Bagian 19

83 17 1
                                    

Pagi itu, Jim sedang duduk dan membaca surat kabar. Keheningan yang merayap di sekitar meja makan mulai terasa akrab. Dalam beberapa hari terakhir, Rita merasa bahwa Jim menjadi lebih diam dari biasanya. Ia terlalu takut untuk memikirkan hal itu. Mungkin itu adalah efek dari obatnya. Meskipun dalam beberapa hari terakhir situasinya menjadi lebih tenang, Rita masih khawatir tentang kehamilannya. Ia pergi ke dokter dua hari yang lalu tanpa sepengetahuan Jim. Alih-alih bicara jujur, Rita memanfaatkan waktu menghadiri kelas untuk mengunjungi dokter. Sejauh ini segalanya terkendali. Rasa mual yang dialaminya dalam beberapa hari terakhir telah mereda, namun cepat atau lambat perutnya akan membuncit, Jim akan segera tahu – Rita berharap David memiliki rencana dalam waktu dekat karena jika tidak, segalanya akan menjadi kacau.

Sementara itu, Julie terus berusaha menghubungi Rita. Rita mengabaikannya dan tidak memberi celah bagi wanita itu untuk berbicara. Ia tidak berharap akan mendengar komentar ibunya tentang hal ini. Saat ini, yang benar-benar dibutuhkannya adalah ranjang yang nyaman, karena meski rasa mualnya telah hilang, ia menjadi lebih sering pusing dan kelelahan.

Jim telah mengatur waktu untuk bertemu dengan temannya, Scott. Mereka telah merencanakan kegiatan liburan akhir pekan dengan memancing. Hari itu mungkin akan menjadi saat dimana Rita dapat bernapas bebas, setidaknya jika Helen tidak hadir untuk memeriksa rumah. Namun, beberapa hari terakhir adalah hari-hari berat. Sikap diam Jim nyatanya menguras lebih banyak energi ketimbang menghadapi ocehan laki-laki itu dan untuk memulihkan kondisinya. Rita telah memastikan ia minum obat secara teratur. Ia tidak membiarkan pikirannya bercabang pada banyak hal dan ia berusaha mengikuti saran yang diberikan dokternya untuk mengambil waktu beberapa menit dengan olahraga ringan. Selama tiga minggu terakhir, Rita telah absen untuk menghadiri kelasnya. Teman dari kelas yang sama dengannya mulai menghubungi Rita untuk sekadar menanyakan keadaannya. Rita terpaksa berbohong, namun ia memutuskan untuk menyudahi kelas itu. Ia pikir, segalanya tidak akan berjalan normal dengan kondisinya yang sekarang.

Semalam Rita tidur lebih cepat karena kelelahan. Ia tidak menunggu Jim seperti biasanya, laki-laki itu juga tidak mempermasalahkannya. Mungkin Rita hanya bersikap paranoid terhadap reaksi Jim, mungkin situasinya benar-benar tidak seburuk kelihatannya. Namun apa pilihan yang dimilikinya? Mengatakan pada Jim bahwa ia sedang mengandung anaknya? Membohongi laki-laki itu? Sebaik apapun Rita menyakinkan laki-laki itu, Jim tidak bodoh. Ia tahu ketika Rita berbohong dan Jim tahu hal-hal seperti siklus menstruasinya, dan rentang waktu yang dibutuhkan sel sperma untuk membuahi sel telur. Lagipula tidak ada yang dapat mencegah rasa penasaran Jim. Laki-laki itu mungkin akan mengambil sampel DNA hanya untuk memastikan bahwa bayi itu adalah anaknya. Lebih baik menghindar ketimbang menghadapinya.

“Aku akan pulang lebih malam,” kata Jim ketika mereka duduk berhadapan di atas meja makan.

“Kau lembur?”

“Ya.”

“Oke.”

Rita menusuk daging ayam di atas piringnya, membawa makanan itu ke mulut sebelum menyadari bahwa Jim sedang menatapnya. Keheningan itu begitu mencekiknya, namun Jim tidak tinggal lebih lama. Setelah menghabiskan kopi dan menyeka tangannya dengan kain bersih, Jim pergi mengendarai mobilnya.

Hari bergilir sebelum Rita sempat menyadarinya. Rita berusaha untuk menghubungi David, namun laki-laki itu tidak menerima panggilannya. Malahan, panggilannya tersambung ke pesan suara yang meberitahunya bahwa laki-laki itu sedang sibuk. Rita tidak menyerah, ia terus mencoba hingga sore. Setelah berdiam cukup lama di belakang jendela, ia akhirnya memutuskan untuk berdiri di bawah pancuran air dan membasahi tubuhnya. Bulir-bulir air yang jatuh dari pancuran menghantam kepalanya, menggelitik wajahnya dan jatuh ke atas lantai di bawah kakinya. Rita memandangi pergerakan air yang mengalir menuju saluran lubang di sampingnya. Diam-diam ia menghitung dalam batinnya, merasakan hawa dingin menusuk tubuhnya dan membuat kuku-kuku jarinya menekuk. Sementara itu, di dasar perutnya, ia merasakan tekanan yang aneh, sebuah sensasi yang jarang dialaminya. Perasaan itu mengalir begitu saja, menyadari bahwa kini di dalam dirinya ada nyawa lain yang sedang tumbuh, membesar karena darah dagingnya. Alasan hidupnya tidak lagi sama. Bertahan hanya berarti mengizinkan janin itu tumbuh dan berkembang di dalam perutnya.

PUNISHMENTWhere stories live. Discover now