14. DAM

187 12 0
                                    

"dek bangun, mandi. Sholat subuh dulu."

"Eunghhh."

"Ayok bangun mandi."

"Dingin kak... Ini masih pagi buta."

"Udah azan azka... kamu juga harus biasa mandi pagi buta kayak gini."

"Okey okey." Ya akhirnya aku bangun setelah baru tidur jam 2 tadi.

"Mau aku masakin air panas?"

"Enggak usah kak." Aku berjalan dengan gontai dan masih merasakan sakit di bawahku.

Setelah mandi kami melanjutkan sholat subuh berjamaah. Lalu kak awan bersiap pergi ke resto dan aku membantu bunda memasak di dapur.

"Pagi bunda. Masak apa Bun?"

"Pagi juga sayang. Nih bunda masak oseng bayam jagung sama daging sapi lada hitam."

"Azka bantu ya bunda."

Daging sapi lada Hitam juga salah satu makanan kesukaan ku. Sebenernya semua makanan sih aku suka hehehe, yang penting halal sama bisa dimakan aja.

"Kamu jadi masuk kampus yang sama kayak Gazwan ka?"

"Oh jadi dong bunda." Kataku sedikit menyombongkan diri.

"Biar bisa bareng pasti?" Waw tebakan bunda tepat sekali.

"Hehehe tau aja bunda."

Bunda pun ikut tertawa.

"Eh ka. Kamu harus kuat hati loh satu kampus sama Gazwan."

"Eh emang kenapa Bun?"

"Gazwan tuh fansnya banyak. Sebagai asdos salah satu dosen killer ditambah gantengnya itu loh... Bikin para mahasiswi kelepek kelepek."

"Serius bunda?" Waw, famous banget ya suamiku, untung udah jadi suami hehehe.

"Iya serius. Waktu selesai jadi maba aja, dia pulang bawa sekantong plastik gede yang isinya coklat, surat, sama bunga. Sampe itu coklat dibagiin ke tetangga saking banyaknya."

Sekali lagi we o we. WOW!!!

"Tapi kak awannya ga genit kan Bun? Dia pernah ga bawa cewe ke rumah?"

Bunda terlihat mengingat-ingat. "Awan sih ga genit setau bunda. Seinget bunda juga sih, temen kuliah yang Gazwan bawa itu ya satu-satunya cuma Dino."

Huh Alhamdulillah.

Setengah jam kami habiskan memasak sambil mengobrol bersamaan, saatnya bunda memanggil papa, kak awan dan kak Rey turun, sedangkan aku menyusun meja makan.

Para lelaki turun dengan gaya mereka yang kasual. Papa dengan jasnya siap untuk ke kantor, kak awan dengan kemeja maroonnya siap untuk ke resto, dan kak Rey dengan Hoodie biru Dongker-nya entah mau kemana.

"Tante Sintya kemana kak Rey?" Tanyaku sambil memasukkan secentong nasi ke piring kak awan.

"Nginep di rumah temennya. Ada acara." Aku mengangguk saja, dan berakhirlah obrolan karena dimulainya sarapan pagi bersama.

"Kakak langsung ke resto?" Tanyaku setelah melihat kak awan langsung bangun saat makanannya baru saja habis. Dia hanya mengangguk lalu berjalan ke arah pintu.

Sebagai istri yang Sholehah -azekkk- aku mengikuti kak awan sampai depan pintu.

"Kamu dirumah aja ya." Aku mengangguk.

"Kalau ada apa-apa telpon aku aja ya."

"Hmm kalau aku susul kakak?"

"Jangan!" Eh- yasudah mau gimana lagi, kembali aku mengangguk pelan.

"Yaudah gitu aja." Mengulurkan tangan untuk mencium tangannya dilanjut dia yang mengecup ubun-ubun ku.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Dan mobilnya sudah melaju cepat meninggalkan halaman rumah. Hmm ngapain ya seharian tanpa kak awan? Pasti bakal boring banget nih, mana ga punya temen. Ke kamar aja deh...

TINGGG.

notifikasi dari handphone membuat senyumku mengembang dan memutuskan berganti baju dan menyusul kak awan ke resto.

👰🤵👰🤵

Huh, renovasi rooftop sesuai gaya yang aku sarankan sepertinya sudah mulai berjalan dengan baik. Buktinya banyak pekerja bangunan yang hilir mudik membawa alat-alat.

Masuk ke dalam resto aku mendapat sambutan hangat dari waiters. Mengedarkan pandangan ku ke segala arah tapi aku tidak melihat tanda-tanda kak Awan disana. Sepertinya di ruang sebelah.

Yap itu dia kak awan. Eh- tapi siapa perempuan yang sedang ngobrol dan tertawa bersama. Emm mungkin itu klien kak awan yang akan mereservasi meja.

"Kak awan." Panggil ku saat perempuan tadi sudah pergi. Terlihat kak awan yang sedikit terkejut.

"K-kamu ngapain kesini?"

Jadi aku ga boleh dateng kesini ya? Yowes aku pulang.

"Eh-eh mau kemana?"

"Pulang."

"Kenapa? Kan baru sampe?"

"Kan tadi kakak ngusir aku."

"Kapan?"

"Tadi!" Aku berjalan keluar resto. Kak awan memanggil namaku dengan suara keras, gak peduli pengunjung satu restoran natap aneh ke arah dia.

"Stop!" Yah ketangkep deh.

"PMS ya kamu?" Ih ngomongnya. Aku yang keburu kesal akhirnya menginjak kakinya yang hanya mengenakan sendal jepit itu. Entah kemana sepatu yang dia kenakan dari rumah.

"Eh kok ngamok..."

"Yuk ikut aku ke ruangan."

Pasrah deh aing mau dibawa kemana. Bawa adek ke KUA bang.... Eh lupa udah nikah.

Sampailah kami di ruangan kak awan. Setauku ini ruangan untuk istirahat kak awan kalau nginep di resto. Wih mantul lah.

"Kamu kenapa kesini?"

"Enggak. Pengen aja. Abis bingung di rumah mau ngapain."

Kak awan duduk di sofa sebelah ku. "Kok mukanya cerah gitu. Lagi seneng ya?"

Yes, aku mengangguk antusias.

"Apa yang bikin seneng?"

Aku merogoh handphone di dalam tas ku, dan menunjukkan kak awan notifikasi yang membuatku seneng bukan main. Dia menaikkan dua sudut bibirnya. Ikut tersenyum bersamaan dengan tangannya yang mengelus rambutku yang tertutup jilbab.

"Nanti kalau sudah masuk, ingat ya! Jangan main-main kuliahnya. Inget perjuangan kamu dapetin kampus impian kamu."

Aku mengangguk.

"Akhirnya ga jadi maba onlen hahaha."

Yah setelah tertawa kami melanjutkan dengan berbagai obrolan tak berfaedah seperti biasanya. Bercanda lagi, tertawa lagi. Hadehhh.

👰🤵👰🤵

Dating After Marriage [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang