SATU

23 2 0
                                    

Pengkhianatan yang dilakukan Ayah Citra tak hanya meninggalkan luka hati dan trauma mendalam, tetapi juga meninggalkan rentetan akibat yang akan terjadi seumur hidup. Kini, hidup keluarga Citra semakin sulit. Ayah Citra pergi tanpa memberi mereka harta apapun selain rumah kecil yang temboknya sudah retak di mana-mana sehingga Ibu Citra yang hanya seorang ibu rumah tangga kesulitan untuk menyambung hidup. Apalagi beliau harus membiayai dua orang anaknya yang masih sekolah.

Untuk tetap hidup, Ibu Citra terpaksa menjalani pekerjaan sebagai tukang cuci. Namun uang yang didapatkan tidak seberapa, hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Sedangkan untuk biaya sekolah, Ibu Citra menjual beberapa perhiasan yang dimilikinya. Melihat betapa sulitnya sang Ibu memutar uang untuk kelanjutan hidup mereka, membuat Citra sedih dan tertekan. Dia tak berani meminta uang sekalipun untuk keperluan sekolah. Citra tahu ibunya tak mungkin bisa menanggung biaya sekolahnya sampai lulus. Akhirnya, timbullah sebuah ide. Sesungguhnya ini tidaklah mudah dan Citra tidak akan melakukannya bilamana keadaannya berbeda. Tapi saat ini dia harus melakukannya.

"Ibu, Citra mau berhenti sekolah aja ya. Citra mau cari kerja buat bantu Ibu," kata Citra hati-hati saat sedang membantu ibunya mencuci pakaian langganannya.

Gerakan sang Ibu terhenti dan ia menoleh menatap anak sulungnya. "Nggak usah begitu!" ujarnya tegas. "Lagian setiap hari kamu udah kerja bantu Ibu. Itu udah cukup," tambahnya. Ada rasa nelangsa dalam hatinya mendengar usul Citra. Ya, Citra benar, membiayai dua anak yang masih sekolah memang berat. Namun ia juga tak ingin anaknya sampai putus sekolah. Ia akan melakukan apa saja demi menuntaskan pendidikan anak-anaknya hingga sarjana. Apa saja. 

"Tapi Bu, kalau Citra sekolah sampai lulus, barang di rumah kita akan habis dijual."

"Nggak usah khawatir soal itu, Ibu masih bisa nyekolahin kamu sama Amel," sahut Kasih seraya kembali mengucek pakaian, memalingkan wajah dari Citra. Matanya sudah panas oleh desakan air mata. Namun ditahannya air mata itu supaya tidak tumpah di depan anaknya. "Ibu cuma butuh kamu belajar yang benar, supaya kamu pintar dan dapat beasiswa. Kamu baru boleh berhenti sekolah kalau udah lulus, ngerti?"

Citra menyerah dan mengiyakan saja. Titah ibunya sudah tak terbantahkan. 

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Citra segera mengeringkan tangannya dan bergegas membukakan pintu. Ternyata Kakek Citra yang datang. Citra menyambut kakeknya dengan bersalaman dan mencium tangan beliau.

"Ibu sama Amel mana, Cit?" tanya Kakek Citra.

"Ibu lagi nyuci, Kek. Sebentar ya, aku panggilin."

Citra kembali ke belakang untuk memanggil ibunya. Kemudian dia ke dapur untuk membuatkan segelas teh untuk kakeknya. Dari dapur, Citra mendengarkan percakapan ibu dan kakeknya.

"Gimana kabarmu, Nak?" tanya Kakek Citra pada Kasih, putrinya.

"Ya, ginilah Pak. Sekarang aku pontang-panting sendiri nyari nafkah buat anakku. Mas Gunawan nggak ninggalin apa-apa buat aku sama anak-anak. Kami juga nggak dikash uang bulanan," jawab Ibu Citra sedih.

Sang Bapak menatap Kasih Iba. Tak menyangkan nasib seperti ini akan menimpa putrinya. "Yang sabar ya, Nak. Bapak tahu sekarang hidupmu susah. Yang penting sekarang kamu tawakal sama Allah, jangan stres. Kamu harus kuat demi anak-anakmu."

"Iya, Pak," jawab Kasih sekenanya. Mudah bagi orang mengatakan sabar kepadanya. Jika bisa, ingin rasanya Kasih melakukan hal lain demi memperbaiki keadaan selain hanya sebatas bersabar saja, karena sabar tidak bisa menyelesaikan persoalan hidupnya.

***

Sambil menuangkan gula, Citra mengusap air matanya. Hati Citra rapuh sejak ayahnya pergi. Sedikit saja mereka membahas sesuatu tentang ayahnya atau kesulitan hidupnya sekarang, Citra takkan tahan untuk tidak menangis. Selain meratapi nasibnya, ia juga kasihan melihat ibunya yang menanggung akibat terberat dalam masalah ini. Sebisa mungkin, Citra berusaha tidak pernah menunjukkan kesedihannya di depan sang Ibu. Citra tidak ingin menambah beban ibunya karena melihat kesedihannya.

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang