Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Selamat Membacaෆ╹ .̮ ╹ෆ
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(Gemoy ga sih mereka? ( ≧Д≦) )
Selamat Membaca ෆ╹ .̮ ╹ෆ
Suasana rumah sepi, tak ada siapapun baik orang tuanya ataupun Jay. Jungwon pergi ke dapur dan mengambil minuman kaleng di lemari pendingin. Ia jadi teringat perihal botol minuman yang tiba-tiba ada pada Jay.
Sesaat bibirnya baru saja meminum beberapa tegukan, Jungwon terkejut mendapati seseorang sudah berdiri di samping dan merebut paksa kaleng minuman itu dari tangannya, tak sampai di situ, orang itu juga ikut meneguknya.
"Ja—Jay?" Hanya itu yang mampu terucap melihat kehadiran Jay yang baru tiba di rumah.
Jay menghentakkan kaleng ke atas konter dekat Jungwon. Menatap dengan pandangan sulit diartikan.
Tak ada ekspresi lain selain sorot mata kosong yang tak pernah Jungwon lihat sebelumnya.
Seolah tak ingin peduli, Jungwon mendekati lemari pendingin hendak mengambil satu kaleng lagi. Well, sederhana saja, Jungwon pikir Jay ingin minum tapi malas mengambilnya. Tapi kaleng yang baru diambil Jungwon dan diteguk sedikit itu kembali direbut Jay untuk ia minum kembali.
Jungwon mengernyit heran.
Melakukan hal yang sama, Jay menghentakkan kaleng itu ke atas konter lagi.
Ingin bertanya. "Kau ini kenapa?"
Namun urung ketika melihat ekspresi Jay menampakkan sesuatu yang janggal.
Masih dengan raut datar hanya saja ada kesan lain yang melekat. Bibir dibasahi dengan jilatannya sendiri, lidah yang bergerak lambat disertai tatapan lurus tak goyah terus menatap Jungwon.
Sial, Jungwon tak ingin berpikir macam-macam, takut salah jika ia berpikir Jay mulai menginginkan lebih.
Sederhananya, Jay mungkin ingin menciumnya tepat di bibir. Jungwon harap tebakannya melenceng. Karena bagaimanapun ia belum siap.
