8. Marahnya Aarav

70.2K 5.2K 194
                                    

HAPPY READING 💙


"Mas?" Kanaya memanggil sambil menatap Aarav yang sedang melepas kopiahnya. Keduanya baru saja selesai menunaikan ibadah salat subuh.

"Hm?"

"Kamu nanti langsung ke kampus atau ke kantor dulu?"

"Langsung ke kampus, kenapa? Mau bareng?" Tawar lelaki itu.

"Enggak ah, fans kamu banyak." Dan Kanaya tentu saja langsung menolaknya.

Bisa bahaya nanti kalau ada yang melihatnya datang bersama dengan dosen tampan yang beberapa hari ini selalu menjadi topik hangat para mahasiswa itu.

"Cemburu?"

Kanaya langsung mendelik.

"Apaan cemburu."

"Muka kamu kelihatan kaya orang cemburu."

"Mana ada." Kanaya langsung memegang wajahnya.

"Kalau cemburu tuh bilang." Lelaki itu berdiri dari duduknya dan membereskan semua peralatan ibadah mereka.

Kanaya yang hendak membalas perkataan Aarav itupun langsung mengurungkan niatnya saat tersadar jika sepertinya sia-sia saja mendebat lelaki yang sekarang sedang membuka pintu balkon itu.

Dan perlu diketahui juga, bahwa Kanaya tidak cemburu. Gadis itu bisa memaklumi jika suaminya itu memiliki banyak penggemar karena parasnya yang terbilang sempurna itu. Jadi, tidak ada ceritanya dirinya cemburu dengan mereka semua.

Saat tidak mendengar Kanaya yang bersuara, Aarav yang sudah berada di balkon itupun langsung menolehkan kepalanya.

"Sini..." Lelaki itu lantas memanggil.

Dengan segera Kanaya berdiri dan menghampiri suaminya itu.

Begitu sampai di balkon, udara dingin langsung menerpa tubuh Kanaya. Walaupun merasakan dingin, namun gadis itu tetap memejamkan matanya ketika angin pagi berhembus ke wajahnya.

Kanaya suka suasana subuh seperti ini karena udaranya yang masih segar dan belum tercemar, ditambah suhu udara yang masih dingin membuat Kanaya merasa nyaman. Dan jangan lupakan juga lelaki yang sedang berdiri disampingnya, membuat gadis itu makin betah saja.

"Cantik." Aarav yang sedari tadi tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Kanaya pun lantas bersuara.

"Apa?" Kanaya langsung membuka matanya dan menoleh.

"Kamu cantik." Ulang lelaki itu lagi.

Kanaya langsung melongo. Jika tidak salah ingat, ini pertama kalinya dirinya dipuji cantik oleh suaminya bukan?

Tumben sekali lelaki lempeng itu mau memujinya, biasanya kan cuman diam-diam saja.

Dan tunggu... Bukanya tadi Kanaya merasa dingin ya? Lalu kenapa sekarang dirinya justru merasa jika wajahnya terasa panas?

Kanaya langsung mengalihkan pandangannya ketika menyadari bahwa Aarav masih terus menatapnya.

"Wajah kamu merah, kedinginan?" Aarav menangkup wajah Kanaya dengan tangan besarnya, membuat keduanya kembali bersitatap.

Kanaya mengerjap.

Sumpah, ini dirinya tidak merasakan dingin sama sekali, yang ada malah panas.

"Mau masuk aja?" Aarav berganti mengelus pipi Kanaya dengan jempol panjangnya. Lelaki itu tidak tahu saja bahwa merahnya wajah Kanaya adalah karena ulahnya.

𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang