22'Empty

280 61 16
                                    

"Halo?"

Orang tersebut tidak menjawab.

"Halo? Maaf, siapa ini?"

"Ah, ya halo. Apa anda yang bernama Allen Ma?" Orang tersebut bertanya dengan sedikit panik.

Allen menelan ludahnya kasar.

Mengapa orang ini terdengar sangat panik? "Y-ya ini aku sendiri"

"Terjadi kecelakaan beruntun di lalu lintas di ibukota dan melibat beberapa korban jiwa"

Buket bunga dan beberapa pakaian yang semula ia genggam itu jatuh seketika dan berceceran di lantai kamarnya.

"A-apa i-itu b-benar?"

"Ya itu benar, salah satu korban nya adalah perempuan yang kami duga adalah ibu anda. Dan, nomor terakhir yang di hubungi adalah anda, maka dari itu kita menelfon anda""

"A-apa, ibuku selamat?" Tanya Allen memastikan.

Orang itu menghela nafasnya perlahan dari seberang sana. "Mohon maaf.... Ibu anda tidak tertolong"

"Tidak, itu tidak mungkin. Ini tidak mungkin!" Sergah Allen tanpa sadar setetes demi tetes air mata keluar dari kedua netra miliknya.

"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kehilangan anda, upacara kremasi akan dilakukan sebentar lagi agar para keluarga tidak mengalami kesedihan yang terlalu larut."

Allen semakin terisak dan menjatuhkan ponsel miliknya.

Perlahan ia menyandarkan punggungnya ke dinding terdekat dengan semakin terisak.

Sesak, rasanya sesak sekali mendapat kabar seperti ini.

Ia baru saja kehilangan ibunya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki hingga sekarang.


-🥀-

Allen melesat dengan kecepatan tinggi, air matanya masih belum mengering sejak tadi. Sebagian perasaan masih carut-marut. Dari kejauhan ia bisa merasakan bahwa Serim sedang mengejarnya.

Ia semakin mempercepat lajunya menuju tempat upacara kremasi untuk melihat tubuh ibunya sebelum di lenyapkan.

Rasanya ingin sekali Allen mengulang hari-hari yang sudah terlewati bersama ibunya.

Mengulang semua kebersamaan mereka berdua yang selalu tertoreh dalam hatinya. Jika ia bisa mengulang waktu, Allen hanya ingin memeluk ibunya erat-erat meski hanya untuk terakhir kalinya.

Ia segera berlari normal ke kerumunan orang yang sudah berkumpul dalam berkabung.

Tak peduli, apa orang bilang terhadap penampilannya atau wujud Vampire nya saat ini.

Ia melihat sosok pucat terbaring di peti, air matanya kembali tumpah ruah saat ia mulai untuk menggenggam kedua tangan ibunya dalam pembaringan itu.

Allen semakin menggenggam sosok itu dengan sangat erat dan terisak lagi. "Terima kasih sudah menjadi ibu yang baik dan selalu menjagaku selama ini"

Ia mundur beberapa langkah saat kobaran api sudah menyelimuti peti tersebut dan kepulan asap sudah menyelimuti udara.

Allen kembali menangis namun kali ini tanpa suara.

A Flor de Flor🥀 {Sellen}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang