Just...

508 72 23
                                    

3 tahun berlalu, kini persahabatan mereka berjalan hampir tahun ke-4. Tidak ada yang tidak menyenangkan dari keduanya.

Meskipun lebih sering menghabiskan waktu mengobrol via chatting, tapi mereka terlihat harmonis sebagai sepasang sahabat. Istilahnya seperti sahabat sejati.

Guyonan, tawa, sedih dan bahagia selalu mereka rasakan bersama. Kisah asmara mereka satu sama lain semasa sekolah pun tak luput dari agenda mengobrol harian. Ya, senikmat itu mereka berbagi.

Namun, lain di mulut lain pula di hati. Bukankah manusia tidak ada yang tahu bagaimana orang lain berpikir tentang kita?

Jika bukan mereka yang memiliki kemampuan khusus seperti yang ada di acara televisi tentu saja.

Yoongi dan Jimin, persahabatan mereka itu bisa dibilang sebuah hal yang unik.

Mereka saling melindungi, berbagi kisah, menghibur, dan bahkan diam-diam saling memberi perhatian kecil satu sama lain.

Yoongi tidak pernah menampik jika Jimin adalah sumber moodbooster dan sumber kurva senyumnya.

Ketika ia bersedih setelah mengakhiri hubungan dengan kekasihnya dulu, Jiminlah orang pertama yang mengiburnya. Jimin juga yang memberi serentet nasihat dan saran untuknya.

Dan Jimin juga tak mengelak, jika Yoongi baginya adalah seseorang yang selalu membuatnya merasa nyaman. Nyaman hampir dalam segala hal. Bahkan ia tak segan-segan mengadu tentang bagaimana harinya berlalu.

Sekali lagi, senikmat itu berbagi di antara mereka.

"Kau tahu Jim, baru tadi pagi moodku hilang karena tak bisa melampiaskan amarahku kepada Holly. Tapi siang ini moodku kembali dengan begitu cepat."

"Oh ya? Memangnya apa yang Holly lakukan?"

"Dia mencuri sebelah kaos kakiku. Aku terlambat lima menit ke kantor karena harus mencari sepasang kaos kaki baru di dalam tas laundry yang belum aku buka."

"Lalu, apa yang membuat mood seorang Min Yoongi kembali begitu cepat di siang hari yang terik ini?"

"Kau, Park Jimin."

Seuntai kata membuat mereka berdua terpaku dalam tatap.

"Aku?"

"Ya, kau."

"Memangnya aku berbuat apa? Sepertinya aku bukan seperti Hoseok-hyung yang memiliki happy virus. Aku bahkan hanya memandangmu sejak kau mengajakku mengobrol." Ungkap Jimin.

Yoongi terkekeh, ia sangat kagum pada Jimin. Meskipun usianya sudah terbilang matang, tapi otaknya masih polos.

"Siapa yang tadi pagi ditanyai tentang anak ayam kebingungan? Dan berakhir aku yang harus menyadarkanmu Park?"

Mata Jimin membulat alami, salah satu hal yang diam-diam Yoongi sukai.

"Eh? Tunggu! Kau ini bagaimana? Wajar saja aku bingung. Aku ini manusia, bukan anak ayam." Ucap Jimin tak terima.

Yoongi tertawa lepas. Sekali lagi.

Teringat tadi pagi ketika salah satu saudara Jimin; Jisung yang memanggilnya 'Hyung anak ayam' membuat Jimin kebingungan. Yoongi sebenarnya di awal pun gagal paham, namun melihat kode Jisung ia akhirnya mengerti.

Ketika wajah bingung menggemaskan Jimin menatapnya dengan tatapan polos, hal itulah yang membuatnya ingin tertawa gemas.

Suasana hatinya kembali dan ia dengan suksesnya tersenyum tanpa menjaga gengsi.

"Iya-iya terserah kau Jim."

"Hyung,"

"Hm?"

"Aku kira suasana hatimu buruk karena Nyonya Min memintamu untuk segera berkencan lagi."

YOONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang