15-Between Filo and Edo

107 33 11
                                    

Sudah menjadi rutinitas Sesya setiap hari berkunjung ke atap sekolah tiap bel berbunyi, entah itu bel pulang atau bel istirahat. Sayangnya orang yang dicari-cari tidak ada di sana. Sudah hampir sepuluh menit ia duduk, tetapi Filo tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Jarum jam terus berputar, Sesya merasa semakin bosan setengah mati sendirian dan tidak ada tanda-tanda kedatangan lelaki itu.

Kemana, sih?

Tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki yang terdengar semakin dekat. Sesya segera membalikkan tubuhnya ke belakang dengan cepat.

Senyum lebar di wajahnya seketika luntur kala mendapati bahwa pemilik langkah itu adalah Dana, bukan Filo. “Eh? Kak Dana? Kak Dana ngapain di sini?”

“Aku lagi cari angin di sini, barusan tryout tadi,” jawab Dana lalu menjatuhkan bokong di sebelah Sesya. “Omong-omong, kamu ngapain di sini?”

Sesya mengangkat kotak bekal makan siang miliknya. “Lagi makan siang, Kak.”

Dana manggut-manggut paham lalu senyumnya mengembang lebar saat melihat sebuah kotak bekal lagi di dekat Sesya. “Kamu tiap hari makannya dua porsi, ya?”

“Hah?”

“Itu.” Dana menunjuk kotak bekal yang satunya lagi.

Mampus! Dikira rakus lagi ‘kan, Sya.

“I-ini sebenarnya buat Kak Dana.”

Maafin aku, Fi. Ntar aku traktir siomay paman Hasan, ya.

“Untuk aku?” tanya Dana memastikan.

Sesya mengangguk sambil menyengir lebar lalu menyodorkan kotak bekal itu pada Dana. “Dimakan, ya.”

“Makasih, Sya,” ucap Dana lalu mengusap-usap kepala Sesya. “Aku bersyukur sekali bisa ketemu dengan cewek sebaik kamu. Dari awal ketemu aja kamu udah baik sekali denganku, kasih sandwsich stoberi, pinjamin novel, izinkan aku untuk main ke perpustakaan kamu dan sekarang kamu ngasih aku bekal. Kamu ngelakuin ini bukan karena suka denganku ‘kan, Sya?”

”Hah?” Sesya tertawa renyah. “Eng-enggaklah, Kak.”

Dana tersenyum lalu mengelus kepala Sesya lagi. “Baguslah kalau gitu, karena kamu udah aku anggap seperti adikku sendiri jadi di antara kita jangan sampai ada perasaan, ya.”

Tubuh Sesya membeku di tempat kala mendengar ucapan Dana. Otaknya berusaha mencerna kata-kata yang masuk melalui indera pendengarnya. Apa artinya ia ditolak?


***


Di tengah-tengah keramaian di lorong menuju kelas, Sesya menyeret langkah dengan tatapan kosong. Ia mendesah berat ketika masuk ke ruang kelas.

“Kenapa mukamu kusut? Mau disetrika?” tawar Jicko ketika Sesya duduk di sebelahnya.

“Diam, Jick!” Sesya menenggelamkan wajah ke dalam lipatan tangannya. Sungguh demi apa pun ia sangat membenci hari ini.

Filo yang tiba-tiba pergi dari rumah pagi-pagi sekali dan yang paling menyakitkan adalah mengetahui kenyataan bahwa Dana hanya menganggapnya sebagai ‘adik’ saja. Tidak lebih.

Lalu apa maksud dari segala bentuk perhatian yang diberikan Dana padanya?

Ah, ini bukan salah Kak Dana, aku aja aja yang terlalu percaya diri tapi bagaimana dengan masa depanku?

Sesya mengangkat kepala dan terdiam untuk beberapa detik.

Kamu juga gak sedang mempermainkan aku ‘kan, Fi?

GratiaWhere stories live. Discover now