BAB XXIII

3 1 0
                                    

Alasan Changmin pingsan dan dirawat selama semalaman di Rumah Sakit, karena hipertensinya kembali kambuh. Beruntung, dokter mengatakan Changmin hanya perlu istirahat dan menghindari beberapa makanan yang memang tidak boleh dimakannya. 

Tentu, Baekhyun yang memang cerewet, langsung saja memarahi ayahnya sendiri yang sudah berumur, tetapi bersikap seolah masih muda. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa menghentikan Baekhyun untuk berpotek-potek, dan Changmin pun hanya bisa diam melihat tingkah anak bungsunya.

Ia yang berpapah pada Chanyeol menuju rumah mereka, hanya bisa menghela napas lalu berbisik. "Pantas saja adikmu itu tidak memiliki pasangan sampai sekarang."

Chanyeol yang mendengarnya pun sontak tertawa pelan. Disaat seperti ini, ayahnya bisa-bisanya mengatakan hal itu, walau kenyataannya memang benar. 

Baekhyun sejak dulu tidak pernah membicarakan atau membawa seorang gadis. Terkadang, Chanyeol pun selalu berpikiran, apakah adiknya itu pria normal?

Sementara Baekhyun yang terus berbicara pun, mendadak heran akan kakak dan ayahnya yang saling berbisik. Ia menduga, kedua pria dewasa itu pastinya sedang membicarakannya, sehingga ia langsung memukul kepala Chanyeol sebagai balasan.

"Hei, aku hanya memberikan saran, kenapa kalian malah menggosipku?" ucap Baekhyun setelah memukul kepala Chanyeol.

Sang empu tentu tidak terima, tetapi ia tidak bisa membalas saat ia sedang memapah sang ayah menuju rumah. Bagi Chanyeol, Baekhyun amat beruntung hari ini, sebab ia tidak bisa melakukannya. Apalagi, saat Baekhyun kini berlalu terlebih dahulu untuk membuka pintu yang tidak terkunci.

Sekelibat, Chanyeol baru sadar akan kedua anaknya yang bersama dengan Weiwei. Bahkan, ia lupa untuk memberikan kabar soal keadaan ayahhya yang baik-baik saja kepada Weiwei yang entah di mana saat ini. Chanyeol tidak melihat keberadaan Weiwei di rumahnya. Apa kedua anaknya berada  di rumah Weiwei?

Pikiran itu berputar di kepalanya, saat ia menuntun sang ayah untuk duduk di atas sofa ruang tamu. Lantas, berjalan untuk memastikan ke kamar sikembar---meninggalkan sang ayah bersama dengan Baekhyun, tetapi ayahnya bersikukuh pada Baekhyun untuk mengekori Chanyeol.

"Ayah sudah tua! Jika banyak bergerak, bisa-bisa Ayah tidak akan sadarkan diri, bahkan bisa mati!" celotehnya sekali lagi, membuat Changmin kesal saja.

"Diamlah, Baekhyun. Jika kau ingin di sini, tetap di sini! Ayah akan mengikuti Chanyeol untuk menemui kedua cucuku!" timpalnya sembari mencoba bangkit.

Baekhyun benar-benar kesal. Sungguh, ia sangat mengantuk dan ingin sekali tertidur! Mengingat, ia harus berjaga, karena khawatir, tetapi ayahnya sama sekali tidak memahami itu. Manalagi, saat ia tentu tidak bisa di sini saja---takut-takut akan terjadi sesuatu kepada ayahnya. Alhasil, ia mengekori sang ayah yang kini berhenti di depan kamar sikembar.

Bukan ayahnya saja, tetapi Chanyeol juga ada di sana---dengan tatapan yang sama sekali tidak dimengerti Baekhyun. Sehingga, Baekhyun langsung saja mendekat dan mengamati pusat perhatian keduanya yang ternyata tengah  melihat, kedekatan Weiwei dengan sikembar.

Baekhyun memperjelas, sikembar terlelap dalam pelukan Weiwei. Tentu saja, semua orang yang melihatnya, akan terpaku. Termasuk Chanyeol sendiri, sebab ia tidak pernah melihat kedua anaknya serasa damai dalam tidurnya dalam pelukan seorang wanita. Seolah-olah, ada ikatan lebih di antara Weiwei dan sikembar. Baekhyun dan Changmin pun bisa merasakannya.

Tanpa sadar, Changmin kini memegang sebelah pundak Chanyeol. "Nak, Chanhyuk dan Yeola sepertinya benar-benar membutuhkan kasih sayang seorang Ibu. Ayah tahu, kau bisa mengambil dua peranan sekaligus, tetapi kau tentu saja tidak bisa menyamakannya, Nak," ucap Changmin.

Sekilat, Chanyeol mengalihkan tatapan dengan memejamkan mata. "Tidak, Ayah. Kedua anakku tidak memerlukannya. Lagipula, Misun selalu berada disisi kami, sampai kapan pun itu." Sembari mengangguk dan menghalau air matanya yang sempat ingin menetes.

Niat awalnya yang ingin memastikan, memang telah terlaksana. Akan tetapi, Chanyeol langsung saja meninggalkan kamar itu dan berlalu ke  dapur. Sungguh, Chanyeol sangat tidak senang jika ayahnya terkena virus Baekhyun yang seakan menyuruhnya untuk mencari pendamping lagi. Apalagi, saat kedua pria itu seakan menjadikan Weiwei sebagai mempelainya.

Bagi Chanyeol itu tidak mungkin.

***

Weiwei meregangkan seluruh ototnya yang serasa mati rasa. Dengan kedua mata yang menyipit, mencoba mengamati sekitar dan ia merasakan tangannya yang menjadi bantalan kepala mungil dan tubuhnya yang dipeluk erat seperti guling.

Alhasil, Weiwei langsung mendelik. Ia baru sadar, jika saat ini berada di rumah Chanyeol dan terlelap begitu damai---hingga melupakan waktu dan beberapa hal.

Weiwei tidak tahu, bagaimana keadaan Paman Shin saat ini? Dan, apakah Chanyeol telah kembali? Ia benar-benar lupa dengan semua itu.

Hingga tidak lama, Weiwei dikejutkan dengan gerakan kecil Yeola dan Chanhyuk yang perlahan terbangun, karena cahaya dari celah jendela kamar ini. Ia yang berusaha untuk menghalau cahaya itu, malah membuat sikembar langsung terbangun.

"Bibi …." Yeola pun langsung terduduk.

Chanhyuk yang masih mencoba mengumpulkan kesadarannya, kini ikut duduk di atas kasur seraya mengucek matanya. "Bibi Weiwei …."

Weiwei yang bingung, mencoba untuk tenang dengan memegang kedua pipi Chanhyuk dan Yeola lalu tersenyum. "Apa kalian tidur dengan nyaman? Apa kalian bermimpi indah?"

Dengan kilat, Yeola mengangguk antusias. "Mimpiku sangat indah! Akan kuberitahu kepada Bibi, nanti!"

Sambil menggeleng, Chanhyuk lalu berkata, "Aku tidak tahu bermimpi apa-apa."

"Begitu---"

Tutur kata Weiwei pun langsung terhenti saat ia mendengar suara bising. Sikembar juga mendengarnya, membuat mereka langsung saling menatap berpikir ke mana-mana. Manalagi, Weiwei belum mendapat kabar dari Chanyeol. Bisa jadi, itu dari orang asing? Oh, Tuhan! Weiwei lupa mengunci rumah.

"Itu Ayah---"

"Tetapi Ayah kalian tidak memberi kabar akan pulang," pangkas Weiwei langsung atas ucapan Chanhyuk.

Alhasil, Yeola langsung menatap pintu dengan ngeri. "Apa itu hantu?"

Sungguh, Weiwei ingin tertawa, tetapi saat ini waktunya tidak tepat. Ia hanya menggeleng. "Lebih dari itu."

Sikembar yang tidak paham, hanya mengamati Weiwei yang tengah berpikir. Sikembar juga langsung meninggalkan kasur, saat Weiwei melakukannya terlebih dahulu dan mengambil tongkat bisbol yang ada di dalam kamar ini.

Mulai paham, Chanhyuk juga mencari benda yang dianggapnya sebagai senjata dan dia memilih katapel beserta batunya dan Yeola yang mengambil pistol mainan sang kakak, walau ia sama sekali tidak mengerti.

"Bibi Weiwei … hati-hati! Aku dan Yeola akan terus bersama Bibi."

Sekejap, Weiwei berbalik dan menemukan sikembar yang juga memegang senjata. Alhasil, Weiwei langsung tertawa---membuat sikembar bingung, tetapi tawa Weiwei harus terhenti saat kembali mendengar suara benda jatuh.

Weiwei, Chanhyuk dan Yeola pun sontak saling menatap. Lantas, mereka mengangguk, sebelum Weiwei yang memimpin membuka pintu dan menyuruh sikembar untuk tidak berbuat aneh, sebab apapun bisa terjadi.

Tbc.

Semoga terhibur, ya❤

Hello, My Hero!Where stories live. Discover now