Part 18 ; Tak Ada Yang Mau Senyumnya Hilang.

2K 368 24
                                    

·
·
·
·
·

Sudah hampir seminggu Keenan masih mendekam di ruangan serba putih dengan bau obat-obatan ini.

Keenan bosan. Ingin pulang.

Tapi dia tak mau merepotkan keluarga Rafardhan karna dirinya yang rewel meminta ingin pulang. Jadi, Keenan hanya pasrah.

Tapi ngomong-ngomong, dimana Bagas? Sepertinya kakaknya itu masih marah karna kejadian kemarin

Jika saja kemarin dia tak mengajak kak Kai untuk bertemu. Pasti Bagas tak akan marah padanya lagi.

Keenan tak mementingkan badannya sendiri, ia hanya ingin melihat kakaknya tersenyum bahagia karna dirinya. Bukan marah seperti beberapa hari yang lalu.

Helaan nafas lolos dari bibir kering Keenan. Tak, ia tak bosan. Hanya saja... Ia rindu Bagas, sungguh.

Ia hanya ingin bertemu dengan sang kakak dan melihat senyum manis itu terlukis dibibirnya. Walaupun mustahil untuk sekarang.

Cklek!

"Nan..?"

Seseorang masuk ke ruang rawat Keenan. Dengan kantong plastik besar di tangan kirinya, dan sekeranjang buah di tangan kanannya.

Keenan sontak menengok kearah pintu, melihat Farel yang sedang mencari sesuatu didalam kantong plastik besar itu.

"Nyari apa kak..?" Tanya Keenan membuka suara.

"Bentar, bentar..." Keenan masih melihat Farel dengan tatapan heran.

Kemudian kakak si Devan itu mengambil sesuatu— Susu pisang.

"Nih, kata Devan kamu suka susu pisang..." Ujar Farel sambil menyodorkan susu pisang yang ia genggam.

"Wah! Makasih kak! Hehe..!" Keenan tersenyum, memamerkan deretan giginya yang putih dan rapih. Lalu berusaha setengah duduk di ranjang pesakitannya, dibantu oleh Farel.
Setelah berhasil diposisi setengah duduk, Farel tersenyum sambil mengacak rambut Keenan gemas.

'Seandainya lu adik gue, Nan...' ucap batinnya lirih.

Sebenarnya, kemarin saat melihat kondisi Keenan yang sangat buruk, membuat Farel kelewat panik.
Ia juga sayang pada Keenan. Sama seperti sayangnya ia pada adik kandungnya sendiri.

Ia juga tak ingin kehilangan sang Aksa. Yang selalu tersenyum indah juga lembut. Mampu membuat dunia tenang juga terhibur dengan kekehan dan tingkahnya.

"Kak..." Si Aksa memanggil Farel, dengan senyuman yang ia lukiskan lagi, si sulung Rafardhan menoleh.

"Hm? Kenapa..? Gak mau susunya..?" Tanya Farel. Keenan menggeleng.

"Kakak... Tau kondisi kak Bagas.., sekarang?" Nada Keenan ragu-ragu.

"Gak tau, udah tiga hari ini gak telfonan sama kakak kamu, ada apa memangnya..?" Tanya Farel balik.

"Gak ada apa-apa sih, hehe..." Jawabnya sambil cengengesan.

Tatapannya berbinar kala ia lihat keluar jendela.

Birunya langit tertutupi dengan awan-awan putih yang kadang-kadang akan membentuk sesuatu yang abstrak.

"Kak, Keenan keluar boleh ke taman kan?" Tanya Keenan menatap wajah Farel.

"Boleh, perlu kakak bantu gak..?" Tawar Farel yang langsung disahuti dengan gelengan pelan dari Keenan dengan senyumannya.

"Yaudah kalau gitu, Keenan ke taman dulu bentar..." Keenan bangkit dari ranjangnya. Mengambil benda persegi juga pipih tersebut untuk ikut juga bersamanya.

·
·

Keenan menekan tombol telfon pada nomer kakaknya.

Ya, kalian tak salah baca.

Kakaknya— Bagas.

Keenan sudah berusaha mengumpulkan keberanian untuk sekedar menekan tombol itu.

Telfon diangkat.

"A-Assalamualaikum, kak..." Ucap Keenan takut-takut.

'Waalaikumsalam. Kenapa?' Nadanya ketus terdengar jelas di kuping Keenan.

"K-Kakak bisa ketemu sama Keenan..?"

'Hah?! Lo gila ya?! Ngg—'

"Plis kak... Mungkin ini pertemuan kita yang terkahir... B-bisa gak..??" Keenan sangat memohon jika Bagas akan menjawab 'iya' dan datang ke taman rumah sakit ini.

Hening, tak ada sahutan dari sebrang sana.

"K-Kak..?—"

'Dimana?' Ah, Keenan pikir telfonnya dimatikan sepihak oleh sang kakak.

"D-di taman RS Sejahtera, kak..."

'Tunggu.'

TUT!

Keenan menarik handphone nya kembali.

Memperlihatkan lockscreen nya yang berfotokan ia dan Bagas, juga kedua orang tua mereka.

Foto itu diambil saat kelulusan SMP sang kakak. Ia rindu masa-masa itu.

Dimana dirinya masih tenang, dan mendapat kasih sayang dari Hanindita dan Rendy.

Setelahnya ia kembali, menekan icon telfon, dan men-scroll layarnya guna memilih salah satu kontak disana.

Kontak yang bertuliskan 'Kak Kai' lalu ia tekan.

Tuutt~ Tuutt~

Telfon akhirnya diangkat.

'Assalamualaikum, Nan. Ada apa nelfon kakak??'  suara Kaila lembut, membuat senyum Keenan langsung mengembang kembali.

"Kak, bisa ke rumah sakit gak..?"

'Heh! Kamu masuk rumah sakit?! Kenapa gak bilang?!!' Sahut diseberang sana dengan khawatir.

"Hehe, maaf. Eh, bisa kan?"

'Bisa, rumah sakit mana?'

"RS Sejahtera, kak. Langsung ke taman belakangnya aja kalau bisa, hehehe..."

'Okay, tunggu sebentar ya... Kakak siap-siap dulu..'

"Iya! Dandan yang cantik ya kak! Hihi!—"

Tut!

Telfon ditutup sepihak oleh Keenan kali ini.

"Rencana gue berhasil." Gumamnya sambil tersenyum puas.

·
·

Sementara Bagas sedang menyetir dengan perasaan yang campur aduk.

'Mungkin ini pertemuan kita yang terkahir... '

Akhh!! Kalimat macam apa itu?!

Jujur Bagas tak suka.






—————————————————————

Hehehe, nge tbc in ngasal banget, asli...

Part-nya jg dikit..😔😌🙏🏻

Tapi bentar deh kalau Sasa liat, masih ada yang sider nih...
Banyak banget malah, hehe..

Hmm... Tapi gak papa!

Hehe... Ya, SEDIKIT kecewa sih, tapi gak papa.. toh yg sider juga suka kan sama storynya? Hahaha (^▽^)

J-jangan lupa vote/comment!😐✌🏻

Life ; AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang