5. Pretty Smile

11 2 0
                                    

Kini Tasha sedang berdiri di pinggir jalan. Setiap hembus angin kini sedang menyapa beberapa inci wajah cantiknya, angin malam baru saja menyapu beberapa rambut gadis itu dengan lembutnya. Kini Tasha sedang berada di depan minimarket dekat rumahnya.

"Udah malem, balik ah nanti oma nyariin lagi." Gumamnya setelah melirik jam pada layar ponselnya.

Dengan cepat Tasha membalikkan tubuhnya sampai ia tidak melihat bahwa di belakangnya kini sudah ada anak laki-laki bertubuh jangkung juga sedang membelakanginya. Kening Tasha membentur punggung lebar laki-laki itu pelan.

"Aduh!" Cetusnya kaget.

Laki-laki itu refleks membalikkan tubuhnya seraya mengalihkan pandangannya pada Tasha yang sibuk mengusap-usap keningnya.

"Sorry, gue gak sengaja." Ucap Tasha tanpa menatap pria jangkung itu.

Laki-laki itu menatap Tasha terkejut, antara percaya dan tidak percaya bahwa gadis di hadapannya saat ini adalah Tasha.

"Tasha." Cetus Dewa.

"Dewa." Batin Tasha saat melihat Dewa.

Ternyata laki-laki jagkung itu adalah Dewa. Kebetulan malam ini sepulang dari latihan basket tadi sore, ia mampir ke kedai kue Bandung di dekat sini.

"Gue duluan." Pamit Tasha lalu berjalan melewatinya begitu saja.

Namun, baru satu langkah tangannya sudah dicekal duluan oleh Dewa. Seakan-akan Dewa tidak mengizinkannya untuk pergi duluan.

"Tunggu dulu." Pinta Dewa.

Tasha melepaskan genggaman tangan Dewa karena merasa risih.

"Lepas!" Tasha menyingkirkan tangan Dewa.

Dewa mundur beberapa langkah agar bisa melihat wajah gadis itu.

"Gue anter, udah malem." Tawar Dewa.

"Gak perlu, gue bisa sendiri." Tolak Tasha cepat.

"Gak papa, kebetulan rumah lo sama rumah gue searah." Sahut Dewa lalu menuju mobilnya.

Kini mobil Dewa sudah berhenti tepat di sebelah Tasha yang masih diam membeku di sana. Dewa membuka kaca mobilnya agar bisa melihat gadis itu.

"Naik." Dewa mengedikkan kepalanya. Tasha masih saja mengamati gerak-gerik Dewa sejak tadi.

Tasha termangu menatap wajah Dewa yang terlihat tampan saat ini. Begitu pun Dewa, ia masih saja memandangi gadis itu.

"Sampe kapan mau berdiri di situ? Kaki lo gak pegel? Katanya mau pulang." Ucap Dewa.

"Ayo naik! Gue anter. Udah malem nanti keluarga lo nyariin." Imbuhnya.

"Keluarga? Papa gue sendiri aja gak pernah mau peduli sama anaknya sendiri." Batin Tasha seraya tersenyum miring.

Tasha memutuskan pandangannya ke arah lain.

"Gue pulang sendiri. Makasih buat tawaran lo." Ucap Tasha lalu meninggalkan Dewa begitu saja.

Dewa sangat heran dengan sikap gadis itu. Kenapa ia selalu menolaknya? Padahal di luar sana banyak wanita yang mengejarnya. Tapi, Tasha berbeda dengan wanita di luar sana. Dewa masih menatap kepergian Tasha yang tak mempedulikannya itu.

Dengan cepat akhirnya Dewa bertindak. Dewa melajukan mobilnya mencoba menghentikan langkah Tasha saat ini.

"Sha, berhenti!" Pinta Dewa. Namun, Tasha masih terus berjalan dan menghiraukan Dewa.

"Sha, berhenti!" Pintanya sekali lagi namun tetap tak ada respon.

"Gak punya kuping ya?" Tanya Dewa mulai kesal.

DEWA - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang