4. Kebahagiaan Yang Dinantikan

14.9K 979 11
                                    

Hoek

Hoek

Clara memuntahkan isi perutnya. Tapi yang keluar hanya cairan bening. Dirinya memijat kepalanya yang terasa berat. Sudah seminggu ini, ia merasakan mual-mual setiap pagi.

"Muntah lagi?" tanya Rafa. Clara mengangguk lemah. Rafa sendiri tak tega melihat wajah Clara yang pucat. Sudah berulang kali Clara ditawarkan untuk ke rumah sakit, namun selalu ditolak dengan alasan "ini cuma masuk angin biasa"

"Hari ini kita ke rumah sakit" ujar Rafa. Clara menggeleng.

"Nggak usah, Mas. Ini cu-"

"Kamu bisa nggak sih nurut apa kata aku?! Nanti kalo ada apa-apa gimana?!" bentak Rafa. Tubuh Clara menegang, baru kali ini Rafa membentaknya.

Rafa mengusap wajahnya kasar. Ia duduk di depan Clara. "Aku nggak mau kamu kenapa-napa, Cla" ujarnya lembut.

Tok tok tok

"Bun, Yah?" suara Kiara terdengar. Dirinya datang kesini karena mendengar bentakan sang Ayah.

"Kenapa, Ra?" tanya Rafa. Kiara melihat ke arah belakang, dimana Clara duduk di kasur dengan wajah pucat. Tanpa babibu, Kiara langsung menerobos masuk ke dalam.

"Bunda gapapa? Kok muka Bunda pucat gini? Bunda sakit?" tanya Kiara khawatir. Clara mengusap rambut Kiara yang halus.

"Bunda nggak apa-apa, Ra"

"Bohong" sahut Rafa. Ia duduk di sofa dekat lemari.

"Bunda kamu udah seminggu ini muntah terus setiap pagi. Ayah ajakin ke rumah sakit nggak mau, alesannya "ini cuma sakit biasa, Mas". Gitu terus" ujar Rafa meniru gaya bicara Clara. Kiara tertawa.

"Apa jangan-jangan Bunda hamil?" tebak Kiara. Clara dan Rafa saling tatap.

"Bisa jadi kan? Bunda terakhir halangan kapan?" tanya Kiara. Clara melihat kalender di hp-nya.

"Sebulan yang lalu"

"NAH!" Clara terlonjak kaget.

"Fix ini mah" ujar Kiara yakin.

"Bun. Bunda ikut apa kata Ayah aja ya? Bunda ke rumah sakit, sekalian cek kandungan. Siapa tau Bunda beneran hamil" ujar Kiara sangat antusias.

Clara mengangguk. "Iya, Bunda nanti ke rumah sakit"

"Jangan nanti, Bun. Sekarang aja" ujar Kiara. Ia membuka lemari pakaian, mencari gamis dan hijab untuk Clara kenakan nanti.

"Sekarang Bunda ganti baju. Ayah, anda bisa memanaskan mobilnya sekarang" ujar Kiara. Rafa mendengus kesal tapi tak urung ia lakukan.

"Memangnya kalo Bunda hamil, Ara seneng?" tanya Clara.

Kiara menggeleng. "Enggak"

"Lah terus?"

"Nanti adek bayinya mau Ara jadiin pepes, terus bagiin ke tetangga" ujarnya santai. Tak lama ia tertawa melihat wajah panik Clara.

"Ya elah Bunda, Ara cuma bercanda kali. Kayak nggak pernah muda aja" ujarnya.

"Bunda masih 22 tahun kalo kamu lupa, Ra" ujar Clara. Kiara tertawa hambar.

"Lah iya ya? Udah lah, Bunda ganti baju ya! Kalo udah selesai, nanti langsung keluar kamar. Supir udah nunggu di depan" ujarnya berlalu keluar kamar. Clara menggelengkan kepalanya.

🧕🏻🧕🏻🧕🏻

"Loh, Bunda sama Ayah mau kemana?" tanya Keano. Ia baru saja keluar dari kamar.

Step Mom [END] Where stories live. Discover now