38 [Tidak Mungkin]

1.7K 87 78
                                    

Chapter terpanjaaaaaang banget 😵😵😵
3726 Word

Siap-siap 😱😱😱

Selamat Membaca 😍😍😍









Seseorang masuk ke kantor polisi dengan berlari tergesa-gesa. Tak urus dengan slogan 'anda sopan, kamipun segan' yang tertempel di dinding ruang pelayanan. Anak muda itu nampak kacau, matanya yang kecil semakin kecil lantaran ia baru saja terbangun dari tidurnya. Tetapi bukan suatu alasan dirinya menolak perintah satu sahabatnya. Dia akan upayakan apapun yang dapat membantu sahabatnya.

"Pak, saya ingin membebaskan seseorang!" Ujarnya tegas seraya menggebrak meja didepannya. Dirinya terlalu gugup dan takut akan seseorang yang mendesaknya untuk segera kesini.

"Maaf, anda ini siapa?! Dan akan membebaskan siapa?!" Tanya polisi tak kalah keras karena namja itu datang tanpa menjunjung tinggi etika.

"Saya Min Yoongi. Saya ingin membebaskan Tuan Kim Namjoon atas permintaan penuntut!"

Yoongi menyodorkan secarik kertas kuasa bermaterai kepada polisi dihadapannya. Polisi lantas membacanya sekilas lalu menyerahkan surat bertulis tangan itu pada polisi yang lain.

Polisi yang bertugas segera memanggil Namjoon, nama orang yang tertera dalam surat kuasa milik Seokjin. Yoongi meliriknya, Namjoon nampak berbeda dari sebelumnya. Ia mewajarinya karena semua orang yang ada disini sudah tak peduli akan tubuhnya.

"Kim Namjoon-ssi, mulai hari ini kau telah dibebaskan."

Namjoon nampak kaget, ia tak percaya dengan ucapan polisi tadi. Lalu netranya mendapati Yoongi yang telah berdiri didepan meja pelayanan. Namjoon mengira dialah orang yang telah membebaskannya.

Dengan hati yang bahagia, Namjoon menghampiri Yoongi. Ia berlutut dan menangis haru dibawah kaki Yoongi.

"Gamsahabnida, Yoongi-ssi... Gamsahabnida... Hiks..."

Yoongi terkejut, Namjoon tiba-tiba berlutut dibawah kakinya dan berterima kasih. Ia segera menarik tubuh Namjoon untuk berdiri hingga mereka kini berhadapan.

"Tuan Namjoon, sebaiknya kita segera ke rumah sakit sekarang." Seru Yoongi, Namjoon pun mengangguk cepat. Matanya berbinar karena sebentar lagi ia akan melihat Jungkook.

Diperjalanan, Yoongi memutuskan untuk naik taksi. Dia melirik namja yang berpakaian seadanya itu dengan haru. Namjoon terlihat sangat bahagia, bibirnya selalu tersungging dan matanya terus mengeluarkan air mata. Yoongi melihat sisi seorang ayah didiri Namjoon. Betapa rindunya seorang ayah jika harus berpisah dengan anaknya. Yoongi menjadi teringat pada ayahnya yang telah pergi mendahuluinya.

Namjoon nampak sangat senang. Berkali-kali tangannya mengelap air mata yang berani keluar dari pelupuk matanya karena rasa bahagia yang berlebih. Kini waktu yang ia nanti-nanti akan tiba. Saatnya ia menebus rindunya pada Jungkook anak yang paling ia sayangi. Akhirnya mimpinya tadi malam menjadi kenyataan yang baik, bukan sebuah keburukan. Tuhan telah memberinya anugerah di hari ini.

"Nak, ayah rindu padamu... Dan hari ini kita akan bertemu kembali... Tunggu ayah, nak."

Mobil putih itu pun berhenti tepat didepan halaman rumah sakit. Yoongi melangkah cepat diikuti Namjoon dibelakang. Mereka harus melewati dua lantai dahulu untuk sampai di lantai tiga. Mereka pun masuk kedalam lift dan memencet angka 3.

Sedari tadi Yoongi sebenarnya merasa ada yang tak beres. Pagi-pagi tadi Seokjin meneleponnya dan memintanya untuk membebaskan Namjoon tanpa alasan yang jelas. Seokjin juga menyuruhnya agar membawa Namjoon ke rumah sakit sesegera mungkin. Yoongi yang mendengar suara Seokjin begitu bergetar merasa panik dan khawatir, ia akhirnya melaksanakan perintahnya dengan tergesa.

Gwenchana, Hyungnim Where stories live. Discover now