M E M O R I E S
[Name] terkekeh pelan. Saat ini, ia sedang menonton siaran yang memutar kejadian tadi siang. Bakugou dan Kirishima berhasil menghentikan villain nekat yang berusaha merampok bank. Namun, yang membuat [Name] geli adalah interaksi kedua pro-hero yang tidak pernah berubah bahkan sejak mereka masih berada di Yuuei.
Kalau dipikir-pikir, Bakugou memang tidak pernah berubah. Selain dirinya yang lebih dewasa dan kini mampu mengontrol emosinya dengan lebih baik, kebiasaan maupun sifatnya masih sama seperti dulu. Pria itu masih sulit mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Harga dirinya yang melarangnya untuk berkata romantis dan baik.
Menyaksikan bagaimana interaksi Bakugou dan Kirishima membawa [Name] kembali pada memorinya beberapa tahun lalu. Saat kelas mereka memutuskan untuk menghabiskan satu minggu libur dengan pergi ke pemandian air panas.
[Name] menggerutu pelan. Bukannya ia tidak senang menghabiskan waktu dengan teman-temannya, terlebih lagi mereka diperbolehkan pergi ke pemandian air panas oleh Aizawa-sensei. Hanya saja pada sebagian besar waktu, teman-temannya tidak tahu kapan untuk diam sementara ia butuh ketenangan.
Sosok disampingnya, Bakugou tidak terlihat terganggu sama sekali. Kekasihnya menyumpal telinga dengan earphone, salah satu penyesalannya karena tidak membawa benda penting itu untuk memblokir suara-suara yang tidak perlu.
“Kenapa memberengut begitu, hah?” suara Bakugou membuat [Name] melirik ke arahnya.
“Aku mengantuk, tapi mereka berisik sekali,” gerutu [Name]. Ia membuang pandangannya keluar jendela.
Baginya saat ini, pemandangan di luar sana jauh lebih menarik daripada pembicaraan Kaminari dan Mina yang merencanakan serangkaian kegiatan yang akan mereka lakukan saat sampai nanti.
Tiba-tiba sesuatu menyentuh telinganya dan hal yang [Name] sadari ada lagu familiar yang menggema di indra pendengarannya. Tidak seperti kelihatannya, playlist lagu Bakugou tidak hanya berisi lagu dengan genre rock saja, tapi juga lagu bergenre pop dengan alunan yang menenangkan. [Name] menoleh ke arah Bakugou dengan pandangan bertanya setelah mendapati sebelah earphone pria itu menyumbat telinganya
Seolah mengerti pertanyaan [Name], Bakugou memalingkan wajah. “Kaubilang mereka berisik, jadi kupinjamkan earphoneku.”
[Name] terkekeh pelan. “Terima kasih Katsuki. Kau baik sekali.”
Bakugou mendecih kecil. Ia tidak memberikan perlawanan saat [Name] menyandarkan kepala di bahunya. [Name] menyembunyikan senyumnya ketika Bakugou melingkarkan lengannya di bahu [Name].
“Tidur, idiot,” suruh Bakugou. “Kau akan cepat marah kalau waktu tidurmu terganggu.”
“Tapi kau selalu cepat marah walaupun tidur jam sembilan setiap malam, Katsuki,” balas [Name] jahil.
Bakugou melempar tatapan jengkel. “Apa kaubilang, shitty girl!?”
“Aku hanya bercanda, Katsuki.” [Name] mencium pipi Bakugou cepat sambil menahan tawa kecil. “Hanya bercanda.”
Bakugou tidak membalas. Ia mendengus pelan lalu menutup mata [Name] dengan sebelah tangannya, mengisyaratkan agar gadis itu lekas tidur. Tidak butuh waktu lama bagi [Name] untuk masuk ke alam bawah sadarnya. Alunan musik yang pelan, juga aroma tubuh dan rasa hangat yang diberikan Bakugou memberi kenyamanan yang luar biasa baginya.
“Membiarkan kekasihmu tidur di bahu itu adalah tindakan yang jantan!”
“Berisik Rambut Aneh.”
“Eh ... tidak ada salahnya bersikap romantis, Bakugou-chan.”
“Tutup mulutmu!”
[Name] melewatkan peristiwa saat Bakugou melempar tatapan sadis ketika setengah dari kelas mereka menyorakinya sebagai kekasih yang romantis. Bakugou mengancam Kaminari dan Sero akan menghancurkan ponsel mereka ketika keduanya berulang kali mengambil gambar Bakugou dan [Name].
Dan yang pasti, [Name] melewatkan momen bagaimana Bakugou memeluknya protektif dengan sebelah tangan ketika ikut tertidur. Beruntung, Kirishima berhasil mengabadikan momen itu dan [Name] menggunakan foto mereka berdua yang tengah tertidur saling bersandar menjadi wallpapernya selama beberapa minggu.
[Name] menahan kekehannya. Ia teringat dengan reaksi Bakugou yang ‘meledak’ setelah tahu wallpapernya. Mau bagaimana lagi, [Name] memang suka menjahili kekasihnya. Itu, dan ia senang melihat betapa protektifnya Bakugou terhadap dirinya, bahkan saat tidur sekalipun.
Mengingat sikap protektif tunangannya membawa [Name] pada memorinya lagi. Saat itu, Bakugou benar-benar memastikan tidak ada lagi yang berani mengganggu [Name]. Berani mengganggunya sama dengan berhadapan dengan amarah Bakugou Katsuki.
[Name] merasa harinya tidak bisa lebih sial lagi. Tepat di hari pertamanya, ia harus berhadapan dengan Iida saat latihan bertarung, yang berakhir dengan penuh memar karena tidak sempat menangkis reciproburst-nya. Tidak sampai situ, teman-temannya terlalu gencar bertanya apakah ia baik-baik saja atau apakah ia butuh ditemani ke recovery girl saat yang ia ingin hanyalah bersama dengan Bakugou dan berbaring di tempat tidurnya.
Iya, ini hari pertamanya datang bulan. Hari dimana semua gadis di muka bumi akan lebih ganas dan moody daripada biasanya.
Sayangnya, Bakugou tidak bisa bersamanya karena ia ada urusan dengan Kirishima. Urusan para pria kalau kata teman rambut merahnya. Karena itu, [Name] memutuskan untuk kembali ke kelas dengan harapan akan segera bertemu dengan kekasihnya.
Namun lagi-lagi, dewi fortuna tidak berpihak padanya. Tepat saat ia membuka pintu kelas, air menghujani kepalanya. [Name] hanya bisa ternganga mendapati seragamnya kini basah, baik kemeja atau roknya. Ia menoleh pada pelaku yang memegang ember besi.
Kaminari dan Mineta.
[Name] tahu seharusnya ia bereaksi dengan tenang. Ia bisa meminta tolong pada Todoroki atau Yaoyorozu untuk membantu mengeringkan pakaiannya, atau ia bisa mengganti seragamnya dengan baju olahraga. Tapi dengan apa yang sudah ia alami seharian ini ditambah dengan temperamennya yang tidak baik, [Name] tidak bisa bersabar lagi.
“N-[Name], maafkan kami,” suara Kaminari-lah yang pertama kali terdengar. “Aku tidak bermaksud menyirammu. Kejutan ini tadinya untuk Sero.”
[Name] tetap menunduk. Bahkan saat Yaoyorozu dan Uraraka mendekatinya, ia tidak mengangkat kepalanya.
“[Name]-san, apa kau baik-baik saja?” tanya Yaoyorozu. “Biar kubantu mengeringkan pakaianmu.”
“[Name]-chan, ayo ganti baju. Kalau tetap begini kau bisa demam,” kata Uraraka.
Isakan. Isakan kecil melesak dari bibir [Name]. Ia menggigit bibir dan mengusap matanya, berusaha menahan tangis agar tidak membuat teman-teman sekelasnya panik. Ia kesal dengan hari ini, ia marah karena tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Ia tidak suka memperlihatkan kelemahan di hadapan teman-temannya seperti ini.
“[Name] maafkan aku. Aku benar-benar tidak bermaksud,” ucap Kaminari sekali lagi. Kali ini ia berjalan mendekat ke arah [Name], namun langkahnya terhenti karena kedatangan seseorang.
“Oi, apa yang kalian lakukan di depan pintu?” suara Bakugou membuat [Name] menoleh.
Bakugou tertegun saat mengamati keadaan [Name], terutama matanya yang memerah sambil mengigit bibir dan tubuhnya basah kuyup. Bakugou langsung melepas kemeja dan menyampirkannya di bahu [Name], meninggalkan tubuhnya hanya terbalut kaus hitam tanpa lengan. Sebelah lengannya membawa [Name] lebih dekat, tidak membiarkan gadis itu berdiri gemetaran. Iris merahnya menyorong nyalang ketika mendengar kekecewaan Mineta.
“Siapa di antara kalian yang melakukan ini, hah!? Dasar ekstra brengsek.”
Kepalan tangan Bakugou sudah berasap dan mengeluarkan letupan kecil. Semua yang berada di dalam kelas langsung mundur selangkah. Namun menilai keadaan sekitar, tidak butuh waktu lama bagi Bakugou untuk mengetahui siapa pelakunya.
“Kau lagi Muka Bodoh! Kau belum puas kalau tidak kubunuh, ya?” seru Bakugou. Ia berjalan mendekat, berniat untuk menghabisi Kaminari dan Mineta kali ini.
Namun tidak sampai dua langkah, tangan kecil menarik kausnya. “Hentikan, Katsuki.”
Untuk sesaat [Name] dan Bakugou beradu tatap. Bakugou memandang [Name] penuh tanya yang dibalas dengan sirat frustasi yang berkaca-kaca. Selama itu juga yang menyaksikan mereka menahan napas, mengantisipasi apa yang akan dilakukan oleh siswa paling brutal yang pernah mereka kenal.
“Aku hanya ingin kembali ke asrama, Katsuki,” pinta [Name]. “Kumohon.”
Bakugou menghela napas panjang. Ia menuntun gadisnya keluar kelas berbarengan dengan helaan napas lega terdengar dari Kaminari dan Mineta.
“Jangan senang dulu, brengsek,” geram Bakugou seraya menatap keduanya bengis. “Aku akan segera kembali untuk menghabisi kalian berdua.”
Tentu saja Bakugou menepati janjinya. Keesokan harinya, Kaminari dan Mineta yang dikawal oleh teman-teman sekelas mereka sekali lagi meminta maaf pada [Name] yang didampingi oleh Bakugou. Permintaan maaf Kaminari diiringi dengan kesediaannya untuk membayar kesalahannya juga protes dari Mineta.
“Aku juga minta maaf karena bereaksi berlebihan kemarin, Kaminari,” balas [Name] sambil tersenyum. “Apa kau benar-benar ingin menebus kesalahanmu?”
Kaminari mengangguk kecil masih sambil tertunduk.
[Name] tersenyum kecil. “Kalau begitu, kau juga harus tahu rasanya tiba-tiba basah kuyup. Aku ingin kau dan Mineta mengalami sendiri betapa tidak menyenangkannya pengalaman itu.”
Sementara Kaminari pasrah menerima takdirnya, Mineta menolak mentah-mentah dan protes bahwa apa yang ia lakukan kemarin bukanlah hal yang disengaja. Namun [Name] tidak mengindahkan Mineta. Ia melirik Bakugou yang juga melihat ke arahnya.
“Nah, Katsuki. Maukah kau membantuku melempar mereka ke kolam renang?”
Bakugou menyeringai sadis. Ia menangkap kaki Mineta yang siap melarikan diri dan menyeretnya ke arah kolam renang sementara Kaminari memilih untuk berjalan sendiri. [Name]—dan beberapa teman mereka yang menyaksikan peristiwa ini, tertawa lepas saat Bakugou melempar Mineta tanpa ampun, kemudian mendorong Kaminari dengan ledakannya.
Sejak saat itu, rumor bahwa Bakugou menghabisi kedua temannya karena mengganggu [Name] tersebar di Yuuei hingga tidak ada seorang pun yang berani macam-macam dengan [Name].
Tidak hanya untuk para siswa Yuuei, bahkan ketika mereka sudah menjadi pro hero dan memasuki agensi yang berbeda, Bakugou tetap tidak membiarkan siapapun main-main dengan [Name]. Tunangannya langsung memperingati setiap rekan kerjanya untuk tidak mengganggu [Name] atau mereka akan menghadap Bakugou. Sampai hari ini [Name] masih tidak bisa menentukan apakah tindakan itu berdasarkan perasaan protektif atau cemburu.
Ya, walaupun memang jarang terlihat, Bakugou Katsuki adalah pria paling pencemburu yang [Name] pernah kenal. Ia tidak akan segan mempertontonkan afeksinya pada [Name] jika dirasa perlu untuk menghalau ekstra yang berani menatapnya dengan penuh nafsu.
[Name] berjalan dengan gaun hitam dengan rok A-line. Yaoyorozu dan yang lainnya bersikeras untuk menata rambut dan merias wajahnya. Diantara semua siswi di kelas mereka, hanya ia dan Jirou yang tidak antusias dengan pesta dadakan dalam rangka merayakan selesainya ujian yang diadakan di lantai satu asrama mereka. Semua ini adalah ide konyol Mina yang akhirnya disetujui oleh berbagai pihak terutama Midnight-sensei, sementara Aizawa-sensei hanya menghela napas lalu berkata ‘terserah kalian.’
Tentu saja orang yang pertama kali menentang adalah Bakugou, tapi karena kalah suara, mau tidak mau kekasihnya harus mengalah dengan syarat ia hanya akan datang kalau [Name] hadir. Akibat pernyataan itu diiringi dengan senyum jahil Bakugou, [Name] harus menjalani siksaan selama empat jam di kamar Yaoyorozu.
[Name] tidak menyangka bahwa Yaoyorozu menyimpan banyak gaun malam dalam lemarinya. Ketika gadis itu memintanya untuk memilih gaun, [Name] harus berdebat dengan Jirou sebelum akhirnya mendapatkan gaun hitam polos dengan aksen ikat pinggang berwarna silver.
Empat jam hari itu adalah empat jam terlama dalam hidupnya. Mereka memaksanya untuk duduk di depan cermin lalu mencatok rambutnya, merias wajahnya dengan nama yang [Name] tidak ketahui, bahkan Tsuyu sempat menegurnya karena tidak bisa diam selagi bulu matanya diberi maskara. Namun melihat hasil akhirnya, [Name] tidak bisa komplen.
Berdiri di depan cermin, [Name] tidak percaya bahwa gadis dihadapannya saat ini adalah dirinya. Rambutnya sedikit bergelombang yang tiap sisinya diberi jepitan, matanya terlihat lebih lebar berkat eyeshadow cokelat, bibirnya saat ini berwarna merah muda. Singkat kata, gadis dalam cermin itu sangatlah cantik.
“Bakugou-chan pasti akan terpesona melihatmu [Name]-chan,” puji Tsuyu.
“Aku tidak percaya ini,” seru Uraraka. “Tapi kau benar-benar cantik.”
“Benarkah?” [Name] memainkan gaunnya tidak nyaman. “Aku tidak terbiasa memakai gaun seperti ini.”
“Tenang saja, [Name]-san,” Yaoyorozu menepuk bahu [Name] pelan. “Kau sangat menakjubkan.”
[Name] melihat ke arah Jirou dan Mina yang mengacungkan ibu jari lalu menarik napas panjang. Dalam hati ia meyakinkan diri bahwa penampilannya saat ini sudah cukup pantas untuk bersanding dengan kekasihnya. [Name] mungkin tidak pernah melihat Bakugou mengenakan setelah formal, tapi ia yakin kekasihnya akan tampak tampan.
Ia menarik napas panjang, menenangkan diri ketika Hagakure memandu mereka ke lantai satu asrama.
Seruan kagum, pekikan penuh semangat dan mata terbelalak yang menyambut mereka pertama kali. Kaminari, Kirishima dan Mineta yang memekik penuh semangat. Gumaman penuh kagum datang dari Midoriya, Sato dan beberapa teman yang lainnya. Sedangkan sosok yang memandangnya dengan terbelalak adalah Todoroki, Shoji dan ... Bakugou.
[Name] menghampiri Bakugou gugup. “ .... Hai Katsuki.”
Bakugou tidak berkata apapun. Matanya memperhatikan [Name] dari atas hingga ujung kaki dengan seksama. [Name] bergerak tidak nyaman dibawah tatapan Bakugou. Ketika iris merahnya berhenti pada wajah [Name], seringai tipis terukir di bibirnya. Tidak tahan dengan tatapan kekasihnya, [Name] berbalik.
“Aku akan ikut dengan yang la-”
Bakugou menggenggam bahu [Name], menahan gadis itu untuk melangkah lebih jauh. “Tunggu dulu. Aku belum selesai melihatmu dengan gaun seperti ini.”
[Name] tertarik ke arah Bakugou saat pria itu menyentak pergelangan tangannya. “Astaga Katsuki, pelan-pelan. Aku tidak terbiasa dengan se-”
“Kau tampak cantik.”
[Name] berhenti bicara. Pipinya terasa hangat. Bakugou memujinya dengan ekspresi datar, masih dengan menggenggam pergelangan tangannya seolah ia menyatakan sebuah fakta. Namun beberapa detik kemudian, seakan kata-kata baru berhasil dicerna oleh otaknya, Bakugou memalingkan wajah.
“Jangan berada jauh dariku, mengerti?” kali ini Bakugou menariknya pelan hingga hampir tidak ada jarak diantara tubuh mereka.
[Name] menggangguk kecil.
Seperti pujian Bakugou masih belum mengejutkannya, pria itu melakukan sesuatu. Bakugou dengan gamblang mencium dahinya lamat-lamat lalu mengusak rambutnya lembut seolah hal itu adalah hal yang biasa ia lakukan.
“Oi, brengsek,” geram Bakugou. “Akan kubakar mata kalian kalau masih melihat ke arah [Name].”
Terdengar suara kekecewaan dari beberapa arah, namun [Name] tidak peduli. Fokusnya tertuju pada Bakugou yang kini menuntunnya untuk ke bagian tengah lantai satu. Ketika alunan musik mengalun lembut, barulah [Name] menyadari bahwa Bakugou mengajaknya berdansa.
“Aku tidak akan membiarkanmu pergi jauh dariku setelah ini, [Name].”
Lamunan [Name] buyar saat seseorang menutup pintu apartemennya keras. Senyuman kecil terulas di bibir [Name] ketika tunangannya masuk dengan kaki menghentak sembari menggerutu.
“Selamat datang, Katsuki.”
Bakugou tidak menyahut. Pria itu menaruh tas berisi kostumnya di kaki sofa lalu mencium pipi [Name] cepat dan melangkahkan kakinya ke dapur masih seraya menggerutu tentang betapa menjengkelkannya seorang wanita jika bersangkutan dengan belanjaan.
“Kenapa kau senyum-senyum begitu idiot?”
“Ah, tidak,” [Name] menggeleng. “Aku hanya bersyukur kau tidak pernah berubah sejak dulu Katsuki.”
Bakugou mendengus kecil. “Tentu saja aku tidak berubah. Apa kepalamu terbentur hah? Kau mengatakan hal bodoh lagi.”
[Name] tertawa kecil. “Aku mencintaimu Katsuki.”
“Aku tahu, shitty girl,” sahut Bakugou. “Sekarang matikan televisinya dan bantu aku, dasar pemalas.”I'm so so sorryy... maaf banget baru bisa update setelah ngegantungin kalian lebih dari dua bulan.
Seneng rasanya bacain komen kalian yang enjoy banget sama cerita ini. Aku gak nyangka kalau cerita yang ditulis untuk memuaskan kehaluanku dengan manusia yang lebih mirip bom nuklir ini bakal disuka sama kalian.
Terima kasih banyak buat kalian yang masih bertahan baca cerita ini, bahkan sampe rela nunggu dan baca storynya pake dua akun wkwkwkwk. Kalian the best lah pokoknya.
Happy reading guys! Gimana menurut kalian cerita perdanaku setelah dua bulan menghilang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ground Zero's Partner
FanfictionBagaimana jika kau adalah salah satu dari sedikit orang yang melihat sisi lain dari Bakugou Katsuki? Sisi lembut yang sangat jarang ia perlihatkan pada orang lain? Apakah kau sanggup bertahan dengan umpatan dan sikap kasarnya? Kalau iya, Bagaimana c...