Hidup Sebagai "Orang Tidak Baik" - Jeongwoo

86 12 2
                                    

written by yongdamoon (twitter)


Jeong-woo pernah memimpikan hari ini –ketika ia dan Kakak laki-lakinya mengendarai mobil berdua saja, menempuh waktu 2 jam 8 menit untuk bisa sampai di kampung halamannya, Iksan. Ia paham betul bagaimana perjuangan sang Kakak untuk membeli mobil ini 3 tahun lalu, mulai dari dimarahi Ibunya yang menganggap membeli mobil adalah sebuah pemborosan, gaji bulanan yang harus dipotong untuk membayar cicilan, hingga sebuah kecelakaan yang membuat bagian belakang mobil ini mengalami sedikit kerusakan. Kegigihan Kakaknya, terutama dalam membayar cicilan mobil, benar-benar membuat Jeong-woo merasa sangat bangga. Ia tidak menyangka jika ternyata Kakaknya memiliki uang sebanyak itu.

Namun, terlepas dari berita bahagia tentang lunasnya cicilan mobil ini, Jeong-woo merasa sang Kakak punya berita bahagia lain yang ingin dibagikan. Mungkinkah sang Kakak akhirnya melepas status jomblo yang telah disandangnya selama 10 tahun terakhir?

"Kau sudah punya pacar ya, Kak?" Jeong-woo memberanikan diri menanyakan hal itu, karena rasanya agak sedikit mustahil sang Kakak bisa tersenyum dan tertawa seperti orang gila hanya karena telah selesai melunasi cicilan mobil. "Apakah pacarmu tahu kalau kau akan menghabiskan waktu di Iksan selama 2 minggu?"

Jeong-woo sudah mempersiapkan diri untuk menerima omelan dari Kakaknya, tetapi pertanyaan basa-basi itu ternyata tak mendapatkan respon. Ia melirik tajam ke arah sang Kakak yang kini tengah memutar kemudi mobil untuk berbelok menuju sebuah supermarket. Sesampainya di area parkir supermarket, Kakaknya itu hanya menyuruh Jeongwoo untuk segera turun dari mobil sambil membawa tas kantung belanja berwarna coklat. Perasaan kesal tentu saja menghujam batin Jeong-woo dan sayangnya ia tak bisa melakukan apa-apa. Bagaimana bisa Jeong-woo terbuka dengan kehidupan yang ia jalani sehari-hari jika pertanyaan sepele seperti tadi malah diabaikan oleh sang Kakak?

Ia memutuskan menutup mulutnya rapat-rapat, lalu memilih untuk mengekor di belakang Kakak laki-lakinya sambil mendorong troli. Jeong-woo baru mendapatkan jawaban atas pertanyaannya di mobil tadi saat mereka berdua sampai di rak yang memajang makanan ringan. "Aku belum punya cukup uang untuk mengencani seorang gadis, Park Jeong-woo" ujar Kakaknya lirih, hampir tak dapat didengar oleh Jeong-woo jika saja fokusnya saat ini sedang memperhatikan hal lain. "Setelah selesai melunasi cicilan mobil, aku berencana membeli apartemen yang sedang ku sewa sekarang dan memintamu untuk pindah dari asrama tahun depan saat kenaikan kelas. Rasanya aku perlu lebih mengawasimu karena kau sudah hampir kelas 3 SMA, dan mungkin kita bisa menghemat biaya pengeluaran untuk makan jika kita tinggal bersama."

Jeong-woo tidak menduga bahwa pertanyaan yang bertujuan sebagai basa-basi belaka malah mendapat jawaban serius seperti itu. Ia bingung bagaimana harus berekasi terhadap rencana sang Kakak untuk tinggal bersama dengannya, karena tanpa diminta sekalipun, ia memang berniat pindah ke apartemen Kakaknya tahun depan.

"Kau sendiri, ada apa dengan tweetmu tadi malam? Kau sedang ada masalah di sekolah?"

Tweet? Tadi malam? Tweet mana yang dimaksud oleh sang Kakak? Jeong-woo memang mencuitkan banyak hal semalam karena ia terlalu excited dengan perjalanan ini sehingga ia tidak bisa tidur, tetapi semua cuitannya normal, tidak ada yang aneh apalagi perlu dikhawatirkan. "Aku tidak mengerti tweet mana yang Kakak maksud" seru Jeong-woo benar-benar bingung, dan sang Kakak langsung menyodorkan ponsel di depan matanya. "Ah, tentang tweet itu, bukan masalah yang besar kok..."

"Bukankah tujuanmu bertanya apakah aku punya pacar agar kau bisa menceritakan apa makna di balik tweet-mu semalam, ya?" Kakaknya itu menebak-nebak, dan memang tebakannya 100% benar. Jeong-woo ingin basa-basi yang ia lakukan berlanjut menjadi sebuah diskusi seru antara ia dan Kakaknya. "Ceritakan saja apa yang sebenarnya terjadi. Aku akan menahan diri tidak memarahimu di sini, jika ternyata kau benar-benar habis membuat masalah di sekolah."

Ku•ra•wal {}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang