Dia?

223 22 51
                                    

Aku memasuki kelas X Mia 2 bersama bapak Dion. Kelas yang tadinya berisik, kini sunyi. Semua murid menatap ke arah kami.

"Assalamualaikum semuanya, Bapak mau memperkenalkan murid baru. Nak, ayo perkenalkan," ucap bapak berkumis itu.

Aku menatap lurus, tak ada ekspresi wajah yang aku tunjukan. "Aku Raya Renatan." Aku menoleh bapak kumis itu.

Bapak Dion tersenyum, "Raya silahkan duduk bersama Aleta," ucapnya. "Yang namanya Aleta, acungkan tangan."

"Terimakasih, Pak." Aku berjalan melewati gadis itu. Semua orang menatapku sinis.

"Sok cantik"

"Muka tembok"

"Awas, jangan berteman dengan dia."

"Cantik tapi judes"

Banyak orang yang berbisik-bisik tentangku. Aku tak peduli, aku langsung duduk di kursi paling pojok.

"Oke, Bapak pamit, Assalamualaikum."

Kelas mulai berisik lagi, aku menyibukkan diri dengan membaca novel. Kebetulan nenek punya novel, daripada di anggurin aku memilih membawa ke kelas.

Brak ...

Pintu kelas terbuka dengan kencang, menampilkan sesosok laki-laki bertumbuh tinggi, baju yang dipakai tidak rapih, dan gaya rambut acak-acakan. Aku tidak Kaget, namun itu sesosok yang kukenal. Yah, Dia. Raka Sanjaya.

Flashback

Bicara cinta? Terlalu munafik jika aku mengatakan tak pernah merasa jatuh cinta, nyatanya rasa ini benar-benar datang kepadaku tanpa permisi, aku adalah manusia biasa, suka mengamati orang lain, terutama orang-orang di sekitarku dan kamu adalah salah satu objek pengamatanku.

Namanya Raka Sanjaya, ia kelas IX IPA 2 tentunya sekelas denganku. Menurutku, ia orangnya humoris, badboy, rada alay tapi lucu, ganteng, punya kumis tipis, tentunya badannya tinggi.

Suasana kelas begitu berisik, dikarenakan jamkos guru-guru sedang mengadakan rapat dadakan. Aku mengamati teman kelasku,  di sana aku melihat teman-teman ada yang joget-joget tak jelas, yang membaca buku, lagi tidur, dan ada juga yang berpacaran. Aku menggeleng-geleng kepalaku. Hingga seketika aku berhenti mengamati teman-teman, mataku berfokus ke arah depan, ya, dia.

Raka berjalan ke arahku, ia tersenyum, aku memalingkan wajah supaya tidak kelihatan karena, wajahku memerah. “Jangan sampe ke sini, yaAllah tolong jauhkanlah dari orang-orang yang suka ngebaperin orang,” ucapku dalam hati.

“Hai, Nata, tahu gak? Aku Rindu senyummu karena, senyummu membuat hari-hariku semangat,” ucapnya, seraya duduk di sebelahku.

“Tuh, kan ... dasar gak tanggung jawab, aku baper, ingin rasanya mencakar mukanya,” ucapku dalam hati. Aku memalingkan wajahku, aku muak dengan gombalan-gombalan yang receh.

Tangan Raka hendak mencubit pipiku, aku langsung mengelak hingga ia bangkit dari duduknya. “Gak percaya?” Raka mencium keningku.

Seisi kelas menyoraki kami dengan siulan, aku kesal dan rasanya ingin teriak sekencang mungkin, tapi, niatku urung aku malu dengan teman-temanku.  Di sisi lain hatiku berdetak kencang, di saat itulah aku jatuh cinta.

Loncengpun berbunyi menandakan istirahat, seisi kelas berhamburan ke luar kelas. Aku dan teman-temanku berlarian ke kantin. Mencari tempat duduk. “Nat ... gini aja, kamu yang cari tempat duduk, aku pesenin makanan,” ucap Natya.

Teman-temanku memilih duduk dipojok kantin, kami berbincang-bincang tentang hal konyol membuatku tertawa lepas. Seketika tawaku jadi bungkam karena kedatangannya. Ia duduk di samping, kebetulan kursi di samping kosong. Teman-temanku semuanya berdiam, mereka melirikku suasananya menjadi hening. Dia meraih tanganku dan menggenggam.

“Nata ... aku minta maaf atas kesalahanku selama ini, aku tak akan ngebaperin kamu lagi. Akan tetapi, aku rindu kalo tak ngebaperin rasanya seperti ada yang mengganjal. Sekali lagi aku minta maaf. Maafin, ya,” ucapnya memohon.

Aku mengangguk dan tersenyum, tanpa disadari ia mencium punggung tanganku. Aku sok, semuanya melengo melihat kejadian itu. Tanpa rasa bersalah dia malah lari dan tersenyum. Di sani aku berpikir, Apakah aku menyukainya?

Beberapa hari kejadian kemarin, aku mulai khawatir karena Fathan selalu entah kenapa dia marah-marah gak jelas di hadapanku. Ingin rasanya tenangin dia, tapi semua itu tak mungkin ada banyak orang yang memperhatikan kemarahan kamu. Setelah mulai tenang dia malah seenaknya duduk di pangkuanku, dengan posisi kepalanya ada di kakiku. Kebetulan Aku bersama teman-teman duduk santai dikelas, dengan posisi kakiku terlentang di lantai. Aku melihat sekeliling ternyata di sana mereka memperhatikan kami, mereka melengo melihatnya. Aku ingin mencakar mukanya, niatku urung melihat wajahmu yang begitu lelah, tanpa aku sadari aku mengangkat tanganku dan mengusap kepalanya.

Dia melihatku intens, aku mulai risih dengan tatapannya kemudian dia terbangun dengan posisinya, ia tersenyum akupun ikut tersenyum. Aku memejamkan mataku, aku berpikir takdirmu bukan aku tapi orang lain.

Dua bulan berlalu ...

Dia mulai menjauhiku entah karena apa, yang jelas dua bulan belakangan ini dia mulai berubah. Aku merindukannya yang setiap hari selalu menggangguku. Hidup-mati adalah hal yang tidak dapat dipisahkan sama dengan lapar-kenyang, masuk-keluar dan kata Antonim lainnya. Kata yang sangat berseberangan namun pasti akan terjadi pada setiap manusia dibumi ini, aku tidak akan mengelaknya karena aku telah merasakannya saat aku melihat kepergianmu.

Aku penasaran mengapa dia tak menggangguku lagi, aku menyelidikinya. Ternyata, dia mempunyai kekasih baru yaitu temanku. Aku sedikit meringis, ternyata benar dugaanku dia hanya ingin mempermainkanku saja.

Setelah aku mengetahui hubungannya, aku sedikit menjaga jarak dengannya. Aku sudah tidak peduli lagi dengannya, setelah dua bulan dia menjauhiku, kini dia mulai mendekatiku lagi. Aku tak pernah meresponsnya lagi.

Di kelas begitu bergemuruh, aku memilih menyibukkan  diri dengan membaca novel kesukaanku. Dia datang dan duduk di kursi. Ia bersandar dipundakku. Aku terus menghindar, tapi cekalan tangannya begitu kuat aku pasrah biarkan begitu.

Aku hanya bisa diam tanpa berkata. Diammu membuatku bisu. Aku termenung, seberapapun luka yang ia goresan untukku, tak akan mungkin menghapuskan cintaku padamu. Bahkan, sampai sekarang aku mencintainya.

Aku tak akan memaksanya membalas cintaku. Sebab, itu tidak akan pernah berhasil. Biarkan aku mencintaimu dalam diam. Aku tak mau mengetahui isi hatiku sebab aku takut dirimu akan membenciku. Biarlah dirimu tak tahu seberapa rasa yang kupunya untukmu. Asal jangan kamu membenciku.

Kamu membuatku terluka, bahkan kamu menyiksa batinku. Benci? Mana bisa aku membencimu. Namun, aku kecewa dengan semuanya. Dengan yang kau lakukan kepadaku, dengan sikapmu yang berubah-ubah. Akan tetapi, kekecewaan ku sirna oleh cintaku, rasa dan sayangku untukmu.

Aku menitipkan rasa, cinta, dan sayangku padamu. Semoga kamu membalasnya suatu hari nanti. Benar kata orang, cinta itu tidak harus memiliki. Nah, di sana aku paham cinta tak selamanya memiliki, lepaskan saja dan ikhlaskan. Mungkin kalo jodoh bakalan datang sendiri.

Akuk akan pernah melupakanmu, namun aku akan mengenangnya saja. Sebab, kamu adalah cinta pertamaku. Terima kasih Raka Sanjaya.

"Raka, apa kabar?" lirihku.




Halo semuanya, terimakasih yang udah follow dan Vote aku. Di mohon untuk kritikannya.

Akan kah Raka akan mengingat semua? Atau kah Raya akan berputar-putar Lupa? Tunggu kelanjutannya.

Jangan lupa ikuti jejak aku, yah.

See you Next Chapter


 

KehidupankuWhere stories live. Discover now