O8. Limit

130 30 1
                                    

Suara televisi terdengar dari kamar Dejun yang pintunya terbuka, menandakan bahwa pasti ada dua orang atau lebih yang sedang beraktivitas di sana. Dan ini yang ketiga kalinya Dejun merasakan perutnya bernyanyi. Lebih lagi saat aroma ramen menyelinap masuk di kamarnya. Dari dalam sini, ia tahu penghuni kamar sebelah sedang menikmati makan malamnya. Ah, Dejun semakin lapar. Cowok itu keluar kamar, mendapati Yangyang dan Winwin duduk beralaskan karpet dengan film yang mereka tonton bersama di lantai dua.

Sambil menuruni tangga, ia melirik pintu Kinar yang tertutup. Benaknya terus bertanya tentang apa yang sedang dilakukan gadis itu di dalam sana. Ia kemudian mengetuk pintu Kinar pelan, takpeduli meski gadis itu belum pernah membalas pesannya sejak hari pertama ujian. Ia hanya tidak ingin membuat jarak dengan Kinar.

Tidak ada sahutan. Dejun kemudian berbisik di lubang pintu gadis itu, "Jangan membuang makan malammu di dapur."

Selanjutnya, Dejun kembali bergegas menuju dapur dan membuka dua bungkus ramen setelah merebus air. Ia tidak pernah tahu bahwa dibalik pintu kamar Kinar, gadis itu melotot sambil menaruh telunjuknya di depan bibir. Menyuruh Hendery yang menyelinap di kamarnya tiba-tiba itu untuk diam. Yang dipelototi hanya berdecak, kemudian menjatuhkan tubuh di kasur dengan percaya dirinya.

"Untuk apa kau menyuruhku diam? Dia tidak akan mendengarku!"

"Kalau begitu pergilah karena aku tidak mau mendengarmu!" sahutnya setelah yakin Dejun sudah tidak berada di depan pintu kamarnya.

"Tidak sebelum aku mendapat jawaban." Hendery bangkit duduk di atas kasur Kinar setelah sebelumnya terlentang. "Tempo hari saat kau pulang dengan temanmu yang cerewet itu ... siapa yang kau bicarakan?"

"Hm? Siapa?" Kinar balik bertanya.

"Seseorang yang hilang itu."

Gadis itu mengerutkan dahi seolah masih takpaham. "Laki-laki yang menghilang di kampus teknik."

"Ah, itu--aku juga tidak tau. Itu hanya berita lalu, tidak ada yang menelusurinya lebih lanjut."

Bahu Hendery merosot lesu. "Kenapa begitu?"

"Entahlah, pihak keluarga sudah mengikhlaskan. Kau menyebalkan." Kinar memunguti sampah tisu yang tergeletak di lantai seraya melanjutkan. "Kau menguntit dan mendengarkan percakapanku dengan Saeron!"

"Aku tidak sengaja mendengarnya." Hendery mengedikkan bahu.

"Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Sekarang silakan pergi."

Kinar sudah memakai jaketnya dan siap bergegas menuju dapur. Ia paham dengan maksud Dejun tadi, kalimat yang sudah ia hapal saat Dejun hendak mengajaknya membuat ramen di dapur.

"Jangan pergi. Aku tidak akan meninggalkan kamarmu."

"Aku tidak peduli," ucapnya seraya menutup pintu.

•••

Dari ambang pintu, ia dapat melihat Dejun berdiri membelakanginya sambil mengaduk ramen yang masih direbus. Kinar lantas menghampiri, mengintip isi panci yang meluapkan aroma sedap itu diam-diam hingga Dejun merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.

Seketika itu garis lengkung di birainya mengembang, Dejun mengacak rambut Kinar pelan.

"Kau sudah tidak marah?"

"Aku tidak pernah marah." Kinar meraih dua mangkuk dan menatanya di meja.

"Jadi apa? Tatapanmu beberapa hari yang lalu bahkan lebih menyeramkan dari tatap dendam seorang mantan."

"Hei!"

Dejun terkekeh. "Aku bercanda. Cepat makan sebelum ramennya mengembang."

Dengan hati-hati, Dejun menyumpit ramen dan meletakkannya di mangkuk Kinar. Hal yang sama kemudian ia lakukan di mangkuknya sendiri. Kinar tersenyum kecil, lantas melahapnya habjs dan menyendok kuah ramen dari panci. Untuk beberapa saat, keduanya hanya saling menikmati ramen itu hingga habis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FINDING YOU | Hendery WayVWhere stories live. Discover now