EXTRA PART III

2.5K 141 15
                                    

Suara bel rumah berdering. Ammar, Dilsha, Shaqil, Salma, Shauqi dan Shavira sedang makan malam bersama di meja makan dengan harmonis. Hingga saat bel rumah berdering, memecahkan kenikmatan makan malam mereka.

"Biar saya aja yang buka Pak." Ucap Sukru yang tiba-tiba muncul dan langsung berjalan cepat ke pintu utama.

Tak lama Sukru kembali dengan wajah yang bingung dan takut. "Siapa yang datang Sukru?" Tanya Ammar dan seluruh mata tertuju kepada Sukru yang hanya menunduk diam. "Sukru?"
Panggil Dilsha barulah ia mengangkat kepalanya sedikit. "Ibu Yasemin." Jawab Sukru dan Ammar langsung membanting garpu dan sendoknya hingga berdenting dengan keras di piringnya.

Dilsha langsung menggenggam tangan Ammar. Ammar yang memuncak amarahnya langsung kembali duduk ketika Dilsha menggenggam tangannya. "Enggak perlu pakai emosi ya sayang." Ucap Dilsha dengan lembut dan Ammar pun menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ammar pun mengangguk lalu berjalan dengan tenang menemui Yasemin.

Yasemin datang dengan penampilan seratus persen berubah dari ia yang dahulu. Sedikit shock melihatnya berhijab saat ini. Karena sudah lebih dari 7 tahun ia tidak melihat atau bertemu dengan Yasemin, karena emang tidak ada keperluan juga untuk bertemu dengannya.

"Assalamualaikum." Ucapnya. Ammar hanya mengangguk lalu menjawab salamnya. "Aku mau bertemu dengan Shaqil untuk terakhir kalinya." Ammar mengernyitkan kedua alis matanya ketika mendengar kalimat 'terakhir kalinya'. Ammar memilih untuk tidak bertanya, melainkan menunggu kelanjutan ucapan Yasemin saja.

"Aku akan pindah ke Malaysia sama suami dan anak-anakku. Mungkin juga berpindah kewarganegaraan nanti, karena emang stay untuk pindah kesana, InsyaAllah." Ammar hanya mengangguk lalu pergi masuk ke dalam kembali untuk memanggil Shaqil.

Shaqil langsung menggeleng ketika Ammar menjelaskannya ke Shaqil. Dilsha yang berada di samping Shaqil langsung mengelus tangannya Shaqil. "Pergi jumpai mama kamu ya sayang. Dia itu ibu kandung kamu. Walaupun ia udah nelantarin gimana pun, ia tetap ibu kamu. Enggak boleh jadi anak durhaka." Shaqil hanya menatap Dilsha. Dilsha pun mengelus punggung Shaqil, "Jadi jumpai aja dulu. Manatau ada yang mau disampaikannya. Ok?" Ucap Dilsha dengan lembut dan akhirnya Shaqil pun berdiri dan berjalan bersama Ammar untuk menjumpai Yasemin.

"Shaqil." Panggil Yasemin ketika ia melihat anaknya sudah tumbuh se-dewasa ini. Yasemin pun hendak memegang pipi Shaqil namun sontak Shaqil menjauh sedikit. Tidak, tidak. Ia bukan menjauhkan dirinya dengan sengaja, tapi refleks ia menjauhkan dirinya sendiri dari sentuhan Yasemin tadi.

Yasemin berkaca matanya yang masih terbendung di matanya. Shaqil hanya diam dan memerhatikan Yasemin. Ia sebenarnya tidak tega melihat Yasemin menangis, namun ia masih menahan dirinya.

"Mama pergi dulu ya sayang. Mama mau pindah ke Malaysia dan mungkin ini kali terakhirnya kita bertemu. Jadi, kamu jaga diri baik-baik, jadi anak yang sukses dan menurut sama papa dan mama Dilsha." Ucap Yasemin dan ia benar-benar menangis sekarang. Shaqil pun memejamkan matanya teringat perkataan Dilsha tadi untuk tidak menjadi anak durhaka. Sedangkan membuat seorang ibu menangis sudah menjadikan kita sebagai anak yang durhaka. Sehingga, Shaqil dengan berbesar hati memeluk ibunya dan menangis.

Ia peluk ibunya dengan erat. Ia tidak pernah seumur hidupnya dan seiring dengan pengingatannya, ia memeluk Yasemin seerat dan sedalam ini.  Mungkin inilah kali pertama dan terakhirnya memeluk Yasemin.

"Maafin Shaqil, Mama. Maafin Shaqil, Ma." Yasemin semakin menangis dan mengangguk. Merasa sudah puas memeluk ibunya, Shaqil melepaskan pelukannya.

Yasemin mengelus pipinya Shaqil dan menatapnya sedikit lebih lama. "Mama bangga sama kamu. Maafin mama juga ya nak." Shaqil mengangguk. Yasemin pun mencium kedua pipi Shaqil.

The Kindest ThingWhere stories live. Discover now