[1] Miracle Pill Maker Bullies the Boss

159. Catatan yang Hilang

Huo Yulin tidak pernah suka ada orang di dekatnya. Meskipun Huo Tingrui adalah kakak kandungnya, Huo Yulin dengan cepat mundur dan memberi jarak di antara mereka dengan cepat.

Huo Tingrui mendesah dalam hati. Karena dia sangat menyadari kepribadian Huo Yulin, dia tidak marah. Dia melihat sekeliling rumahnya yang canggih dan berkata, "Aku senang melihatmu melakukannya dengan baik."

Huo Yulin mengatupkan bibirnya dan berusaha tersenyum, tetapi dia terbiasa tanpa ekspresi, jadi saat ini, wajahnya tampak kaku. Dia berbalik dengan cepat untuk menuangkan dua cangkir air untuk Huo Tingrui dan Tong Yu.

"Perlakukan seperti rumahmu sendiri," kata Huo Yulin.

Huo Tingrui mengambil air itu dan langsung bertanya padanya. “Bisakah Xiang sembuh total?”

“Dia bisa pulih, tapi dia tidak bisa melakukan latihan yang berat, terutama menari,” kata Huo Yulin dengan tenang.

Huo Tingrui terdiam untuk waktu yang lama. Bahkan adik laki-lakinya yang memenangkan banyak penghargaan, seorang jenius medis, mengatakan tidak mungkin bagi Huo Xiang untuk tampil, maka itu pasti benar.

Huo Yulin melirik ke lantai dua dan berkata lebih dingin lagi, “Jika dia tidak ingin dioperasi, maka kusarankan dia pulang. Aku memiliki dua adik laki-laki dengan keterampilan medis yang sangat baik yang bisa kuperkenalkan kepadanya."

Huo Yulin berjalan ke sofa dan duduk. Cahaya dari lampu kristal yang menyilaukan tergantung di atas kepala, memantul dari wajahnya dan membuat kulitnya terlihat tembus cahaya. Dia terlihat dingin dan tidak berperasaan.

Tong Yu langsung merasa cemas. Setelah mengenal Huo Yulin beberapa hari terakhir ini, dia tahu bahwa dia sama eksentriknya dengan rumor yang beredar. Jika pasien yang dimaksud bukan saudaranya sendiri, dia mungkin tidak akan membantu mereka sama sekali.

“Yulin….” kata Tong Yu.

Tiba-tiba dia melihat Huo Xiang berdiri di tangga, jadi dia langsung diam.

Huo Tingrui juga telah melihat Huo Xiang. Dia berbalik untuk melihat Huo Yulin duduk di sofa dengan ekspresi acuh tak acuh di wajahnya. Dia menghela nafas dan berkata, "Biarkan aku berbicara dengan Huo Xiang."

Huo Yulin tidak mengucapkan sepatah kata pun dan mengambil majalah untuk dibaca.

Huo Tingrui mengalihkan pandangannya dan menuju ke atas.

***

Segera, tibalah waktunya untuk pertandingan final tingkat kota Lomba Kuis Nasional.

Itu adalah malam kontes.

Lu Xia sedang bersiap untuk merevisi, tetapi dia menjelajahi kamarnya dan tidak dapat menemukan catatan yang dia dapatkan dari teman ayahnya, yang bekerja di Asosiasi Pendidikan.

Lu Xia mulai terlihat kesal. Baru-baru ini, dia pergi ke perusahaan sepulang sekolah untuk berlatih sampai larut malam. Setelah sampai di rumah, dia tidak bisa membuka matanya, jadi dia tidak terlambat merevisi.

Dia yakin akan meletakkan catatan di bawah bantalnya. Kemana mereka pergi?

Lu Xia menekan dahinya tetapi tiba-tiba sebuah pikiran terlintas di benaknya, dan dia berbalik untuk berjalan keluar ruangan.

Kamar Lu Ziming ada di sebelah. Lu Xia membuka pintunya bahkan tanpa mengetuk dan langsung masuk untuk memintanya. “Lu Ziming, apakah kamu membuat catatanku?”

Lu Ziming sedang bermain MMORPG dengan teman sekelasnya. Dia tidak mendengar Lu Xia dengan jelas saat dia memakai earphone. Saat dia masuk, dia menatapnya sebelum menempatkan perhatiannya kembali pada permainan.

Lu Xia pergi untuk mengambil ponselnya dan mencabut earphone-nya. Lalu dia menuntut dengan suara keras. "Serahkan catatanku."

Lu Ziming mengerutkan kening mendengar interupsi dan berkata dengan marah, “Apakah kamu gila? Cepat berikan ponselku.”