02

875 70 10
                                    

Park Jimin berjalan di trotoar sudah lebih dari tiga puluh menit, menyusuri kota sambil menenteng jaket kulit yang tidak dikenakannya.

Ada banyak hal yang mengusik pikirannya kali ini, salah satunya adalah bagaimana caranya dia menemukan Twilight. Bentuknya, rupanya ... Jimin bahkan tidak tahu sama sekali.

Bruk!

"Hei, kau baik - baik saja?" tanya Jimin pada seseorang yang dia tabrak. Bahkan Jimin yang sebelumnya ikut terjatuh ikut membantunya berdiri. "Tunggu, sepertinya aku pernah melihatmu ..."

Rumah sakit sudah dikepung oleh kelompok orang bersenjata, mereka berteriak memanggil nama Soobin sekalipun ruangannya masih jauh.

Beberapa orang bawaan Hoseok sudah tewas terbunuh hanya karena melarang mereka untuk masuk, Hoseok sendiri mungkin saja akan tertangkap sebentar lagi.

Soobin tentu saja sudah pergi mengikuti arahan Hoseok, tak peduli tangannya yang kaku dan dadanya yang sakit, dia tetap menyusuri koridor sambil tetap memperhatikan sekitar.

"Apa ayahku sudah datang?" tanya Soobin. Dia sesekali menoleh ke arah koridor yang gelap.

"Dia tidak bisa dihubungi. Tuan muda cepat pergi dari sini selagi bisa."

Soobin mengangguk, dia kantongi beberapa makanan yang sebelumnya disiapkan perawat.
"Bagaimana denganmu?"

"Saya akan berusaha, cepat pergi!" Hoseok mendorong Soobin sampai anak itu hampir terjatuh.

Merasa langkah kaki Soobin terhenti, Hoseok melirik Soobin dari balik dinding.
Dia berdecak, mendapati Soobin bukannya pergi justru malah duduk sambil memegangi dadanya sendiri.

"Ambil ini!" Hoseok melemparkan botol obat milik Soobin, berteriak menyuruh Soobin pergi sebelum puluhan langkah kaki menghampiri keduanya.
..

"Apa? Pergi kemana?" Soobin terdiam, memakan anggur yang dia kantongi sambil terus menoleh kanan dan kiri berkali - kali.

"Choi Soobin!"
Seseorang berteriak membuat Soobin kewalahan, sedangkan kaki dan tangannya yang kaku sulit dibawa bergerak.

"Lalu sampailah aku menabrakmu."
Jimin mengangguk - angguk, mendengarkan Soobin sambil memperhatikan anak itu makan. Dia bahkan menyelimuti tubuh Soobin dengan jaket kulit miliknya, tidak tega melihat Soobin hanya memakai piyama rumah sakit yang sangat tipis.

"Maaf mengatakan hal buruk padamu tadi, Nak," kata Jimin. Mengelus rambut Soobin penuh sayang sambil tersenyum.

Soobin mendongak, memperhatikan Jimin yang terlihat begitu sayang padanya.
"Makan saja yang tenang. Aku akan melindungimu."

Malam itu, kedai yang dipilih Jimin sangat ramai. Cukup mudah baginya untuk menyembunyikan Soobin diantara hiruk pikuk ruangan sempit ini, sekalipun mungkin Soobin orang kaya, tapi Jimin senang kalau remaja itu makan banyak tak pandang harga maupun rasa.

"Ah iya, dimana ayahmu?" tanya Jimin menghancurkan lamunannya sendiri.

"Bekerja."

"Dia tidak menjagamu?"

"Tidak. Dia menitipkanku pada asisten pribadinya, tapi dia sudah mengundurkan diri. Jadi tadi dia menyuruh temannya untuk menjagaku, tapi temannya itu tertangkap. Dia menyuruhku lari," jelas Soobin mengulang apa yang dia ceritakan tadi. Sendok yang sedang dipegangnya meliuk - liuk menyertainya bicara.

"Kalau boleh tau, sebenernya kau ini sakit apa?"

Sambil mengunyah, Soobin menetapkan atensinya pada Jimin. "Aku lupa namanya," jeda, "intinya otot dan dinding jantungku menebal secara abnormal."

New Mommy For My Son || YoonminWhere stories live. Discover now