Twenty Seven

4.6K 636 69
                                    

B I G  N E W S

Sudah beberapa bulan sejak Bakugou dan [Name] resmi merayakan pernikahan mereka secara tertutup. Publik sempat heboh dan geger dengan munculnya kabar ini. Banyak komentar yang mengasihani [Name] karena terpaksa menikah dengan Bakugou—setelah pengumuman pertunangan yang tiba-tiba, sebagian besar yang lain memberi selamat di akun sosial media mereka.

Tentu saja sebagai teman mempelai pria, Kaminari dan Mina tidak melewatkan kesempatan untuk memamerkan foto mereka di pernikahan Bakugou yang berakhir dengan banjirnya kolom komentar mereka juga teriakan pedas dari sahabatnya. Merusak privasi kalau kata Bakugou. Walaupun begitu, tampaknya kedua mempelai tampak tak peduli dengan komentar tentang pernikahan mereka. Berkebalikan dengan dugaan publik, kelihatannya hubungan Bakugou dengan [Name] malah makin erat.

Namun, tampaknya opini publik mulai menggerogoti pro hero berambut pirang itu karena sikapnya beberapa hari belakangan sangatlah aneh. Gestur juga tatapannya lebih ... protektif pada istrinya.

Berawal dari Bakugou yang mulai datang terlambat—hanya lima menit sih, tapi dalam pandangan si perfeksionis, ia sudah terlambat, dengan alasan ia harus mengantar [Name] lebih dulu. Tidak ada yang curiga tentu saja mengingat Bakugou masih memendam trauma kehilangan [Name] saat penculikan. Tetapi, keterlambatan Bakugou berlanjut hingga akhirnya ia meminta pada agensi untuk mengubah seluruh jadwalnya. Hanya Kirishima dan Kaminari yang menyadari bahwa Bakugou sengaja menyamakan jadwalnya dengan rutinitas [Name].

Masih belum banyak yang menyadari keanehan ini, terlepas dari Kirishima dan Kaminari yang menaruh curiga. Mereka tidak lagi bisa menahan diri untuk bungkam saat Bakugou berulang kali mengecek ponselnya dan mendecak kesal mendapati tidak ada notifikasi masuk.

"Kau sedang menunggu pesan seseorang?" tanya Kirishima. Dahinya mengerut heran setelah Bakugou meraih ponselnya untuk yang kelima kali dalam lima belas menit terakhir. "Kalau kau memang ditunggu oleh seseorang, aku tidak keberatan mengakhiri rapatnya sampai ini, Bakugou."

Bakugou mendecih. "Jangan sok tahu, Rambut Aneh."

"Kalau kau merindukan [Name], kau hanya perlu menelponnya tahu," Kaminari tersenyum menggoda, berhasil menduga apa yang berada di pikiran Bakugou. "Aku yakin [Name] pasti senang mendengarnya."

Bakugou memberengut, dahinya mengernyit dan tatapannya menajam. Namun, setelah bertahun-tahun menerima amukan Bakugou, Kaminari sudah kebal dengan segala ancaman dan sikap kasar temannya. Ditambah lagi, dalam tatapan tajam Bakugou ada binar yang samar. Sirat kekhawatiran.

"Kalau kau tetap berisik, kusumpal mulutmu dengan granatku," ancam Bakugou. Tangannya bergerak tanpa sadar meraih ponselnya, menekan tombol power sejenak untuk melihat apakah ada pesan yang masuk.

Kekehan kecil juga senyum penuh arti tampak jelas di wajah Kirishima dan Kaminari kala memergoki garis wajah Bakugou sedikit melembut sembari memandangi foto lockscreennya. Foto candid [Name] yang memakai hoodie hitam kebesaran tengah bersandar di kusen jendela sambil tersenyum damai. Sinar matahari yang menerpa wajah [Name] memberikan efek menakjubkan pada rupa wanita itu.

Menyadari bahwa ia sedang menjadi fokus kedua teman idiotnya, rahang Bakugou mengeras. "Apa yang kalian lihat bodoh!?"

"Tidak ada," Kaminari mengangkat kedua tangannya defensif. "Hanya saja aku tidak tahu kalau kau adalah pria yang romantis sampai memasang foto [Name] di ponselmu."

Kepalan tangan Bakugou berasap dan mengeluarkan letupan kecil sementara wajahnya memanas malu. Ia hampir saja meledakkan Kaminari jika bukan karena Kirishima yang langsung berdiri di antara mereka, menengahi keduanya.

"Sudahlah kalian berdua," kata Kirishima menghadap Bakugou. "Kaminari hanya bercanda. Tidak ada salahnya memasang foto istrimu di ponsel," kemudian ia beralih memandang Kaminari dengan mata memicing. "Jangan kira aku tidak tahu kalau kau juga menggunakan foto Jirou sebagai wallpapermu Kaminari."

Perhatian Bakugou langsung teralihkan saat mendengar ponselnya berdering. Ia menyambar ponselnya lalu dengan cepat membaca isi pesan yang masuk. Tanpa mengindahkan adu argumen kedua temannya, ia mengambil jaket yang tersampir di kursi lalu keluar tanpa sepatah kata.

Kirishima dan Kaminari berpandangan bingung. Lalu keduanya memutuskan untuk mengikuti Bakugou. Menilai dari langkahnya yang terburu-buru, mungkin saja ada sesuatu yang darurat. Mereka bahkan memilih untuk turun dengan menggunakan tangga alih-alih dengan elevator. Namun, mereka tidak menyangka bahwa kedatangan [Name]-lah yang membuat Bakugou terburu-buru. Kirishima dan Kaminari tidak menduga inilah yang menyambut mereka setibanya di lobi.

Bakugou tengah membenahi syal [Name], memastikan bahwa mantel wanita itu melindunginya dari terpaan angin musim dingin. Pria temperamental itu mengoceh karena kecerobohan [Name] berpakaian tipis ditengah cuaca berangin, sementara [Name] menerima ocehan dan perlakuan Bakugou dengan senyum kecil.

"Sejak kapan Bakugou berubah seperti ini ya?" tanya Kaminari sambil mengatur napas yang terengah.

Kirishima tertawa kecil. "Sejak mereka berdua menjadi sepasang kekasih. Mereka sudah seperti ini sejak masih di Yuuei. Hanya saja saat itu mereka lebih tertutup, tidak seperti sekarang."

Pandangan keduanya masih tertuju pada pasangan suami istri di hadapan mereka. Kirishima menepuk bahu Kaminari, lalu mengisyaratkan agar mereka kembali ke kantor masing-masing saat [Name] mengalungkan kedua lengannya di leher Bakugou kemudian berjinjit untuk melayangkan ciuman kecil di pipi suaminya.

"Ayo kembali Kaminari."

"Melihat mereka bermesraan, aku jadi merindukan Jirou."

Meskipun tak terucap, keduanya menyadari. Benar-benar ada yang aneh pada Bakugou.

***

"Kau terlalu khawatir Katsuki. Aku baik-baik saja," gumam [Name] tertahan. Wajahnya terbenam di dada suaminya, membiarkan tubuhnya menghangat dalam pelukan Bakugou. "Tidak terjadi apapun pada kami."

Bakugou menghela napas pasrah. Ia melepaskan pelukannya setengah tidak rela, enggan membiarkan [Name] menjauh darinya. Namun, saat ini mereka tengah di hadapan publik. Walaupun telah meresmikan hubungan mereka, Bakugou masih tidak nyaman mempertontonkan sisi lembutnya kecuali pada [Name].

"Kurasa Kirishima dan Kaminari sudah mulai menyadarinya," Bakugou meraih pinggul [Name] mendekat, merasa nyaman saat sisi tubuh mereka bersentuhan ketika meninggalkan gedung.

"Itu karena kau terlalu berlebihan," sahut [Name] jengah. Ia sudah mulai mendengar berbagai macam komplen, baik dari pihak agensi saat Bakugou memaksa mereka mengubah jadwal, hingga teman-teman mereka ketika Bakugou menolak untuk diajak minum setelah selesai patroli. "Kalau kau bersikap seperti biasanya tidak akan ada yang curiga."

"Aku tidak bisa menahannya, idiot," Bakugou melirik [Name] kesal. "Kau masih saja keras kepala dengan kondisi tubuhmu yang sekarang. Dan jangan berani melawanku tentang hal ini, [Name]. Kau tahu persis bahwa aku benar."

[Name] menggerutu pelan, menyembunyikan wajahnya di bahu Bakugou sebagai usaha untuk menutupi kekalahannya. Namun, tanpa melihat pun [Name] tahu kalau Bakugou tengah menyunggingkan senyum penuh kemenangan.

Sebuah ide terlintas di benak [Name]. Ia menimbang apakah keputusannya nanti akan berimbas baik atau buruk. Setelah terdiam beberapa saat, [Name] mendongak. "Mau memberitahukan berita ini pada mereka?"

"Sebaiknya begitu," gumam Bakugou seraya mengeratkan pelukannya. Bibirnya tertarik membentuk seringai lebar. "Aku punya ide bagaimana kita harus mengumumkannya."

Seharusnya, [Name] ingat bahwa suaminya adalah sosok yang tidak suka basa-basi. Ditambah dengan temperamen juga kebiasaannya mengungkapkan perasaan dengan cara yang meledak-ledak, seharusnya [Name] sudah mengantisipasi 'ide' macam apa yang muncul di kepala Bakugou. Karena esok harinya, ponsel [Name] dipenuhi dengan ribuan notifikasi dari berbagai sosial medianya.

Muncul di berandanya, potret yang ia ambil beberapa waktu lalu dirinya yang berdiri di samping Bakugou di depan cermin. Wajah [Name] tidak begitu terlihat karena terhalang ponsel, begitu juga dengan wajah Bakugou karena pria itu tengah mencium pelipisnya. Kedua tangan mereka saling menggenggam tepat di perut [Name] yang tertutupi jubah tipis cenderung transparan, membiarkan siapapun bisa melihat bahwa perutnya membesar. Seolah isi foto itu belum menjelaskan segalanya, Bakugou menulis sebuah kalimat di bawah foto mereka.

Gadisku dan kembang api kecil kami. Mereka berdua adalah milikku. Ingat itu, pemeran tambahan.

Ground Zero's PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang