Three

11K 1.2K 32
                                    

G E N T L E

Tidak ada seorangpun yang akan melabeli Bakugou Katsuki dengan kata 'lembut'. Siapapun juga tidak akan setuju dengannya jika ia berkata bahwa Bakugou adalah orang yang sangat perhatian terhadap orang-orang terdekatnya, meskipun butuh mata yang sangat jeli untuk menyadari sikap Bakugou yang satu ini. [Name] merupakan salah satu dari sedikit orang yang mampu melihat dan menerima sifat perhatian Bakugou.

Percayalah, pada awalnya [Name] juga tidak mengerti sifat dan cara Bakugou menyampaikan apa yang ia pikirkan. [Name] pikir Bakugou hanya suka marah-marah, seenaknya mengatai orang untuk diam dan mati lalu terus mengoceh ia akan menjadi nomor satu. Sejujurnya, ia sama sekali tidak tertarik pada bocah dengan temperamen tinggi. Sangat tidak menarik baginya. Namun, setelah Bakugou berusaha mendekatinya, menunjukkan perhatian dengan cara yang sangat tidak biasa, [Name] perlahan mulai mengerti.

Teriakan penuh emosi untuk menjadi nomor satu hanyalah caranya untuk menyemangati dirinya sendiri juga orang-orang sekitarnya. Kata-kata kasarnya hanyalah kebiasaan sejak kecil. Amarah adalah satu-satunya emosi yang bisa ia perlihatkan di depan banyak orang, untuk memberitahu betapa percaya dirinya ia.

Memang belum banyak yang berubah sejak hubungan mereka berdua diketahui oleh publik. Bakugou tidak tiba-tiba berubah menjadi romantis padanya atau menurunkan nada bicaranya pada [Name] di depan teman-temannya. Tidak. Bakugou sama sekali tidak melakukan hal itu. Ia masih memarahi dan beradu mulut dengan [Name] seperti biasanya. Hampir tidak ada yang berubah. Bahkan banyak yang mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.

"Apakah kalian benar-benar sepasang kekasih, [Name]-san?" tanya Midoriya sewaktu mereka makan bersama di kafetaria pada jam istirahat. "Aku tidak melihat ada perubahan pada sikap Kacchan padamu, maksudku kalian bahkan masih makan di tempat yang berbeda saat istirahat."

"Kau yang paling mengenal Katsuki, Midoriya-kun," [Name] tersenyum seraya menyuap nasi. "Walaupun sudah berkata aku adalah kekasihnya, ia tidak akan memperlakukanku berbeda dengan biasanya."

[Name] terkekeh saat Midoriya memandangnya tidak percaya, lalu mengalihkan pada Bakugou kemudian padanya lagi dan berlangsung seperti itu selama beberapa kali. Saat Midoriya kembali menatapnya seakan meminta jawaban atas pertanyaannya, [Name] mengangguk kecil.

"Benar-benar tidak ada yang berbeda dari sikapnya sehari-hari padaku, Midoriya-kun," kata [Name] berusaha meyakinkan, karena memang itulah kenyataannya.

Tidak hanya Midoriya saja yang merasakan kejanggalan sikap Bakugou, sahabat dekat Bakugou—yang tidak akan ia akui sampai mati, juga menanyakan hal yang sama. Bakugou yang menceritakan hal ini padanya ketika mereka belajar bersama beberapa waktu lalu.

"Yo, Bakugou. Apa [Name] benar-benar kekasihmu?" tanya Kirishima ketika mereka berada di kelas. "Kalau benar, kenapa aku tidak merasa kau memperlakukannya seperti kekasihmu ya? Kau tidak terlihat romantis."

"Berisik Rambut Aneh," Bakugou mendecih. Ia membuang muka, malas melanjutkan pembicaraan dengan topik asmaranya. "Hubunganku dengan [Name] tidak ada urusannya denganmu."

"Memang sih," Kirishima menganggukkan kepalanya seperti memikirkan sesuatu. "Aku hanya memberi saran padamu karena kau temanku. Kurasa kau harus bersikap sedikit lebih lembut pada [Name], kalau kau tetap seperti ini, bukan hal yang mengherankan [Name] akan memikirkan laki-laki lain."

"Cih," Bakugou mendengus kasar. "Aku tidak membutuhkan saranmu. Aku tahu bagaimana harus memperlakukan kekasihku."

"Ya, tentu saja. Kau benar juga," kata Kirishima setuju, namun tidak menyerah. "Tapi gadis seperti [Name] pantas diperlakukan dengan lebih lembut, kautahu?"

Ground Zero's PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang