part 5

2.8K 484 36
                                    

"Jadilah pacarku"

"APAA!!!"

"Untuk taruhan"

"Hah?!?"

Niki memundurkan tubuhnya. Memperhatikan wajah Sunoo yang masih terlihat shock dengan yang dilakukan serta dikatakannya. Niki terkekeh pelan.
Melihat itu, jantung Sunoo seakan berhenti berdetak. Ayolah.. sudah berapa kali ia diserang pesona Niki hari ini. Mungkin sebentar lagi dirinya akan bersiap untuk memasuki alam baka.

"Apa m-maksudmu taruhan?"

Sunoo masih berusaha menetralkan gugupnya. Niki lalu bergumam pelan sambil menggosok-gosokkan dagunya dengan jari telunjuk. Terlihat mengingat-ingat dan berpikir.

"Sebenarnya..

Flashback

Niki berhenti. Memperhatikan sekitar. Mencari seorang yang harusnya sudah berada di sini. Banyak orang berlalu lalang. Membuatnya susah mencari orang yang dimaksud. Ia lalu menarik koper besarnya lalu berjalan menghampiri kursi tunggu yang ada di bandara itu. Kakaknya lama sekali.

"Woii..nunggu lama ya?" Niki merasakan tepukan di bahunya.

"Ga juga"

"Ohh yaudah cuss pulang"

Niki memperhatikan Jay jenuh. Kakak sepupunya ini bahkan tidak meminta maaf padanya. Sama sekali tidak merasa bersalah. Padahal ia sampai harus menunggu 10 menit sebelum akhirnya duduk mengistirahatkan kakinya. Perjalanan dari jepang ke korea tidak begitu lama memang. Tapi harus duduk selama di pesawat membuat kakinya sedikit keram.

"Kenapa bisa lama?" Mereka sudah di dalam mobil. Jay mulai menjalankan kendaraan kesayangannya. Lalu hanya menjawab, "biasalah"

Niki hanya ber oh malas. Tidak ingin melanjutkan perbincangan. Ia ingin tidur saja. Lelah karena penerbangan. Ia sudah tau seperti apa kakaknya. Bahkan walau hanya dengan jawaban seperti itu, ia tahu kakaknya itu baru saja bertemu dengan gebetannya yang jika dihitung hampir segudang. Terus berganti. Saat ia masih di tempat kelahirannya, jepang, setiap minggu jay akan mengirimi foto gebetannya dengan wajah yang berbeda. Entah itu wanita cantik atau uke manis montok.

Selanjutnya, perjalanan mereka hanya diisi dengan iringan lagu dari radio. Masing-masing nampak fokus dengan kegiatannya. Yang satu menyetir dan satu lagi tidur.

----------

Malam ini, dua sepupu itu duduk di balkon rumah Jay. Orangtua Jay saat ini masih ada urusan bisnis di luar kota. Kurang lebih 2 bulan lagi baru pulang. Jadi, sudah tugas Jay untuk menjaga rumah. Walau Jay juga sebenarnya sudah punya rumah sendiri.

"Besok kamu langsung sekolah kan?"

"Hm"

Hanya dibalas dehaman singkat oleh Niki. Jay mendengus. Anak ini terlalu datar. Seperti tidak bernyawa. Mungkin jika Jay menyuruhnya untuk mati anak ini pasti tidak akan menolak. 'Hahh.. masa SMA anak ini tidak akan pernah menyenangkan.. bagaimana ia akan dapat pacar kalau seperti ini' Jay mengeluh dan merenung. Ide licik lalu terlintas di otak pemuda yang lebih tua.

"Niki"

"Hm"

"Ayo buat taruhan"

Niki menoleh. Jay yang merasa berhasil menarik perhatian Niki melanjutkan kalimatnya.

"Jika kau berhasil mendapatkan pacar dalam hari pertama di sekolah, maka kau akan kubelikan apapun yang kau mau. Tapi jika kau gagal, kau juga akan mengabulkan semua permintaanku. Bagaimana? Kau tertarik??"

Niki berpikir. Menarik juga. Kebetulan ia sedang membutuhkan komputer baru untuk bermain game. Yang lama sudah rusak. Soal kalah itu urusan nanti. Saat ini, ia sangat butuh komputer barunya.

"Setuju"

Jay tersenyum miring. Akhirnya adiknya bisa diajak kerja sama. Yah, Jay melakukan ini juga demi Niki. Ia tidak mau Niki mengalami masa SMA yang penuh jenuh. 'kurasa ini akan menarik,' Jay lalu kembali fokus pada layar hpnya. Berkirim pesan dengan sang gebetan.

Flashback end

"Aku tidak mau" Sunoo menolak.

"Kenapa?"

"Aku tidak mau menjadi bahan taruhan. Kau pikir aku semurah itu bisa kau ajak bermain-main dengan hubungan."

"Jadi kau ingin hubungan yang serius denganku?"

"B-bukan begitu! Hanya saja aku tidak tertarik. Kenapa kau tidak meminta 'fansmu' saja. Pasti mereka tidak akan menolak. Sudahlah, aku ingin pulang. Kau hanya menghambat pekerjaan saja. Yang pasti jangan pernah kau memintaku lagi, karena jawabanku akan tetap sama. TITIK."

Dengan telaten, Sunoo membereskan semua alat kebersihan yang ia gunakan tadi, lalu mengangkatnya. Hendak berjalan keluar sebelum akhirnya suara Niki mencegahnya,

"ENHYPEN"

Sunoo membeku. Nama grup favoritnya disebut.

"Jika aku memenangkan taruhannya, kau bisa mendapatkan tiket konser mereka."

"Darimana kau tahu kalau itu grup favoritku?"

"Wallpaper hpmu" jawab Niki singkat.

Sial. Kalau sudah begini bagaimana ia bisa menolak. Ia tidak punya alasan untuk menolak yang satu ini. Ia menghela napas. Jika ia menolak, kapan lagi ia bisa menonton konser Enhypen. Tapi jika ia menerima tawarannya, ia harus menjadi pacar si iblis itu entah sampai kapan. Bayangkan, hari ini saja ia sudah dibuat stres berapa kali oleh manusia itu. Apalagi berhari-hari. Sunoo mengacak-acakkan rambut halusnya. 'demi Enhypen', Sunoo berbalik. Wajahnya menatap Niki ragu.

"B-baiklah. Aku terima,"

Sial! Dia malu dengan omongannya sendiri.

To be continued

taruhan - SUNKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang