26-Gift For You

109 28 21
                                    

Kedua kelopak mata Sesya perlahan terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan mata lalu senyumnya merekah lebar saat melihat hyancinth ungu yang kini telah dipindahkan ke dalam vas bening. Hadiah pemberian Filo yang lebih dulu sampai seminggu yang lalu, padahal tepat hari ini usia Sesya genap bertambah jadi sembilan belas tahun.

Ah, aku jadi rindu sama kamu, Fi. Aneh, ya? Padahal Edo adalah kamu, tapi kenapa aku masih rindu sama kamu. Jujur aku rindu waktu kamu panggil aku mama, padahal sudah jelas kalau kamu bukan anakku.

Tidak ada gunanya terus memikirkan Filo, lagipula lelaki itu tidak akan kembali lagi ke masa ini. Sesya lalu menyibak selimut tebal dan melangkah menuju kamar mandi untuk membasuh wajah. Setelah itu, ia menyusul kedua orang tuanya yang lebih dulu berada di ruang makan untuk sarapan bersama.

"Selamat pagi Bunda, Ayah," sapa Sesya riang lalu mendaratkan bokong di kursi makan.

Kedua bola matanya berbinar menatap brownies dengan hiasan lilin ulang tahun terletak di tengah-tengah meja makan. "Kue untuk Sesya, Bun?"

Hanna mengusap kepala Sesya lembut. "Selamat ulang tahun anak bunda. Di umur ini harus lebih rajin dan selalu jadi anak yang baik, ya. Bunda selalu mendoakan kamu," ujarnya.

"Ih, Bunda pagi-pagi udah buat mewek aja." Sesya memajukan bibir bawah. "Tapi makasih banyak, ya, Bunda," ucapnya seraya memeluk tubuh Hanna.

"Selamat ulang tahun anak ayah, ya. Sesya mau apa dari ayah?" tanya Adam seraya memotong brownies lalu memberikan kepada Sesya.

"Hm, apa, yaa?" Sesya mengetuk-ngetuk dagu dengan telunjuk. "Sesya cuma mau makan malam bareng Ayah dan Bunda, 'kan udah lama enggak makan malam bareng," pintanya.

"Iya deh, demi Sesya nanti ayah izin dari kantor. Bunda juga akan izin dari kantor, iya 'kan, Bun?"

Hanna mengangguk. "Nanti bunda izin dari kantor. Oh iya, sekalian undang Dana, ya, biar ulang tahun kamu makin ramai."

Ucapan Hanna membuat Sesya tersedak. Buru-buru ia mengambil segelas air mineral di atas meja dan meneguknya habis. "Uhuk ... uhuk ... tadi Bunda bilang apa?"

"Bunda tadi suruh undang Dana. Sudahlah nanti saja bahas itu, sekarang sarapan dulu. Nanti kamu tersedak lagi," perintah Adam yang ditanggapi anggukan kecil oleh Sesya. "Omong-omong, Dana itu siapa?"

Sesya menghela napas. Siapa lagi? Mantan calon suamiku di masa depanlah.

***

Jarum jam baru menunjukkan pukul sepuluh pagi. Setelah sarapan dan mengerjakan perintah ibu negara, Sesya memutuskan untuk mengurung diri di kamar. Seperti biasa, hari ulang tahunnya tidak ada sesuatu yang istimewa. Sama saja seperti hari biasa.

Kalau Filo masih ada? Apakah ulang tahunnya kali ini akan berbeda? Hah, Sesya hanya bisa mengira-ngira dan mengkhayal saja, karena kenyataan berkata lain. Filo tidak akan kembali. Dia sudah pergi jauh.

Sesya merebahkan tubuh ke atas kasur, menatap langit-langit kamar bewarna biru langit yang baru saja di cat beberapa hari lalu. Sedetik kemudian ia baru teringat dengan kotak bewarna biaru yang diambil dari rumah Edo saat ia diajak ke sana.

Setelah menguatkan hati, Sesya langsung bangun dan mengambil kotak itu di dalam laci nakas. Manik cokelatnya terus memperhatikan kotak itu lekat. Entah apa isinya, tapi mampu membuat debaran jantung berdetak 'tak normal.

Dengan hati-hati Sesya melepaskan tali yang melilit kotak itu lalu membuka tutupnya. Hanya terdapat secarik kertas bewarna biru langit dan selembar polaroid yang diletakkan tebalik. Ia mengambil kertas itu lalu mulai membaca.

Hai, Sya.

Kalau kamu lagi baca surat ini artinya kamu udah berkunjung ke rumahku bukan? Dan juga ketemu dengan diriki di masa lalu, orang-orang banyak memanggilku Edo. Pertama biar aku jelaskan kalau aku gak beneran tidur dan tinggal di atap sekolah, maaf menipumu tapi aku gak mungkin bilang kalau aku tinggal di rumah ini bukan?

By the way, selamat akhirnya kamu berhasil menemukan kunci jawaban dari semua pertanyaanmu. Yup, di sini aku akan menjawab semuanya.

Aku dan Edo adalah orang yang sama dan aku yakin kamu udah tau itu. Ini semua gara-gara Biru akhirnya usahaku sia-sia.

Bait demi bait, tiap kalimat yang dituangkan di dalam kertas itu membuat amarah Sesya terpancing. Selama ini ia telah dipermainkan dan bisa-bisanya ia tidak sadar dan malah larut dalam permainan bodoh ini.

Usaha? Usahaku menipumu untuk menyatukanmu dengan Dana. Aku bukan anakmu dengan Dana, karena di masa depan Dana milik orang lain, sedangkan kamu hm, kamu bisa lihat jawabannya di polaroid yang aku kasih.

I know, Sya. Kamu pasti marah dan benci denganku but its okay, itu sudah jadi konsekuensi karena menipumu.

Namun, aku punya alasan kenapa aku menipumu. Aku ingin membuatmu lebih bahagia di masa depanmu nanti, karena aku sayang padamu, tapi sepertinya aku membuat Tuhan murka dengan mencoba takdir hidupmu.

Dahi Sesya mengerut saat membaca kalimat 'mengubah takdir'. Memangnya takdir apa yang sedang dicoba untuk diubah?

Ah, aku baru sadar, karena itu Tuhan mengirimkan Biru. Aku gak jadi marah deh sama dia, karena dia juga selalu melindungimu dari bully-an di kelas. Ya, itu juga karena salahku, kalau aku gak membuatmu dekat dengan Dana, kamu gak akan di-bully. Ohiya, aku mewakilkan sepupuku alias Arel mau minta maaf, ya. Kamu pasti sakit.

For the last, maafkan aku yang sudah menipu dan membuat hidupmu makin susah. Aku egois tapi bisakah kau lupakan aku? Lupakan Filo yang datang dari masa depan. Lanjutkan hidupmu tanpa Filo. Hiduplah dengan bahagia dengan Edo seakan aku gak pernah mendatangimu J

Aku mencintaimu, Sya, kamu adalah hadiah Tuhan yang paling indah.

Filo Renaldo

Bulir bening berhasil lolos dari kelopak mata Sesya, jatuh membasahi surat itu. Hati Sesya berdesir perih melihat potret dirinya memakai gaun pengantin berdiri berdampingan dengan Filo.

---

Darling don't be afraid

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Darling don't be afraid

I have loved you

For a thousand years

I'll love you for a thousand years

GratiaWhere stories live. Discover now