36 [Menanti]

977 109 7
                                    

Happy Reading.... 😍😍😍







 











 














 


"AYAH JANGAN PERGI!!!! AYAH KUMOHON.. HIKS... AYAAAAHH... AYAAAAHHHH!!!!"

Seketika itu tubuh Jungkook luruh tak berdaya. Detak jantungnya memburu mengaduk-aduk dadanya. Air matanya yang mengalir deras berhenti begitu saja. Kerahan tenaga yang ia keluarkan untuk menggapai Namjoon pun sirna. Hanya ada keheningan dari si empunya tubuh.

"Jungkook-ie!! Jungkook-ie!!! Dik bangun dik!!! Bangun dik!!!" Seokjin panik tak karuan. Tubuh sang adik yang semula memberontak kuat kini terkapar dalam pelukannya. Wajah Jungkook mendadak memutih pucat. Tak ada pergerakan apapun saat Seokjin menggoyang-goyangkannya cepat.

Tan yang juga membantu menenangkan Jungkook saat ia berontak pun terkejut. Apalagi Choi, Yoongi dan Hoseok. Semuanya menghambur tubuh Jungkook yang kini pingsan tiba-tiba.

"Cepat kita bawa Jungkook ke rumah sakit! Kita tidak memiliki waktu lagi!" Seru Choi yang paham dengan kondisi pasiennya.

Semuanya membantu mengangkat Jungkook hingga kedalam mobil. Tak lupa Tan membawa tasnya dan tas Jungkook lalu pamit pada sang kakek.

Didalam mobil, semua orang panik. Choi terus mengontrol detak jantung Jungkook agar tetap stabil. Beruntung dia membawa beberapa alat medis seperti tabung oksigen dan elektokardiografi beserta obat milik Jungkook, dia sudah menduga kejadian seperti ini akan terjadi.

Tan mengendarai mobil kakak iparnya dengan ugal-ugalan. Tak peduli jalanan desa yang terjal dan berlumpur yang menyulitkan roda untuk menggelinding. Ia tetap menekan gas dalam-dalam hingga mobil pun harus mengalami beberapa goresan di beberapa bampernya akibat bergesekan dengan batu dan ranting pohon. Beruntung mobil tak sampai mengalami mogok atau berguling.

Perjalanan wajar hingga sampai ke Seoul memerlukan waktu lima jam lebih. Namun berkat Tan waktu demikian dapat ia ringkas menjadi tiga jam saja. Mereka sudah sampai di gerbang rumah sakit mereka sendiri.

Tan dan Choi segera membersihkan diri dan mengganti pakaian yang lebih steril, sedangkan Jungkook sudah dibawa ke ruang tindakan, menunggu Tan dan Choi datang.

"Seokjin-ssi, aku akan cek kecocokan sumsum tulangmu dengan milik Jungkook. Mari ikut denganku." Seokjin segera mengangguk.

Choi lantas menggiring Seokjin masuk ke ruang laboratorium untuk mengetahui kecocokan antara sumsum tulang milik Seokjin dengan milik Jungkook. Sementara Tan mengkondisikan Jungkook sebaik mungkin guna persiapan transplantasi sumsum tulang sembari menunggu hasil sumsum tulang milik Seokjin.

Kurang lebih satu jam menunggu, hasil pemeriksaan Seokjin sudah keluar. Choi segera memberitahunya agar masuk ke ruangan.

"Apakah hasilnya sudah keluar?" Tanya Seokjin segera setelah ia duduk dibangku depan Choi.

"Ne, Seokjin-ssi. Tapi...." Choi menatap lekat-lekat hasil laboratorium Seokjin. Seokjin menjadi cemas, pikirannya bergentayangan tentang hasil yang telah keluar.

"Bagaimana dokter?" Tanyanya lagi tak sabar. Seokjin semakin gugup, kedua tangannya terasa dingin sehingga ia refleks merematnya kencang.

"Maaf, Seokjin-ssi. Kecocokan sumsum tulangmu dengan milik Jungkook hanya tujuh puluh persen."

Seokjin membelalak terkejut dengan hasil yang ia dapatkan. Ternyata sumsum tulang miliknya hanya memiliki kecocokan sebesar tujuh puluh persen saja. Ia telah percaya bahwa ia akan dapat mendonorkan sumsum tulang miliknya pada Jungkook. Namun ia salah. Kecocokannya saja hanya tujuh puluh persen.

Gwenchana, Hyungnim Where stories live. Discover now