31 - Tempat Berteduhnya Kita.

2.4K 214 5
                                    

Ammar membuka matanya perlahan dan sudah melihat cahaya matahari menerobos masuk kamar mereka. Sedari tadi sebenarnya Ammar sudah bangun untuk menunaikan shalat Shubuh, tapi ia tidur kembali karena masih terasa capeknya akibat acara pernikahannya semalam.

Ammar menggeliatkan tubuhnya lalu duduk di tepi kasur. Ia kumpulkan terlebih dahulu kesadarannya. Ketika sadar, ia pun mencari Dilsha. Namun Dilsha tidak ada di kamar ini. Ia pun memilih untuk menelfon Dilsha sehingga ia berjalan ke kasur kembali untuk mengambil mobile phonenya.

Sebuah ketukan pun terdengar lalu pintu terbuka. Ammar melihat siapa yang datang dan ternyata Dilsha yang sudah membawa troli dorong yang berisikan sarapan pagi mereka.

"Selamat pagi, suamiku. Kita makan yuk." Ucap Dilsha lalu berjalan ke pintu kembali untuk menutupnya. Ammar tersenyum mendengar ucapan Dilsha dan berjalan mendekat ke troli tersebut. Ia pun mengambil segelas air putih lalu menenggaknya. Setelah selesai minum, Ammar duduk kembali di pinggir kasur diikuti Dilsha juga yang duduk di samping Ammar dan mengambil masing - masing porsi makan mereka.

"Kenapa enggak ke bawah aja kita?" Tanya Ammar dan Dilsha menggelengkan kepalanya, "Makanannya beda. Disini lebih VIP." Bisik Dilsha ketika ia mengucapkan kata VIP yang membuat Ammar tersenyum.

Ammar memerhatikan Dilsha yang makan dengan ekspresif sekali. Karena jujur, makanan yang mereka sekarang ini benar enaknya. Padahal hanya semangkuk lontong. Namun rasanya benar-benar gurih dan enak. Atau mungkin emang faktor kelaparan dan kecapekan, sehingga nafsu makan pun meningkat dan semua makanan seketika terasa enak sekali.

Suara dering telefon pun berdering. Ammar langsung menjangkau mobile phonenya dan menjawab panggilan tersebut. Dilsha memerhatikan Ammar yang sedari menjawab panggilan hanya berdiam diri saja, sehingga Dilsha mencoba untuk mendengar ucapan dari sambungan seberang sana. Namun Dilsha tetap tidak dapat mendengar apapun.

Ammar lalu memutuskan sambungannya, menaruh mobile phonenya dan menghabiskan sarapannya. Sedang Dilsha sedikit penasaran, namun dirinya tidak mau bertanya dan kembali memakan sarapannya. Ammar tau Dilsha mungkin penasaran, sehingga Ammar cepat menghabiskan makanannya lalu ia letak kembali mangkuk kotor di troli dorong yang semula Dilsha bawa tadi dan bergegas ke kamar mandi.

Namun sebelum Ammar masuk ia menyempatkan untuk berkata, "Abis ini kita check out, jadi bersiap - siap ya." Lalu ia masuk ke kamar mandi. Dilsha membulatkan matanya. Apa kata Ammar? Check out? Oh yang benar saja? Bagaimana dengan semua busana ini? Bahkan tidak ada satupun pakaian yang tersusun rapi. Karena masih Dilsha gantung saja dengan hanger.

Dilsha ingin sekali mengetuk pintu kamar mandi untuk bertanya dan berontak. Namun semua niatnya ia urung, karena ia belum terlalu dekat dengan Ammar takut kalau-kalau ia salah dalam bertingkah.

Tak sampai 20 menit berlalu, Ammar sudah kembali dengan keadaan sudah memakai celana bahan yang kasual dengan bertelanjang dada. Dilsha yang hendak berbicara, terdiam. Sedang Ammar hanya tersenyum sumringah sambil mengambil kaos dan kemeja. "Berbicara saja, Dilsha." Goda Ammar. Dilsha hanya menelan ludahnya dan.. gugup!

Dilsha menarik napasnya, "Kita beneran berangkat sekarang? Mana sempat, kita belum lagi ngemasin yang lainnya." Ammar tersenyum, "Barang ini semuanya nanti pihak hotel yang beresin dan nanti Sukru yang bawa."

Dilsha mengangguk lalu mengambil tasnya dan sudah bersiap untuk pergi. "Udah ayo kita check out." Ammar sedikit bingung, "Kamu udah mandi?" Dilsha sedikit tidak terima mendengar pertanyaan Ammar ini. Pasalnya, Dilsha jelas - jelas udah ber-make-up gini yaa walaupun natural aja biar enggak terlalu pucat aja dan juga udah berpakaian rapih.

"Ammar, aku udah mandi dan udah siap. Apa perlu aku ulang mandi dan ulang make-up?" Ammar langsung menggeleng. Karena kalau sampai hal itu terjadi, bisa-bisa abis Dzuhur pula perginya. Ammar tersenyum sayang dan mencium kilas pucuk kepala Dilsha, "Yaudah ayo kita pergi."

***

"Kita mau kemana?" Tanya Dilsha yang sedari tadi sebenarnya ia sendiri tidak tau ini kemana, karena ini bukan jalan ke rumahnya dan bukan pula jalan menuju rumah Ammar.

"Sebentar lagi kita sampai." Jawab Ammar dengan tenang. Benar katanya. Tak lama ia berucap, Ammar sudah memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang sebuah rumah yang bermodelkan luxurious scandinavian house. Ammar tersenyum ketika seorang petugas keamanan di rumah ini membukakan pintu dan menyapa Ammar yang sudah menurunkan kaca pintu mobilnya.

"Sudah sampai." Ammar memarkirkan dan mematikan mesin mobilnya lalu turun. Dilsha pun turun. Setelah mereka berdua turun, Ammar memegang halus punggung belakang Dilsha untuk mempersilahkan Dilsha berjalan terlebih duhulu.

Tak lama seorang lelaki yang kelihatannya berumur sama dengan Ammar menghampiri mereka berdua. "Selamat datang Pak Ammar dan Bu Dilsha. Semoga pernikahannya sakinah mawaddah dan warahmah, Aamiin."

Dilsha dan Ammar mengangguk dan mengaminkan dalam hati.

"Baik semuanya sudah selesai pak, dan sudah bisa ditempati hari ini juga. Mengenai household nya juga sudah disediakan sesuai dengan permintaan Pak Ammar." Ammar tersenyum mengangguk lalu bersalaman sebagai tanda terima kasih sudah bekerja sama dalam hal ini.

"Selamat menikmati rumah barunya Pak Ammar dan Bu Dilsha, saya pamit." Dilsha tersenyum lalu menatap Ammar, "Jadi ini...?" Ammar mengangguk, "Ayo kita coba masuk." Ammar lagi-lagi meletakkan tangannya di pinggang Dilsha untuk mempersilahkannya berjalan duluan.

Sesampainnya di dalam, Ammar takjub dan Dilsha juga lebih lagi takjubnya. Karena selain bergelut di desainer busana, Dilsha juga suka mengenai design dan furniture perumahan. "Ini desain kamu?" Tanya Dilsha dan Ammar mengangguk, "Tidak seluruhnya." Jawab Ammar dengan lembut.

Ammar lalu berjalan mendekati Dilsha dan merangkul pinggang Dilsha sambil menatap seisi rumah mereka ini, "Aku harap kamu suka. Karena ini rumah dari aku untuk pernikahan kita." Ucapnya lagi-lagi dengan lembut yang membuat Dilsha nyaman sekali mendengarnya lalu bersender di atas dada kiri Ammar.

"Lalu rumah yang lama?"

Ammar tersenyum. "Aku jual. Karena aku mau buka cerita dan pengalaman baru yang nggak ada unsur lampau." Jawab Ammar. Dilsha mengerti dan tidak ingin bertanya lebih dalam mengenai hal yang bersangkutan dengan Yasemin. Karena ia sendiri pun tidak ingin apabila Ammar mengingat-ingat hal yang bersangkutan itu kembali, jadi lebih baik diam.

"Jadi biar rumah ini tempat berpulang kita dan tempat 'berteduhnya' kita." Ucap Ammar dengan lembut lalu mencium pucuk kepala Dilsha sedikit lebih lama.
Dilsha pun memejamkan matanya untuk meresapi ucapan Ammar dan mengangguk.

***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!🧡💚

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang