Riset Cinta (3/2)

112 12 0
                                    

#novelette #romance

Dua bulan pasca kejadian di parkiran kampus sore itu. Juan dan Sovia benar-benar pulang bersama. Sovia yang menahan rasa malu, terpaksa harus menelan umpatan kasarnya akibat ulah iseng Juan. Dengan sengaja Juan menarik rem atau memutar gas secara mendadak, membuat Sovia reflek melingkarkan tanganya diperut laki-laki itu. Seakan semesta mendukung, teman sekontrakan Sovia malah pergi berkencan dan tidak pulang meskipun tahu bahwa Juan —tetangga kontrakanya— sedang bertamu.

Ruang tengah kontrakan Sovia menjadi saksi bisu kesepakatan yang sama-sama keduanya setujui. Perdebatan alot sempat terjadi, namun pada akhirnya mereka mencapai kata sepakat. Tertulislah beberapa poin didalam kontrak. Durasi kontrak selambat-lambatnya sampai tiga bulan atau setelah final exam. Bersedia tidur satu ranjang dan melakukan peran sebagai pasangan dengan sebenar-benarnya. Memasak, mengurus rumah, melayani pasangan, dan sebagainya, dilakukan dengan kesepakatan bersama. Wanita itu juga akan menjadi mentor belajar Juan sampai selesai final exam, dan memberi reward sesuai nominal yang telah disepakati. Juan sempat menawarkan diri untuk memberikan nafkah dengan alasan agar roleplay yang Juan mainkan terasa nyata. Akan tetapi ditolak oleh Sovia karena ia pikir Juan belum berpenghasilan.

Dan disinilah mereka akhirnya tinggal untuk sementara. Disebuah unit apartemen milik kakak lelaki Sovia, yaitu Sofian, tepat setelah Fian menikahkan adiknya itu dibawah tangan. Lokasinya dengan kampus memang tidak sedekat rumah kontrakan mereka terdahulu. Tapi demi menghindari gosib yang membuat telinga panas, serta demi keamanan rahasia mereka dari warga kampus, maka pindah adalah pilihan paling tepat.

Selama kurun waktu lebih dari dua bulan, Sovia dibuat takjub dengan kesungguhan Juan. Pria itu benar-benar memainkan peranya sebagai seorang suami. Sesekali Juan mengajak istrinya itu berkencan. Acap kali Sovia dibuat tersanjung namun juga bingung. Sering kali Juan melarangnya ini-itu. Contohnya seperti keluar kemanapun harus diantar olehnya, apalagi saat Sovia akan meeting dengan editornya yang adalah mantan crush-nya semasa SMA. Davin namanya, dan entah kenapa Juan nampak tidak menyukainya.

Seperti kejadian kemarin. Juan dibuat berang mendapati Sovia pulang larut diantar oleh Davin. Wanita itu pulang jam sembilan malam dan yang paling membuat Juan kesal adalah jaket pria yang dikenakan Sovia. Jelas itu milik Davin, mana mungkin milik supir ojol. Sovia sempat dibuat bingung karena Juan memarahinya dengan alasan yang menurut Sovia tidak benar. Mau menjelaskan tapi lelaki itu tidak memberinya kesempatan bicara.

Paginya Sovia hanya bisa menghela nafas mengingat kejadian semalam. Sambil menyiapkan sarapan, wanita itu menunggu suaminya keluar kamar. Tidak lama kemudian Juan keluar, menguap lebar dan menggaruk-garuk rambut acak-acakanya. Lelaki itu tampak kaget saat mendapati Sovia tengah menyiapkan dua porsi sarapan untuk mereka berdua. Dia hanya diam, membuang muka dengan wajah memerah.

"Kenapa diam? Ini sarapan kamu."

Dengan patuh Juan duduk dan mulai memakan sarapanya. Kecanggungan terjadi diantara keduanya. Semenjak pindah ke apartemen, keduanya tidak lagi menggunakan panggilan baku dan lebih memilih aku-kamu agar lebih santai.

"Maaf. Harusnya aku menurut saat kamu melarangku pergi ke kantor penerbit. Mengetik ulang naskahku tidak harus di kantor sebenarnya. Aku bisa beli notebook baru untuk menggantikan yang rusak."

Juan menatap Sovia, jadi heran. Memang benar jika sudah seharusnya Sovia yang meminta maaf padanya. Tapi bukankah kesalahan Juan jauh lebih besar. Benar bahwa status mereka secara agama adalah suami-istri, namun hanya sebatas kesepakatan, dan itu artinya Juan tidak seharusnya meminta haknya sebagai suami, apalagi dalam situasi tegang seperti semalam. Sungguh Juan malu sekaligus merasa bersalah.

The Tales Tell Story [Kumpulan Cerpen]Where stories live. Discover now