Yuli di gendong Jeno saat perjalanan pulang; menuju kamar asrama.
Jaemin pening, kepalanya masih dipenuhi oleh rumor itu. Sedangkan Jeno tak ambil pusing, buktinya sekarang dia sedang bercanda bersama Yuli yang ada di gendongan nya.
Bukan hanya dekan yang menyangkal dan tidak memberi kesempatan Jaemin menjelaskan tapi juga Seulgi dan kawan-kawan; anggota band utama itu tak percaya sama sekali. Mereka tetap bersikukuh berpendapat bahwa Jeno dan Jaemin sudah menikah dan menghasilkan Yuli.
"Jen, bikin klarifikasi ayo." Ujarnya entah sudah ke berapa kali tapi lagi-lagi Jeno tidak menanggapinya. Sialan kan?
"Jenooo!"
"Hm?"
"Kamu denger ngga sih tadi aku ngomong apa?" Tanya nya.
"Iya,"
"Terus?"
"Apa?"
Jaemin mengerang frustasi. Dia berjalan dengan menghentakkan kakinya keras dan membuka pintu dengan brutal dan menutupnya kembali.
Jeno terkekeh. Gemas dia melihat tingkah Jaemin. Baru kali ini Jeno melihat Jaemin merajuk. Sangat lucu.
"Liat Yuli. Muma kamu marah."
🕳️°•Nomin•°🕳️
©Vvusr_"Jaemin."
Tidak ada sahutan. Dia menolehkan kepalanya ke sofa televisi, tidak ada. Kepalanya menoleh ke ranjang Jaemin, ah ternyata disana.
Jaemin mungkin masih merajuk. Sedari sepulang kuliah tadi, Jeno tidak masuk ke kamar, Jeno berjalan-jalan dengan Yuli dan membiarkan Jaemin sendirian di kamar.
Jaemin masih mengenakan pakaian nya yang tadi, tanda Jaemin belum membersihkan diri.
Jeno berjalan mendekat. Yuli tertidur di gendongannya; tanpa hipseat.
"Jaemin," Jeno mengguncang pelan bahu Jaemin; membangunkannya.
"Eungh~" lenguhnya.
"Yuli tidur,"
"Taruh aja disini." Tangannya menepuk sisi kanan ranjangnya dengan mata yang masih tertutup.
"Bangun, laper." Jaemin menghembuskan nafas kasar dan beranjak dari tidurnya.
"Mandi," ucapnya setelah selesai menaruh Yuli di ranjang Jaemin.
"Apasih, katanya laper sekarang mandi." Kesalnya.
"Mandi dulu terus bikin makan." Jaemin menurut walau dengan perasaan kesal.
Setelah beberapa saat, Jaemin keluar dari kamar mandi dengan pakaian berbeda. Dia menghampiri Jeno yang sedang menonton televisi.
"Mau makan apa?"
"Apapun,"
Jaemin kembali beranjak menuju dapur. Matanya melirik Yuli yang tertidur tidak nyaman. Di kamar asrama Jaemin tidak ada penghalang apapun; seperti dinding atau apapun itu. Jadi semuanya bisa terlihat di sisi manapun. Ranjang Jaemin disisi kiri dan akan terlihat jika pintu terbuka karena posisinya memang menghadap pintu. Sedangkan ranjang Jeno disisi kanan, dekat dengan sofa dan dapur. Jika sofa terletak ditengah, dengan televisi yang berada tak jauh dari sisi pintu. Sedangkan dapur serta meja makan berada di pojok. Bisa membayangkan? Ya kira-kira seperti itu.
"Jen, temenin Yuli tidur. Dia gerak-gerak terus, takut jatuh." Jeno yang bosan dengan acara televisinya pun segera mematikan dan berjalan menuju ranjang Jaemin; menemani Yuli tidur karena mereka belum sempat membeli box bayi untuknya. Mungkin nanti.
Dan benar saja, Yuli berhenti bergerak dan menyamankan posisinya dengan menenggelamkan kepalanya di dada bidang Jeno.
Jaemin tersenyum melihatnya dan kembali di acara memasaknya.
▒ ▒ ▒ ▒ ▒ ▒ ▒▒ ▒ ▒ ▒ ▒ ▒ ▒Jaemin mengguncang tubuh Jeno pelan.
"Jeno, bangun. Makan malamnya udah siap." Ucapnya.
Jeno membuka matanya dan mengucek matanya.
"Jangan di usap gitu, nanti merah." Peringat Jaemin. Jeno kembali menurut.
"Mandi aja dulu, kamu belum mandi." Lagi-lagi Jeno hanya menurut. Dia berjalan mengambil baju serta celananya dan memasuki kamar mandi.
Setelah beberapa saat Jeno keluar dengan bau maskulin khas Jeno.
Jeno menghampiri Jaemin yang duduk di kursi meja makan yang ada di dapur dengan makanan yang masih utuh.
"Kenapa ngga makan?" Tanya nya seraya mendudukkan dirinya di satu-satunya bangku yang tersisa; dihadapan Jaemin.
"Kenapa? Ya aku nungguin kamu lah. Cepet makan udah mau dingin."
Jeno mengangguk dan segera menyuapkan nasi ke mulut nya.
"Yuli belum makan,"
"Kamu kenapa nidurin dia padahal belum makan?"
"Ngga sengaja."
"Selesai makan, kamu gangguin dia tidur sampe bangun pokoknya. Nanti aku yang bikin bubur sama susu buat Yuli. Dia udah lumayan lama tidurnya."
"Ya,"
Jeno selesai terlebih dahulu dia meninggalkan piring serta gelasnya di meja, membuat Jaemin berdecak kesal. Dia yang memasak dan dia juga nanti yang harus mencucinya. Kebiasaan buruk seorang Lee Jeno!
Jeno meniup-niup telinga Yuli, nihil. Berganti ke leher, nihil. Sekarang mata, Yuli mengerjapkan matanya sebentar tapi kembali tenang setelah beberapa saat. Jeno kembali meniup kini berganti ke mulut nya yang terbuka sedikit.
Berhasil. Tapi bukannya ini yang Jeno inginkan. Yuli menangis hingga tersedak. Apa dia meniupnya terlalu keras?
"Ada apa ini?" Tanya Jaemin tangan sibuk membawa bubur dan segelas susu.
"Mumama, huahoeee-" Tangis Yuli; mengadu mungkin?
"Aku hanya membangunkannya." Ucap Jeno sebelum Jaemin menyalahkannya karena membuat Yuli menangis.
"Mumama~" ocehnya lagi, tangannya merengek meminta di gendong Jaemin.
"Dia meminta di gendong oleh Muma-nya, gendong lah. Aku yang akan menyuapinya nanti. Hipseat nya masih ada di Seulgi, aku lupa ambil." Ucap Jeno. Sebenernya Jaemin kembali terkejut mendengar Jeno yang mulai banyak bicara padanya melebihi satu kalimat. Perkembangan yang sangat bagus untuk Lee Jeno.
But, wait!
Apa tadi? Muma? Muma-nya? Berarti Jaemin bukan? Jaemin-Muma? Jeno memanggilnya dengan sebutan Muma sekarang?! Sungguh apa telinga Jaemin yang salah mendengar?
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐮𝐫 𝐁𝐚𝐛𝐲✓【ɴᴏᴍɪɴ】
Teen FictionEnd! But kalo baca tetep Vote sama Komen ya! Book one from Big baby! Ada sequel, jadi kalo abis baca ini baca juga book two-nya, oke?! Tidak banyak konflik jadi hati dijamin aman! . Jeno dan juga Jaemin adalah teman satu kamar atau bahasa gaulnya ad...