24. DAM 🧔🏻

235 11 1
                                    

Aku mengacak rambutku frustasi. Tadi aku memutuskan untuk meminta bantuan Dino, dan kata-kata Dino yang membuatku tidak bisa berfikir jernih.

"Kemungkinan Azka diculik wan. Bukannya pergi. Dan gue yakin Azka gak bersifat kekanakan hanya karena lo jutekin dia."

"Dan kemungkinan, penculikan itu atas kesalahan masa lalu lo baik yang lo tau atau enggak."

Masa lalu? Masa laluku cuma sama Rey dan Arin. Lalu masalah itu Sekarang sudah selesai, masa lalu apalagi?

"Atau seseorang yang nyulik Azka itu punya gangguan jiwa atau kecanduan narkoba. Biasanya kan orang semacam mereka punya hasrat tersendiri buat menuhin nafsunya."

Apa mungkin?

"Bisa jadi juga,,, orang itu terobsesi sama Azka atau sama... Lo?"

Terobsesi? Sama Azka? Sejauh ini aku tau kalau Azka gak punya mantan atau orang yang deket sama dia. Kalau aku? Terobsesi? Feli? Mantanku?

"Tapi ini baru hipotesa gue aja ya wan. Selebihnya nanti gue minta bantuan temen deh. Dia emang bukan detektif terkenal kayak Conan, tapi dia lumayan berbakat sama masalah kayak gini, gue yakin dia bisa diandalkan dalam masalah ini."

Aku sedikit berterima kasih sama Dino. Secara dia tau keadaan ekonomi aku gak memungkinkan untuk menyewa detektif.

Suara merdu dari Billie eilish menjadi dering ponselku. Azka yang menggantinya hehe.

Fika.

"Ya fik?"

"Udah ketemu wan?"

"Belum. Lo?"

"Gue baru keluar kelas, abis ini gue bantu lo cari Azka. Semangat wan, Azka pasti ketemu."

"Thanks."

Ku kira Fika telepon Azka sudah ketemu. Tapi ternyata tidak.

Tring!!!

+62813********
|Bingung eh?
|Sampai nenek saya bangkit dari kubur kamu tidak akan bisa menemukan kekasih sehidup semati kamu hahahahaha.

Pesan dari nomer itu lagi? Ekspektasi ku kalau Azka kabur dipatahkan oleh pesan dari iblis diseberang sana.

Gazwan
|Dimana Azka!?

Yah dengan terpaksa akhirnya aku membalas pesannya setelah dulu selalu aku diamkan.

+62813********
|Tidak segampang itu untuk kamu tau dimana Azka!!!
|Karena...

Gazwan
|Karena apa!?

Aku makin ketar-ketir menunggu balas pesan orang gila itu. Ya dia memang gila, atas dasar apa sampai dia menculik Azka.

+62813********
|Mungkin besok malam,,,
|Dia dan calon bayi kembar kalian akan saya eksekusi.

Kembar? Aku akan punya dua anak sekaligus? Ya Allah, aku harus senang atau sedih?

Senang karena aku akan punya dua anak sekaligus, dan sedih karena Azka harus hilang disaat kondisinya seperti itu.

Aku harus bagaimana???

Handphone ku kembali berdering, kali ini bukan sebuah pesan, melainkan sebuah panggilan telepon dari Farhan.

"Ya han?"

"Bang kayaknya saya dapet sedikit petunjuk dimana Azka. Bisa kita ketemu di belakang kantin fakultas?"

"Kenapa harus disana?" Ya kenapa harus disana? Bukannya aku takut karena disana sepi atau bagaimana, hanya saja, masih banyak tempat yang bisa dijadikan pertemuan didekat sini.

"Saya rasa lebih baik disana bang." Oke kalau Farhan maunya begitu.

Aku segera menyusul Farhan ke belakang kantin. Hari sudah mulai sore dan hanya aku berdua dengan Farhan yang ada disini.

"Gimana Han?"

Farhan menoleh kesana-kemari seperti memastikan kalau tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka.

"Sebelumnya alasan saya ketemu disini supaya gak ada yang denger bang."

"Hah? Memang kalau ada yang dengar kenapa?"

Dia menghela napas pelan. "Saya rasa pelakunya masih orang sini dan bisa jadi dekat dengan bang Gazwan."

Aku mengusap wajah kasar. Dekat? Siapa? Hanya Dino yang dekat denganku. Dia mana mungkin mau menyakiti Azka.

"Dan satu lagi," dia mengeluarkan botol air mineral yang tersisa seperempat. "Didalam sini ada obat tidur dalam dosis tinggi. Kemungkinan Azka minum ini."

"Setega itu kah?"

Farhan mengangguk.

"Oh iya han. Nih." Aku memberi tahu Farhan pesan dari orang itu.

Farhan mengerutkan keningnya. Lalu melihatku.

"Boleh saya pinjam dulu bang? Mungkin dengan pesan ini lebih gampang buat dilacak."

Aku mengangguk, apapun aku lakukan demi Azka.

"Saya pamit dulu bang, ini handphonenya saya bawa dulu sementara. Nanti malam saya antar ke rumah."

"J-jangan kerumah. Ke resto saya aja."

"Dimana bang?"

"Depan gicafe."

"Owalah. Oke bang. Oh iya satu lagi. Bang Gazwan ikutin aja permainan orang itu. Jangan bantah ataupun protes. Sisanya biar saya urus."

Entah kenapa aku percaya sepenuhnya pada Farhan.

Semoga dengan bantuan Farhan dan dua teman Azka lagi serta Dino dan Fika. Azka lebih cepat ketemu.

TBC



Dating After Marriage [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora