak ada harapan lu."

Jeffrey menerutkan dahinya, "Kenapa?"

"Udah keduluan. Ngajakinnya dinyanyiin gitu, sambil main piano pas staycation kemarin."

Oke, sebuah informasi penting dari Tyong. Semakin membuat Jeffrey ingin melangkah mundur. Bukan lagi ingin, sepertinya memang harus.

Jujur saja, nggak semudah itu melupakan Yeri dan perasaannya kepada cewek itu. Sedangkan Jeffrey juga sudah memutuskan untuk tetap berada di sisi Rose. Entahlah. Jeffrey pusing.

"Woy, bengong aje lu. Udah nggak usah galau lagi. Udah kejadian." Ucap Tyong yang menyadarkan lamunan Jeffrey.

"Yaudahlah gue berangkat aja." Ucap Jeffrey dengan mantap, "Lo nggak ikutan?" Tanya Jeffrey.

"Ntar gue nyusul, kabarin gue jangan lupa!" Jawab Tyong.

Jeffrey langsung lemes, "Lah gue kira lu mau ikutan juga! Gimana sih? Lu kan yang kemaren-kemaren bantuin dia, masa nggak dateng?" Katanya, "Temenin gue kek."

"Iya ntar dateng, tapi ntar nggak sekarang. Lu berangkat aja sono, ada Giselle disana." Kata Tyong, "lagian lo tuh apa gunanya sih punya muka ganteng begini? Gitu doang aja nggak berani."

SEMESTER AKHIR; Jung Jaehyun [END]Where stories live. Discover now