8. Ngidam

8.5K 567 2
                                    

Clara menatap lantai dan suaminya bergantian. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan, namun terasa berat untuk sekedar mengeluarkan suara.

"Kamu kenapa?" tanya Rafa. Sedari tadi ia perhatikan istrinya seperti orang gelisah.

"Eh, eum aku gapapa Mas" ujar Clara. Ia mengelus lengannya.

"Kenapa, hm? Ngomong aja"

"A-aku, aku ngidam Mas" lirih Clara. Rafa langsung menegakkan tubuhnya. Clara takut, takut merepotkan Rafa.

"Ngidam? Kamu ngidam apa? Seblak? Bakso? Mangga muda?" tanya Rafa beruntun. Wajahnya terlihat sangat bahagia. 17 tahun yang lalu, ia menuruti Sinta yang sedang ngidam. Dan sekarang, ia merasakan itu lagi. Tapi dengan Clara.

"Enggak Mas"

"Terus, mau apa?"

"A-aku mau martabak" ujar Clara. Ia menundukkan kepalanya.

"Martabak aja?"

"Emm, gimana ya ngomongnya. Aku mau martabak, tapi rasa sirsak." ujar Clara. Rafa melebarkan matanya.

"Sirsak? Emang ada rasa itu?" tanyanya.

Clara menggeleng. "Aku nggak tau, Mas. Tapi aku pengen makan martabak rasa sirsak."

Rafa memijat pangkal hidungnya. Ngidamnya Clara lebih sulit daripada ngidamnya Sinta dulu. Astaghfirullah, kok jadi ngebandingin gini.

"Ya udah, aku cari. Tapi kalo nggak ada, yang rasa coklat aja ya?" Clara mengangguk. Rafa menaiki tangga guna bertanya kepada anak-anaknya.

Tok tok tok

"Ra, Ken?" panggil Rafa. Pintu terbuka, menampilkan Keano dengan kaos hitamnya.

"Kenapa, Yah?"

"Ayah masuk boleh?" Keano mengangguk. Ia memberi celah supaya Rafa bisa masuk ke dalam kamar.

"Ehh ada Pak Rafa, kenapa Pak?" tanya Kiara. Dirinya sedang ngemil keripik kentang sambil tengkurep.

"Bunda ngidam" ujar Rafa. Sontak, Keano dan Kiara melebarkan matanya.

"Ngidam? Terus Ayah kenapa kesini? Bunda ngidam mau liat muka Ara? Atau mau liat muka Abang?" tanyanya. Kan aneh aja gitu, bukannya keluar rumah malah nemuin anak-anaknya.

Rafa menghela nafasnya. "Bunda ngidam martabak"

"Ya dibeliin dong Yah, apa Ara aja yang beliin?"

Rafa menggeleng. "Bunda ngidam martabak, tapi rasa sirsak."

Kiara dan Keano saling bertatapan, kemudian tertawa terbahak-bahak.

"BWAHAHAHA! RASA SIRSAK? HAHAHA, KOCAK!" tawa Kiara menggelegar di dalam kamar. Ia sampai mengusap matanya yang berair.

"Ayah kesini mau minta solusi sama kalian" ujar Rafa datar. Keano dan Kiara langsung menghentikan tawanya.

"Solusi? Solusi supaya ngidam Bunda diubah?" tawa Kiara dan Keano kembali terdengar.

"Ekhem!"

"Solusi apa Yah?" tanya Keano.

"Kan martabak rasa sirsak nggak ada, nah gimana caranya supaya ada" ujar Rafa. Kiara memegang dagunya, seperti orang berfikir.

"Beli aja" ujar Keano. Kiara menggeplak kepala Abangnya.

"Yaiyalah Samsudin dibeli, tapi beli dimana martabak rasa sirsak?" geram Kiara.

"Makanya dengerin dulu Maemunah! Ayah nanti beli buah sirsak, terus bawa ke tukang martabaknya. Nanti itu buah sirsak ditaruh di atas martabak, gitu!" jelas Keano. Rafa mengangguk dan berjalan keluar kamar.

"Sama-sama!"

🧕🏻🧕🏻🧕🏻

Rafa duduk di kursi dekat meja kasir. Dirinya berada di tukang martabak sekarang. Jangan tanyakan bagaimana bisa ia memesan martabak sirsak.

(Berhubung lagi semangat ngetik, aku jelasin deh)

Setelah memutari 5 supermarket, akhirnya Rafa berhasil mendapatkan buah sirsak. Rafa langsung menuju tempat martabak langganannya. Sesampainya di kedai martabak, Rafa menjelaskan maksud dan tujuannya. Awalnya, ntu tukang nolak, takut rasanya aneh katanya. Tapi dengan kekuatan bujuk dan rayuan Rafa, akhirnya tukang martabak atau yang biasa Rafa sebut "Pak Kumis" menyetujui.

"Mas Rafa, ini martabaknya sudah siap" ujar Pak Kumis memberikan sekantong plastik berisi martabak sirsak.

Rafa berdiri, ia mengeluarkan uang berwarna biru sebanyak dua lembar. "Ini Pak, saya langsung kasih ke Bapak aja. Makasih ya Pak" ujarnya lalu meninggalkan kedai martabak tersebut.

Rafa segera bergegas menuju rumah, takut ngidam Clara berubah lagi. Menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, Rafa sampai di kediamannya. Ia membuka pintu, tak lupa dengan plastik martabak di tangan kirinya.

"Assalamualaikum, Cla!" salam Rafa. Dirinya menuju meja makan, mengambil piring, lalu memindahkan beberapa potong martabak ke piring itu.

Rafa berjalan menuju ruang keluarga. Matanya menangkap Clara, Kiara dan Keano yang sedang asik menonton TV.

"Ini martabaknya" ujar Rafa sembari menaruh piring di atas meja.

"Wah, Alhamdulillah. Makasih, Mas" ujar Clara girang.

"Sama-sama"

Kiara dan Keano meneguk salivanya kasar. Apa coba rasanya martabak rasa sirsak? Sementara Rafa menatap was-was ke arah wajah Clara.

Baru satu gigitan, Clara menaruh kembali martabaknya. Ia menatap Rafa dengan tatapan tak enak.

"Mas, kok rasanya aneh ya?" ujar Clara. Kiara dan Keano menahan tawanya melihat wajah sang Ayah.

Rafa meringis. "Yaa, aku nggak tau Cla. Belum pernah makan martabak rasa sirsak. Kalo kamu nggak suka, gapapa nggak usah dilanjutin. Biar anak-anak aja yang ngabisin"

Anak-anak yang dimaksud Rafa langsung melebarkan matanya. Rafa tersenyum jahil, sukurin kena karma!

"Aduuh, perut Ara sakit banget ini. Ara ke kamar mandi dulu" ujarnya berlari menaiki tangga. Bahkan Kiara sempat tersandung anak tangga.

Rafa menatap Keano dengan alis terangkat satu. "Ken?"

"Waduh Yah, Keano ada tugas. Besok dikumpulin, Keano duluan ya" ujarnya. Ia juga berlari menaiki tangga. Tapi sebelumnya ia berujar;

"Semangat Ayah, rasanya enak kok. Kayak makan nasi goreng pake strawberry"

Kini tinggal Clara dan Rafa. Clara menatap suaminya dengan tatapan yang.. ah kalian pasti paham.

"Iya, nanti aku habisin" ujar Rafa pasrah. Clara tersenyum dan berjalan menuju kamar, meninggalkan Rafa dengan wajah pias.

🧕🏻🧕🏻🧕🏻

Step Mom [END] Where stories live. Discover now