3. Pindah Tugas

3.8K 732 81
                                    

Istighfar sama sholawat jangan lupa bund ✨

Dulu aku pernah menganggapmu sungguh, tapi ternyata kamu hanya singgah

3. Pindah Tugas

Sudah lelah Legi galau dengan keadaannya, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke tempat kakeknya dulu. Hilang untuk healing. Healing dari hal yang beratasnama cinta.

Adem, asri dan jauh dari kota. Legi pergi sendirian, ingin menenangkan raga dan juga hatinya.

"Aa Egi mau pergi sendiri?" tanya Ragil yang kini sudah berumur 17 tahun. Tidak terasa adiknya sudah mulai beranjak remaja, bahkan tahun ini sudah bisa buat KTP.

Ragil yang beranjak remaja, tak sadar bahwa umur Legi sudah mapan jika ingin memiliki istri. Jarak perbedaan umurnya dan Ragil terpaut

Legi mengangguk, ia lelah dengan semuanya. Cintanya dulu terukir di sana, mungkin saja itu akan terjadi lagi? Bisa saja.

"Aa mau cari tante buat kamu," ucap Legi asal. Ragil tersenyum remeh.

"Emang ada yang mau sama Aa?" tanya Ragil heran. Kalau ada yang mau sama Legi fiks matanya buram. Legi hanya menang harta, rupa? Bolehlah tapi tentunya masih gantengan dia.

"Enak aja! Sembarangan kalau ngomong, ada pasti!" ucap Legi tak terima.

"Yaudahlah Aa mau pergi sekarang, bilang sama Bunda dan Ayah kalau Aa pergi ke rumah kakek!" jelas Legi pada adiknya.

Legi mempunyai dua adik, Ragil dan Rara. Ragil mengangguk paham, ia senang Legi pergi karena Legi suka mengomelinya dengan hal tidak berguna.

"Aa Egi au kemana?" tanya Rara yang berlari ke luar saat melihat Legi hendak memasuki mobil.

"Mau pergi ke rumah Kakek, Ara tinggal ya ga boleh ikut."

"Ara ikut?" tanyanya polos. Legi yang gemash pun menggendong adiknya itu, udah cocok jadi ayah tapi belom ada lahan mau bercocok tanam. 

"Engga, Ara tinggal."

Ragil yang tidak peduli langsung merebut adiknya dan masuk seraya melambaikan tangannya kepada Legi.

"Bay Aa, kalau bisa jangan pulang."

Brak!

Pintu di tutup oleh Ragil, Legi menghela nafasnya pelan. Untung dia bukan Zaid, kalau Zaid sudah pasti Bagas tidak akan lepas begitu saja. Mungkin sebelum pergi Zaid akan mengadakan perjamuan untuk menumbalkan adiknya. Ya, Zaid bisa serandom itu.

Pagi hari sekitar pukul delapan pagi Legi memutuskan untuk berangkat dan pergi ke tempat Kyai Ibrahim, kali aja ketemu ustazah jomblo yang siap di halalin. Kan lumayan. Tidak ada yang tau perihal jodoh, maut dan rezeki. Legi sebenarnya tidak berharap banyak tapi siapa tau dia beruntung kali ini.

Menjemput jodoh sembari healing.

•••

Setelah duduk lama dengan pinggang yang sudah keram akhirnya Legi sampai. Ia merenggangkan tubuhnya sebentar sebelum akhirnya pergi melangkah keluar dari mobil.

"ALHAMDULILLAH YA ALLAH!" pekik Legi senang. Sampai dengan selamat ke tempat tujuan merupakan suatu rezeki yang harus ia syukuri. Tanpa mau menunggu lebih lama lagi Legi pun langsung saja keluar dari mobil dan mulai membawa barang-barangnya masuk ke dalam rumah kakeknya.

"Kakek!!" panggil Legi dengan suara nyaring saat ia telah berada di depan rumah Kyai Ibrahim.

Menoleh ke kanan dan ke kiri tapi tidak ada satupun yang keluar. Menunggu sebentar dan berteriak lagi memanggil kakeknya namun tidak ada yang sahutan, Legi memutuskan masuk saja. Lagi pula ini kan rumah kakeknya? Jadi santai.

Tepung Legi In Love [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang