III

5 1 0
                                    


     Aku anak tunggal, karena sejak aku lahir rahim ibuku telah diangkat karena menderita terkena kangker serviks. Disitulah aku merasa punya beban yang amat sangat berat karena kedua orang tuaku pastinya berinvestasi padaku. Disitupula aku mulai berfikir bahwa aku tidak punya teman karena aku blasteran China Jawa, aku tidak dihargai karena bukan dari orang yang punya, satu-satunya cara ialah hanya dengan pintar. Kaena cuma otak dan pengetahuan yang mampu membuat aku dan kedua orang tuaku dihargai. Sejak saat itu aku berjuang mati matian untuk belajar.

     Singkat cerita setelah masa SD SMP ku selalu dibully di remehkan dikucilkan tibalah saatnya aku masuk SMA. Aku tetap ingin sekolah dan tidak punya rasa trauma atau sebagainya karena aku punya mimpi yang besar agar dapat dihargai banyak orang kelak. Akhirnya aku masuk salah satu SMA Negri meskipun sebelumnya harus debat dengan Ibu, karena Ibu beranggapan bahwa akan susah dan akan selalu dibully akalau China masuk sekolah negri. Namun aku tidak peduli, aku masih dengan tekadku yang tadi bahwa aku harus membuktikan pada semua orang dan harus mampu mengangkat harkat martabat orang tuaku, karena hanya dengan ini cara yang bisa mengangkatnya.

     Ternyata masa SMA ku jauh dari apa yang ku bayangkan. Semua menerimaku dengan baik, semua mau berteman dengan ku tanpa memandang asalku statusku dari keluarga kaya atau tidak, semua tidak berlaku di SMA ku. Aku sangat bersyukur kala itu karena baru aku sadar bahwa tidak semua kehidupan di bumi ini menyedihkan. Karena sejak aku kecil ketika aku sudah mulai faham aku selalu menganggap bahwa hidup di dunia ini tidak se menyenangkan itu. Semua hanya pura-pura. Pura-pura berteman dengan orang pinter biar nanti ada yang memberi jawaban, pura-pura berteman dengan orang kaya agar nanti bisa ditraktir dan bisa memanfaatkan, pura-pura baik agar di mata semua orang terlihat baik dan tanpa aib. Semua hanya tentang pura-pura yang tidak ada habisnya. Namun pandangan itu berubah saat aku masuk SMA. Bahwa sebanrnya masih ada kok orang-orang yang tulus yang tanpa kepura-puraan dlam mentikapi kehidupan ini. Selalu kupuji-puji kehidupanku di SMA hingga aku terlena dan beranggapan bahwasannya SMAku akan selamanya, dan aku terjebak di masa itu.

DIARY TIARA 2019Where stories live. Discover now