Episode 9

7.9K 452 2
                                    

Alana tidak tahu mengapa dia melakukan itu.

Mengatakan ke Luna bahwa dia akan menetap di hotel untuk 2 hari kedepan, padahal seharusnya besok pagi dia sudah harus check out. Terpaksa dia harus menghubungi timnya untuk mengundur acara apapun yang akan dia lakukan besok lusa.

Mungkinkah karena dia jealous? Atau dia ingin membuktikan bahwa kemesraan Kavin dan Luna tidak akan berdampak apapun terhadap hatinya.

Seriously, Al? Tadi aja kamu nangis cuma ngelihat mereka gandengan tangan!

Sialan! Kata hatinya memang benar. Bahkan melihat mereka gandengan tangan saja dia langsung menangis, bagaimana kalau dia melihat Kavin dan Luna melakukan sesuatu yang lebih mesra?

Tunggu sebentar! Mereka kesini cuma berdua 'kan? Apa mereka tidur sekamar?

Double sialan! Hanya membayangkannya saja Alana sudah sesak, jantungnya terasa seperti diremas-remas.

Apa yang mereka lakukan di dalam kamar hotel hanya berdua?

Alana menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak, air mata mulai berlinang di pelupuk matanya. Mengapa rasanya sakit sekali membayangkan Kavin melakukan itu dengan perempuan lain. Dulu, saat bersamanya mereka hanya saling memuaskan dengan tangan dan juga mulut, Kavin tidak sampai memasuki Alana. Walaupun Kavin bilang sangat susah untuk berhenti, tapi dia tetap konsisten bahwa mereka hanya akan melakukannya saat sudah menikah nanti. Tapi sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi, karena sekarang mereka sudah tidak bersama, ditambah Kavin yang sudah memiliki tunangan.

Ah! Ini benar-benar bukan hari yang tepat untuk menangis, karena Alana lelah secara fisik dan juga mental. Dia ingin mandi lalu tidur, mengistirahatkan hati dan pikirannya dari rasa sakit yang ditimbulkan Kavin. Tapi bukannya melakukan apa yang diperintahkan otaknya, Alana malah terus menangis hingga kelelahan lalu tertidur dengan lelehan air mata yang mengering di pipinya.

*

Alana membuka matanya yang terasa bengkak, rasa berdenyut-denyut menghampiri kedua matanya akibat kelamaan menangis semalam. Badannya lengket semua karena keringat yang menempel. Salahkan dia yang kemarin tidak mandi, malah sibuk meratapi nasib. Tangannya meraba keseluruh permukaan ranjang untuk mencari ponselnya, langsung membuka kunci layar saat dia sudah menemukannya. Ini sudah pukul 9.15 pantas saja perutnya sedari tadi berdemo minta diisi makanan.

Ia bangkit dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi. Mengguyur seluruh tubuh dengan air dingin adalah rencananya pagi ini. Semoga saja air dingin mampu merilekskan otak dan saraf tubuhnya agar tidak tegang.

"Halo! Mas Dimas lagi dimana?"

"Oh, lagi sarapan."

"Aku ngga bisa ikut check out pagi ini, masih ada urusan. Mas dan Maya bisa pulang duluan aja tanpa aku."

"Ngga apa kok aku sendiri disini. Ngga usah khawatir."

"Eh, tapi aku ngga ngeliat Maya semalaman, dia kemana?"

"Oh oke. Hati-hati, ya, di jalan."

Alana baru saja keluar dari kamar mandi dengan jubah handuknya. Menghubungi Mas Dimas adalah hal pertama yang dia lakukan. Manajernya itu sedikit keberatan untuk meninggalkan dia sendirian di Bali. Tetapi akhirnya menyetujui juga. Kata pria itu, Maya semalam pulang terlambat karena dia pergi jalan-jalan. Saat sampai kamar dia melihat Alana yang sudah tertidur, lalu dia pun ikut tertidur disebelah Alana setelah membersihkan diri. Dan pagi ini mereka berdua sudah ada di bawah untuk sarapan. Tadi Mas Dimas bilang Maya sudah membangunkannya, tetapi dia tidak bangun-bangun. Akhirnya mereka sarapan berdua saja tanpa Alana.

The Unfinished Love StoryWhere stories live. Discover now